Kembali, Rendi berusaha mendekati Fadya. Kakak kelas yang terlanjur membuatnya jatuh hati. Meski Fadya selalu menolak. Tapi Rendi Tak kan pernah menyerah.
"Nanti pulang mau ya kak aku anter?"
"Ga perlu. Aku udah dijemput."
"Yah. Bilang deh sama yang jemput kalo kakak mau ada yang nganter."
"Kok kamu tau aku ga bawa motor?"
"Yah. Jadi cewek cakep nan populer mah bebas kak. Udah jadi hot news apa-apanya juga. hehehe."
Beberapa menit yang lalu hingga sekarang. Fadya sudah lelah menghadapi bocah ingusan sebut saja begitu.
Rendi, adik kelasnya yang pernah menjadi anggota kelompok MPLS yang Fadya bimbing. Sedari tadi terus membujuknya untuk mengantar Fadya pulang.
Jika gabung di OSIS menjadikannya dikenal banyak orang seperti ini. Fadya jadi menyesal.
"Duh. Udah deh. Ga usah bujuk-bujuk terus."
"Yah. Gimana dong kak. Aku udah terlanjur ngefans sama kakak."
Masih. Rendi masih belum menyerah. Bilang saja ia sudah menjatuhkan cintanya pada pandangan pertama. Meski terlihat banyak candaan. Tapi Rendi tulus menaruh hati kepada Fadya.
"Kamu ga capek ngikutin aku terus."
"Engga kak. Kemanapun kakak aku ikutin deh. Biar ga da yang berani godain soalnya."
Daritadi kamu kali yang godain aku. Huhhh
Rino tak sengaja melihat Fadya yang berjalan menuju kelasnya. Tak lupa dengan dedemit satu yang lagi ngintilin kekasihnya itu. Eh. Rino jadi senyum lebar mengingat kejadian di rumah sakit sepekan lalu.
Ini hari pertamanya masuk sekolah lagi. Setelah pulang dari rumah sakit. Rino memang diharuskan istirahat dulu dirumah.
"Hai." Sapa Rino dihadapan Fadya dan Rendi.
"Eh. Hai." Fadya nampak gugup. Ia memang tidak lagi menjenguk Rino ke rumahnya.
Alasannya cukup kuat. Ia selalu mendapat pesan peringatan dari nomor tidak dikenal. Yang memintanya tak lagi dekat dengan Rino. Dan Fadya tau siapa pemilik nomor itu. Siapa lagi yang menginginkan Rino setelah kandasnya hubungan mereka.
Dan Fadya cukup berbesar hati karena tidak ingin menambah masalah. Jika memang cewek itu menginginkan Rino. Daripada ribet urusannya. Emang stok cowok ga ada lagi ya di dunia ini? Meski Rino masih menempati hatinya hingga kini.
"Oke yah kakak cantik. Pokonya pulang sekolah aku tunggu di parkiran. Ga boleh nolak lagi. Bye."
Fadya melongo ditempatnya. Untuk ukuran adik kelas. Dia cukup pede dan berani sekali.
"Siapa?"
"Hah?"
"Yang barusan."
"Ga tau orang iseng."
Fadya mencoba berlalu. Tapi Rino menahan pergelangan tangannya.
"Kenapa ga jenguk lagi ke rumah."
"Oh. Itu. Sorry aku sibuk."
Fadya berusaha kembali meninggalkan Rino. Tapi genggaman hangat tangan Rino cukup kuat menahannya. Seolah tau kalau Fadya sedang menghindarinya.
"Aku bikin salah?"
"Hah?"
"Kenapa nghindar? Keliatan banget Ay?"
"Yaudah kalau kamu tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
him (END)
Teen FictionBertahan atau melepaskan Selalu ada alasan yg menyertai keduanya Tapi ada satu hal yg sulit dihentikan ketika kamu melepaskan seseorang Kamu tidak selalu bisa benar2 menghapusnya dalam ingatanmu Meskipun kamu sudah berusaha keras mengenyahkan segala...