Bab 03

368 25 0
                                    

SORE ini Putri sedang berada di dalam toko buku disebuah Mall dekat rumahnya, dia ingin membeli beberapa buku untuk persiapan Ujian Nasional nanti. Putri berjalan sendirian menelusuri rak demi rak, mencari buku yang menurutnya pembahasan materinya lengkap. Setelah menemukannya Putri berjalan munuju kasir untuk transaksi pembayaran.

Putri menghela nafas, "buset panjang banget antriannya," ucap Putri saat melihat antrian yang cukup panjang. Akhirnya dia memutuskan untuk melihat-lihat sebentar, dia berjalan ke rak buku yang berisi novel.

Mata Putri terkunci pada satu novel di depannya lalu dia mengambilnya dan memandanginya cukup lama, "Sunshine Becomes You." Putri membaca judulnya.

Novel karya Ilana Tan ini mengingatkan dia dengan seseorang yang memberikan buku ini sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke 14. Di halaman pertama ada sebuah tulisan 'Happy birthday Putri jelek, wish you all the best! Semoga lo suka sama hadiahnya^^'

Putri tersenyum tipis mengingat itu, bahkan senyuman sangat tipis nyaris bukan seperti sebuah senyuman. Kemudian gadis itu membaca sinopsisnya.

Ini kisah yang terjadi di bawah langit New York...

Tentang harapan yang muncul di tengah keputusasaan...

Tentang impian yang bertahan di antara keraguan...

Dan tentang cinta yang memberikan alasan untuk bertahan hidup.

Putri mengerjap saat mengetahui air matanya tiba-tiba saja menetes. Dia juga baru sadar bahwa sedari tadi ada selaput bening yang entah sejak kapan mengaburkan pandangannya dan kemudian mengalir begitu saja.

Dengan gerakan cepat Putri meletakkan kembali novel itu ketempatnya dan mengusap air matanya dengan punggung tangannya. Dia harus segera pulang, karena ibunya pasti sedang menunggunya dirumah.

🌷🌷🌷

SAAT ini Revan sedang duduk di dalam mobilnya setelah kelelahan muter-muter gak jelas mencari tukang service. Wajahnya suram banget, gak ada cahayanya sama sekali, redup, gelap dan menakutkan. Laki-laki itu sedang pusing plus kebingungan, pasalnya ponsel Chacha sudah benar-benar rusak alias sudah tidak bisa dipakai lagi.

Jalan satu-satunya adalah membelikannya ponsel baru, tapi uang Revan tidak cukup. Uang tabungannya hampir habis karena Rani. Iya, Rani. Dia banyak maunya, kalau gak di turutin ya ngambek. Revan minta putus eh Rani malah ngancem pengen bunuh diri. Siapa yang gak merinding? Walaupun Revan kejam tapi dia masih punya hati, dia takut gaes, takut masuk penjara maksudnya.

"Gimana ini?" gumamnya. Revan menyalahkan dirinya sendiri karena sok-sokan mau ganti rugi, padahalkan yang harusnya ganti rugi Rani. Tapi ya mau gimana lagi, kalau gak begini masalahnya makin besar, Revan juga tahu Rani orangnya gimana.

Rani itu gak akan pernah mau ngeluarin uangnya sepersen pun, buat jajannya sendiri aja dia ngirit apalagi buat ganti rugi. Pelit? Memang. Matre lagi, hih.

Makanya jangan heran kalau uang tabungan Revan hampir habis, ada yang makan soalnya. Jadi mau tak mau, suka tak suka ya Revan yang turun tangan. Revan berasa seperti seorang suami yang harus bertanggung jawab untuk istri dan anak-anaknya. Calon imam yang baik. Asek.

Aha! Tiba-tiba sebuah ide muncul dari kepalanya, dia mengambil ponselnya lalu mulai menulis sesuatu di group yang berisikan 3 orang--sudah termasuk dirinya.

Team Kardul (3)
Today 18.07

Revano Salim: Helep meh):

Kairizky: P?

Nando Purnomo: Apaan?

Revano Salim: Gue pinjem uang dong gaez

Nando Purnomo: Berapa?

Kairizky: Wat pa?

Revano Salim: Masing2 500 ribu
Revano Salim: Buat gantiin hp chacha yg rusak gegara rani
Revan Salim: Mohon bantuannya gaez:(

Kairizky: G

Nando Purnomo: G(2)

Revan Salim: Kok kalean jahat seh?

Nando Purnomo: Bodo

Kairizky: ^2

Revano Salim: Tai

Nando Purnomo: Too

Kairizky: ^2

Revano Salim leave this group

Nando Purnomo: Ngambek doi

Punya temen gak ada gunanya dah, Batin Revan berbicara.

🌷🌷🌷

PUTRI sedang duduk di halte menunggu abang angkot lewat, hari sudah semakin gelap tapi angkot tak kunjung datang. Ibaratnya kayak nunggu doi peka, lama. Dari tadi juga tak ada taxi yang lewat, memang sih rumah dia deket jalan kaki juga nyampe, tapi ibunya berpesan agar Putri naik angkutan saja. Jadi disinilah Putri sekarang.

Halte, dia jadi teringat sesuatu lagi. Teringat pada seseorang yang selalu dia rindukan. Jika ingat kenangan bersamanya Putri selalu tersenyum, tentu bukan senyum bahagia melainkan sebaliknya.

Duduk berdua di halte, menunggu angkot sepulang sekolah sambil mendengarkan musik lewat earphone. Mereka selalu melakukan hal itu. Suara tawanya tiba-tiba menggema ditelinga Putri membuat perempuan berambut hitam legam itu reflek menutup kedua telinganya. Dia memejamkan matanya. Nafasnya menjadi sesak seolah oksigen disekitarnya sudah habis.

Tin.. Tin..

Tiba-tiba sebuah mobil honda jazz berwarna merah berhenti tepat di depannya dan pengendara mobil tersebut menurunkan kaca jendelanya. "Putri?" panggilnya.

Merasa dipanggil Putri pun mendongakan kepalanya dan menoleh ke sumber suara, dia menajamkan indera penglihatannya untuk melihat siapa yang memanggilnya dan Putri bersorak senang dalam hati begitu dia melihat siapa yang ada di depannya. Tentu rasa senangnya tak sebesar rasa sakit yang dia rasakan sekarang.

"Bang Radit?"

Laki-laki itu Radit, kakak Chacha, tersenyum, "kamu ngapain disitu magrib magrib?"

"Putri nunggu angkot bang."

"Emang mau kemana?" tanyanya lagi.

"Pulang."

"Ya udah sini masuk, biar abang yang anter." ajak Radit namun Putri menolaknya. "Jam segini gak baik anak cewek keluyuran sendirian."

Putri diam, sebenarnya dia ingin menerima tawaran Radit tapi gadis itu merasa tak enak. "Hmm, tapi beneran gak apa-apa nih bang?"

Radit tertawa, "ya gak apa-apa lah, kamu juga adik abang. Udah ayo masuk." Putri pun beranjak dari tempatnya kemudian masuk ke dalam mobil. Dan tak lama kendaraan itu pun langsung melesat pergi menuju rumah Putri.

Story Of Putri [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang