PAGI ini semua murid SMA Putra Bangsa sedang berbaris di lapangan, mereka sedang mengikuti upacara yang rutin diadakan setiap hari senin. Yak tul, sekarang hari senin.
Soal insiden kemarin Putri tidak memberitahu ibunya, karena dia tahu pasti ibunya sangat khawatir dan nanti malah kepikiran terus. Kalau udah gitu Putri yang jadinya khawatir, takut ibunya sakit lagi. Jadi terpaksa dia berbohong walau dalam hatinya tak ingin.
"Sstt .... Put?"
Putri menoleh ke sumber suara dan menatap Chacha dengan alis terangkat, "kenapa?" jawab Putri dengan suara pelan hampir seperti bisikan.
"Gue punya kejutan buat lo."
"Kejutan? Kejutan apaan?"
"Nanti juga lo tau."
"Sok misterius lo." Chacha menjulurkan lidahnya dan Putri kembali menatap ke depan tepatnya ke arah mimbar.
Satu jam pun berlalu akhirnya upacara selesai juga. Selesai upacara semua murid langsung meninggalkan lapangan dengan cepat. Ada waktu 25 menit untuk mereka beristirahat sementara guru-guru yang lain rapat.
Chacha berjalan beringinan dengan Putri, sesekali mereka bercanda dan tertawa. Mereka berjalan menuju kantin.
"Lo mau kasih gue kejutan apa sih?" tanya Putri.
"Sabar bentar lagi," jawabnya. Chacha memutar tubuhnya kebelakang, "woy, Van, gimana udah beres?"
Putri mengikuti arah pandang Chacha, dia sedikit terkejut begitu melihat Revan dan kawan-kawannya ternyata sedang berjalan di belakangnya. Putri menatap Chacha dan Revan bergantian, dia bingung.
Sejak kapan mereka keliatan akrab begini?
Revan mengangkat kedua jempol tangannya, "beres."
"Mau nembak Putri lo, Van?" tanya Nando.
Baru juga Revan ingin berbicara eh udah keduluan sama Chacha, "gak ada acara tembak-tembakan ya, Van, inget 'kan lo?"
Revan menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal kemudian mengangkat kedua bahunya. Revan lebih milih diam karena dia gak mau lagi berurusan dengan Chacha, salah ngomong sedikit aja kalau sama Chacha bisa kacau balau semua rencananya.
"Gue 'kan nanya Revan bukan lo badak jawa." celetuk Nando yang membuat Chacha marah.
"Berisik lo, anjing."
"Chaaa!" Putri menegur sahabatnya itu. Chacha mendengus keras kemudian berbicara.
"Iya, Put, iya, gak marah-marah lagi gue. Gue bakal jaga omongan gue mulai sekarang."
"Bagus lah." ini Nando yang berbicara gaes.
"Eh anying, diem gue bilang!"
Lah mulai lagi):
"Omongannya tuh, Put." adu Nando pada Putri.
"Apaan lo ngadu-ngadu ke Putri?!"
"Lah gue mah bener, 'kan lo tadi ngomong bakal jaga omongan. Mana buktinya?"
"Gak bisa jaga omongan gue kalau urusannya sama lo, monyet!"
"Anjing iya, anying iya, monyet iya. Sok apalagi?" ucap Kai sambil terkekeh pelan.
"Percaya gak, habis ini babi yang keluar." jawab Nando.
"Iya, lo babinyaa!"
"Tuh 'kan ...."
Semua tertawa mendengar adu bacot antara Chacha dan Nando. Kecuali si Chacha, dia mah udah pasti mukanya ditekuk.
Revan melirik Putri, pun sebaliknya. Mereka saling lirik-lirikan tapi gak ada yang berani mulai pembicaraan duluan. Semenjak Revan ngajak jalan Putri kemarin, tepatnya pada minggu sore semuanya berubah jadi canggung.
Hmm, ada apa ya?🌝
Dan tak terasa langkah mereka sudah terhenti tepat di pintu kantin. Chacha dan Putri masuk duluan lalu disusul oleh Revan dan teman-temannya. Mereka semua mencari bangku yang kosong sampai akhirnya mereka menemukannya.
🌷🌷🌷
"EH gaes, Revan ngajak gue ketemuan di kantin nih. Dia juga minta kalian ikut, katanya mau dia traktir!" ucap Rani girang.
"Serius lo?" kata Cilla meyakinkan, "tumben?"
"Pertanda apa ini?" Martha ikut bersuara.
"Hmm .... mungkin karena Revan udah sadar kalau dia cinta sama gue, terus dia ngerasa bersalah, nyesel gitu 'kan karna kemarin dia marahin gue, jadinya dia ngajak ketemuan deh, terus dia minta balikan. Terus kalian ditraktir dia, pajak balikan gitu lah!" ucap Rani panjang lebar. Dia merasa sangat senang walau hanya membayangkannya saja.
Menjyjykan sekaly yak kamu mbak):
"Idih pemikiran lo jauh banget gila. Siapa tau aja dia lagi merencanakan sesuatu, lo gak curiga sedikit pun?"
"Gak lah, Tha, gak sama sekali. Gue tuh yakin kali ini kalau Revan mau ngajak gue balikan."
Pede sekaly iyuh):
"Hahaha .... udah lah, Tha, tinggal aminin aja, siapa tau 'kan emang bener. Udah lo gak usah curiga begitu lah percaya aja sama temen lo ini." Cilla berusaha meyakinkan Martha.
Martha mendengus pelan kemudian menganggukkan kepalanya, membuat Rani tambah bahagia. Martha tersenyum melihatnya walau senyumnya terlihat palsu, sejujurnya dia masih tak yakin dengan ucapan teman-temannya ini.
Rani menggandeng tangan kedua sahabatnya itu, posisi dia berada ditengah keduanya. Rani menarik tubuh mereka dengan perasaan yang benar-benar sangat bahagia.
"Yaudah kuy, kita caw kantin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Putri [COMPLETED]
Teen FictionRevan bertanya, "mengapa wanita selalu beranggapan bahwa pria mudah bosan?" Gadis itu, Putri, menarik sudut bibirnya ke atas dan menjawab, "fakta membuktikan, beberapa pria beranggapan wanita tidak mempunyai pendirian. Dan beberapa wanita mengangga...