Bab 29

207 19 2
                                    

"PUT, apa kata nenek tadi?" tanya Rita yang sedang mencuci piring. Putri mengambil piring dari tangan ibunya kemudian dia taruh kedalam rak piring yang tak jauh darinya.

"Iya katanya, bu." Rita tersenyum mendengar jawaban Putri. Ralat, lebih tepatnya jawaban Maryam, ibunya.

Iya, jadi tuh gaes Rita ngajak ibunya buat nginep di rumahnya minggu depan. Berhubung Maryam gak suka dikasih tahu lewat telepon kalau soal beginian jadi Rita menyuruh anaknya untuk ke rumah ibunya.

You know lah, neneknya Putri gimana susahnya di ajak ngobrol.

Ngobrol langsung aja susah apalagi lewat telepon? Beh, gak kebayang deh gimana entar. Yang ada mereka jadi teriak-teriak ngomongnya kayak orang lagi berantem, padahal sih enggak. Susah memang ngajak ngobrol nneneknya Putri. Harus ekstra sabaarrrr.

):

Rita mematikan air kran dan mengelap tangannya yang basah dengan kain yang menggantung di hadapannya. Wanita itu memperhatikan Putri yang masih sibuk dengan aktivitasnya.

"Ibu perhatiin kamu jadi lebih deket sama Revan, Put. Kalian pacaran?"

Putri menoleh sebentar ke arah ibunya lalu dia menutup pintu rak seraya berkata, "enggak, bu."

"Masa sih?"

Putri mengangguk, "aku belum bisa buka hati buat yang lain, bu. Di hati Putri masih ada--"

"Adnan?" potong Rita cepat. Putri diam sebentar, dia mengeluarkan nafasnya lewat mulut lalu mengangguk.

Rita tersenyum samar sedangkan Putri sudah menundukan kepalanya. Dia masih teringat oleh sosok Adnan yang sekarang entah kemana wujudnya. Laki-laki itu hilang bak ditelan jurig.

):

"Apa ada kabar dari dia?" Putri menggeleng lemah, "terus apa yang buat Putri susah lupain dia?"

Putri mengangkat kepalanya, tatapannya tertuju pada Rita di depannya yang juga sedang menatapnya. Putri diam dia nampak berpikir.

"Hmm .... gak tau, bu." ucap gadis itu.

"Lho, masa gak tau?"

Putri memberenggut, "iya, gak tau. Aneh 'kan bu?"

"Aneh banget." jawab ibunya cepat.

Putri mendengus keras, dia cukup lelah sebenarnya. Bukan lelah fisiknya melainkan batinnya.

Hayati lelah bwank. Hiks.

"Sini deh duduk, ibu pengen ngobrol." kata Rita seraya berjalan ke arah meja makan. Dia menarik kursinya dan kemudian duduk. Putri pun melakukan hal yang sama.

"Kenapa, bu?"

Rita diam menatap anak gadisnya dengan intens. Kemudian dia berkata, "ibu sedih kalau liat Putri sedih."

Putri menundukan kepalanya sedikit tak berani menatap ibunya. Dia memainkan kuku jarinya untuk mengalihkan rasa gugupnya. Walaupun dia tahu itu tak memberi efek apapun.

"Dan ibu liat Putri selalu sedih kalau udah menyangkut soal Adnan. Murung, udah gitu kamu sering nangis. Setiap Putri cerita soal Adnan ke ibu, ibu bisa ngerasain gimana perasaan anak ibu ini. Sakit, kalau bahasa anak jaman sekarang mah nyesek. Gitu ya?" ujar Rita sambil terkekeh pelan.

Putri ikut terkekeh sekilas, kemudian dia diam mendengarkan kembali. Matanya mulai memanas. Hatinya mencelos saat ibunya berbicara seperti itu.

"Tapi setelah ada Revan ibu jarang liat Putri murung. Ibu selalu liat Putri ketawa sekarang, topik yang Putri ceritain sekarang ke ibu bukan soal Adnan lagi, tapi Revan."

Story Of Putri [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang