Bab 01

590 29 2
                                    

SUARA pintu yang terbuka dengan kasar dari kelas XII IPA 3 menarik perhatian beberapa murid yang sedang berjalan di koridor. Beberapa ada yang terkejut dan sisanya mendumel tak jelas. Sedangkan kondisi di dalam kelas sangat tegang karena Revan membuat ulah lagi.

"Sini maju lo kalau berani!" teriak Revan pada Galih. Posisinya saat ini ada di depan pintu siap untuk berlari. "Ah, cemen lo!" Galih mengepalkan tangannya kemudian beranjak dari duduknya, membuat kursi yang tadi dia duduki terjengkal kebelakang.

"Jangan lari lo!" Galih mengejar Revan, tapi karena Galih mampunyai tubuh yang besar alias gendut, membuat dia sedikit kesulitan untuk mengejar Revan yang sudah berlari jauh di hadapannya. Baru beberapa langkah dia sudah tak sanggup lagi. Dengan nafas yang ngos-ngosan Galih berkata, "awas lo upil badak, tunggu gue kurus!"

Di ujung sana Revan menghentikan langkahnya, dia tertawa terbahak-bahak melihat Galih sudah menyerah tanpa syarat dan tanpa adanya paksaan. Dia juga melihat temannya itu sudah kembali ke kelasnya. Revan terlihat bahagia sekali.

Revan menghentikan tawanya, dia mengedarkan pandangannya dan pandangannya jatuh pada kantin. Laki-laki itu tidak berniat kembali ke kelas, karena dia tahu Galih sedang menunggunya dibalik pintu. Revan sudah hafal betul dengan gelagat temannya itu, toh menurutnya tak ada salahnya dia pergi ke kantin mengingat guru-guru sedang rapat sekarang. Alias free class coi.

"Bang, mie ayam bakso satu ya! Jangan pake sambel." pesannya pada bang Jupri.

Jupri--penjual mie ayam mengangkat jempolnya, "oke siap ...."

Ting!

Ponsel Revan tiba-tiba bergetar. Di ambilnya benda pipih itu dari saku celananya dan membuka aplikasi chat berwarna hijau terang alias Line.

Today
13.59

Maharani: sayaang kamu dimana?

Revan Salim: Kantin, kamu dimana?

Maharani: berhubung kamu di kantin beliin aku makanan ya?aku laper nih

Revan mendengus sebal, kekasihnya ini memang terlalu manja. Kemudian jemarinya menari-menari di atas layar poselnya.

Revan Salim: Kenapa gak kesini sendiri aja sih? Kan punya kaki. *delete*
Revan Salim: Kebiasaan, makanya bawa makanan dari rumah! *delete*
Revan Salim: Mager, beli aja sendiri! *delete*
Revan Salim: Dasar cewek manja! *delete*

"Nggak nggak!" Revan berucap sendiri.

Ting!

Maharani: revaaannnn!kok cuma read doang sih?!

Revan memejamkan matanya, dia sedang memikirkan cara agar terbebas dari Rani dan point terpentingnya adalah jangan sampe dia salah ngetik seperti tadi, karena kekasihnya ini sangatlah menyebalkan.

Revan Salim: Eh iya maaf sayang.. Kamu kesini aja ya, aku juga laper nih nanti kita makan bareng. Mau aku pesenin mie ayam? *Sent*

Semoga gue gak salah ngomong...

Ting!

Maharani: gakmauuuu ihhh!!aku maunya makan dikelas dan aku maunya nasi goreng sosis bukan mie ayam, gimanasi kmu?!

Tuhkan...

Revan mendengus kencang kesabarannya ini sedang di uji. Tapi dengan sabar dia membalas.

Revan Salim: Kenapa dikelas sih? Nanti kelasnya bau loh, yuk sini nnti abang pesenin nasgornya😘

Maharani: revaan ih galucu!!

Revano Salim: Siapa yg lg ngelawak syaaankk._.

Maharani: tau ah,kamu mah jahat sm aku van, tega. ya udah kalo kamu gakmau beliin!

"Alhamdulillah, akhirnya peka juga." ucap Revan lega setelah membaca pesan dari kekasihnya. "Sekarang bisa makan dengan tenang gue."

Dan tak lama pesanan Revan pun datang, bang Jupri menaruh mangkuk berisi mie ayam itu dihadapan Revan dan tidak lupa dengan minumannya. "Ini, Van, pesenan lo. Habisin beserta mangkuk-mangkuknya ya. Hahaha ...."

Jangan heran, mereka memang seperti itu. Revan sangat dekat dengan penjual mie ayam ini, dia menganggap bang Jupri ini adalah kakaknya sendiri umurnya pun tak begitu jauh darinya. Jupri ini masih muda umurnya sekitar 23 tahun, dia berjualan karena harus membantu orang tuanya. Karena kendala ekonomi dia tidak bisa melanjutkan pendidikan.

"Bacot lo bang." Revan pun mulai memakan mie ayamnya dengan nikmat tanpa adanya gangguan. Ponselnya sengaja dia silent agar tidak merusak suasananya. Hari ini cukup melelahkan bagi Revan, bukan hanya fisik tapi juga hatinya.

🌷🌷🌷

"Putriii," bisik Chaca, "anterin gue ke wc yuk."

Putri melepas sebelah earphonenya dan menatap jengkel ke arah sahabatnya itu. "Ini udah yang ke 19 kalinya lo ke wc ya, Cha."

Chacha cengengesan, "yaa habisnya gimana, 'kan lo tau kalo gue orangnya--"

"Ya ya yaa .... lo udah sering bilang ini dan gue bosen dengernya."

"Jadi?" Putri mengangguk pelan, "yesss! Lo emang sahabat gue paling baeeeekkk ...."

Putri terkekeh pelan kemudian beranjak dari duduknya. Chacha langsung saja menyeretnya keluar kelas membuat Putri hampir terjatuh  tapi untungnya ada Galih, badannya yang besar membuat Putri terlindungi.

"Maaf maaf, Lih," ucap Putri tak enak, "tapi makasih juga berkat lo gue gak jadi jatuh, hehe ...."

Galih tersenyum malu, "i-iya sama-sama, Put."

Putri membalas senyuman Galih, senyumannya manis sekali membuat jantung Galih berdegup dengan kencang. Putri orangnya memang baik hati, tegas, tidak pernah memilih teman, dan baperan. Tapi aslinya dia kuat loh gaes dan dia ini setia orangnya, buktinya dia dari dulu sampai sekarang hanya suka pada satu orang, padahal Putri banyak dikagumi dikalangan kaum adam termasuk Galih.

"Putriiii .... cepetan ih malah ngobrol di depan pintu, gue kebelet ini!" teriak Chacha galak. Putri menepak jidatnya, dia melupakan Chacha yang sudah menunggunya di depan sana. Putri berpamitan pada Galih dan langsung berlari menuju ke sahabatnya.

"Sorry hehe .... yuk!"

🌷🌷🌷

A/N

Gimana bagian 1 ini?
Saran dan kritik di tunggu ya!^^

-cha

Story Of Putri [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang