Bab 18

220 21 4
                                    

"Aku akui, caraku yang terlalu mencintaimu itu salah. Kamu justru semakin menjauh, seolah menarik diri dan mencoba keluar dari wilayah edarku. Tapi percayalah, dari itu semua akulah yang paling mencintaimu."

(Maharani)

🌷🌷🌷

"S-SAYANG? Kok kamu ada di sini?" ucap Rani gugup, "hey kamu kapan sampenya sih?" Rani tersenyum paksa, dia mencoba mengontrol dirinya sebisa mungkin dia harus terlihat biasa saja. Tapi 'kan percuma ya, Revan udah tahu, kalau pun belum laki-laki itu juga pasti sudah curiga karena gelagat Rani.

Revan berjalan mendekati Rani sedangkan perempuan itu berjalan mundur satu langkah. Tangannya dia simpan ke belakang dan memutuskan sambungan telponnya bersama Martha tadi.

Rani ketakutan gaes.

"Dimana Putri?" tanya Revan to the point. Laki-laki itu berdiri tepat di hadapan Rani.

"P-putri? K-kenapa kamu tanya dia ke aku ya?" seketika Rani jadi gagap. Sebentar lagi mungkin dia akan mengganti namanya menjadi Rani Gagap.

👀

Revan berdecak sambil membuang pandangannya tapi sedetik kemudian dia kembali menatap tajam objek di depannya. "Jadi ini yang dimaksud pura-pura akting?"

Deg.

Jantung mbak Rani tiba-tiba berdetak dengan sangat cepat. Dia diam tak bergeming, perempuan itu sedang berpikir bagaimana Revan bisa mengetahuinya?

Jangan-jangan ....

Rani tertawa, dia mencoba mencairkan suasana tapi justru malah sebalikmya, suasananya semakin mencekam karena aura Revan yang menyeramkan. Arhh.

👀

Perempuan itu menghentikan tawanya saat melihat wajah Revan yang serius sekali. Revan makin cakep kalau dilihat kayak gini, tapi gak cakep deng 'kan lagi marah sama Rani. Kira-kira seperti itu pikiran mbak Rani gaes.

"Dimana Putri?" tanya Revan lagi, "gak usah banyak basa-basi."

"Kenapa kamu jadi urusin Putri sih? Aku kesini 'kan buat ketemu sama kamu terus omongin tentang kita bukan yang lain."

"Apa lagi yang perlu di omongin? Gak ada." jawab Revan datar tapi terdengar menakutkan, "dimana Putri?"

"Van ...." mata Rani mulai memanas dan tak lama air matanya terjatuh, dia mulai terisak.

"Cih, akting lagi?"

"Enggak! Kenapa sih kamu jadi berubah kayak gini? Mana Revan yang dulu? Mana, hah? MANA?!" suara Rani yang cukup kencang membuat Kai dan Nando yang sedang asyik bermain PS berjalan keluar dari kamar Revan.

"Ada apa ini? Loh Rani kenapa?" tanya Yunny yang baru saja tiba di tempat. Tadi dia keluar untuk membeli cemilan dan dia terkejut melihat Rani yang sudah terisak, dia nangis kejer gaes.

"Semua gak usah percaya sama dia, dia lagi akting." jawab Revan.

"Van, selesaiin ini baik-baik." kata Kai. Revan melirik sekilas lalu kembali menatap Rani.

"Tadinya gue mau gitu, tapi kalau gini caranya gue gak bisa baik-baik."

"Maksud lo?" Nando gak mudeng, pikirannya masih pada game yang dia mainkan bersama Kai tadi. Gimana gak kepikiran wong sedikit lagi dia mencetak gol, tapi suara Rani tadi yang mengacaukan semuanya. Greget abang dek.

Sabar ya, Nan):

"Tunggu, katanya lo mau jemput Putri, mana dia?" tanya Kai.

"Itu dia .... karena itu gue gak bisa baik-baik sama dia."

Semuanya diam tak ada yang bersuara lagi, kecuali suara isakan Rani yang semakin menjadi. Bingung, itu semua yang mereka rasakan.

Yunny mendekatkan dirinya pada Rani kemudian dia memeluk tubuh perempuan itu. Rani pun membalas pelukannya. Revan yang melihat itu langsung saja membuang pandangannya. Males ngeliatnya.

Dan tak lama ponsel Rani berdering, perempuan itu melihat siapa yang menelponnya, dilayar ponselnya menampilakan nama Martha. Dia melirik ke arah Revan yang ternyata sedang menatapnya. Rani menelan salivanya, dia bingung sekarang harus berbuat apa.

Rani tersentak saat sebuah tangan mengambil ponselnya dari genggamannya, ternyata itu Revan. Ingin sekali dia merebut kembali ponselnya tapi gak bisa. Dia gak berani, takut Revan semakin marah padanya jadi dia cuman bisa pasrah sekarang.

Kasihan):

Revan pun mengangkat telpon tersebut sampai sebuah suara terdengar di ujung sana,

"Ran, kok dimatiin sih tadi? Ini soal Putri gimana kelanjutannya?"

🌷🌷🌷

A/N

Tau kok ini cerita makin gak jelas dan ngebosenin:(
Dan jujur saja ku mulai gak pede buat lanjutin ini cerita. Unpublish aja kali ya?:(

Story Of Putri [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang