SATU jam sebelumnya...
"Cha, anterin gue yuk."
Chacha menghentikan aktivitas memasukkan buku ke dalam tasnya sejenak dan menatap Putri di sampingnya, "kemana?"
"Rumah nenek gue. Lo bawa motor 'kan?"
"Bawa sih, tapi hari ini gue gak bisa, Put."
Putri cemberut, "oh iya lo ada les ya hari ini." Chacha mengangguk, "ya udah deh, gak apa-apa kok, Cha. Gue sendiri aja naik angkot nanti."
"Eh jangan!" teriak Chacha yang membuat Putri dan warga kelas tekejut. "Lo gak boleh sendiri."
"Lah kenapa?"
"Gue khawatir lo kenapa-napa lagi, udah lo sama Revan aja."
Merasa terpanggil Revan menoleh ke sumber suara. Laki-laki itu mengangkat kedua alisnya bingung saat melihat teman-temannya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Revan pun memutar kepalanya mengahadap ke arah Nando.
"Lo tadi manggil gue?" Nando menggeleng, "serius tai."
Nando mendengus pelan, "muka gue emang gak meyakinkan?"
"Muka lo mesum, jadi kagak yakin gue."
"Bangsad!" Nando menendang pinggang Revan dengan cukup keras, membuat Revan meringis kesakitan plus seragam putih Revan kotor.
"Halah anjing, baju gue kotor!" protes Revan seraya membersihkan bajunya dengan tangannya. Cap sepatu Nando terlihat jelas disana.
"Biar keren."
"Keren raimu ...."
"Raiku emang keren ...."
"Najis."
"Iya, Van, i love you too."
Revan memukul punggung temannya itu dengan sangat keras, membuat semua pasang mata tertuju padanya.
Berasa artis Revan. Wks.
"REVAN!" teriak seseorang, "SINI LO!"
Revan meneguk salivanya dengan susah payah begitu mengetahui siapa yang memanggilnya. Laki-laki itu yakin, perempuan itu pasti gak terima kalau Revan pukul Nando. Secara 'kan Nando mantan terindahnya Chacha.
Ecie mantan terindah. Uhuk.
"EH MONYET SINI!" teriak Chacha lagi. Untung di kelas gak ada guru, jadi Chacha bisa dengan bebas teriak-teriak macam orang hutan.
Yakali Chacha teriak-teriak pas ada guru, cari mati kali dia.
"Mampus." ujar Nando meledek.
Revan pun berjalan ke arah bangku Chacha dengan perasaan sedikit was-was. Takut kena amuk Chacha, habaya nanti. Bisa-bisa wajah ganteng Revan ternodai.
Ya kalau kena noda sih gampang lah ya, tinggal pake Jazz One aja yang sekali kucek noda beres.
Eh bener 'kan ya Jazz One?
Bodo lah.
"Anterin Putri ke rumah neneknya." kata Chacha.
Revan tersenyum, dengan senang hati....
(:
🌷🌷🌷
PUTRI turun dari mobil Revan seraya menenteng tas sekolahnya, begitu pun dengan Revan. Kemudian mereka menutup kembali pintu mobil tersebut secara bersamaan.
Putri menatap objek di depannya sambil tersenyum. Dia sangat merindukan tempat ini, semenjak ibunya sakit dia jarang sekali kesini.
Dan tak lama sosok wanita paruh baya keluar dari balik pintu. Dia memberikan senyuman pada Putri, gadis itu pun membalasnya. Kemudian Putri berlari menghampirinya dan memeluk erat tubuh neneknya.
Yap, sekarang Putri dan Revan sedang berada di rumah Maryam--neneknya Putri.
"Cucu nenek ...." ucap Maryam seraya memeluk tubuh Putri. "Kangen banget nenek sama kamu, nak."
"Putri juga, nek ...." balas Putri. Kemudian dia melepaskan pelukannya sambil tersenyum. Putri memutar tubuhnya kebelakang menghadap Revan dan memberi kode pada laki-laki itu agar dia mendekat.
Cie dikasih kode sama Putri. Uhuk.
Revan pun berjalan menghampiri Putri dan kembali gadis itu menghadap Maryam.
"Siapa itu, Put?" tanya Maryam.
"Temen Putri, nek."
"Pacar?"
Putri menggeleng kuat, "bukan nek, temen." ucap Putri dengan penuh penekanan. Pasalnya Maryam ini budek gaes. Jadi kalau mau ngobrol volume suara kita harus kenceng, kalau pelan sih ya kalian tahu lah gimana.
"Pacar kamu?" tanya Maryam lagi. Putri menepuk jidatnya kemudian dia hendak menjawab, tapi Revan keburu datang dan laki-laki itu langsung mencium punggung tangan Maryam.
"Assalamu'alaikum, nek ...." ucap Revan seraya tersenyum.
Maryam pun balas tersenyum, "wa'alaikum salam .... kamu pacarnya Putri ya?" tanya wanita paruh baya itu.
Putri membulatkan matanya lucu, dia hendak menjawab tapi sudah keduluan Revan. Lagi-lagi diserobot Revan.
Hmm.
"Bukan, nek, saya temannya Putri." jawab laki-laki itu sambil terkekeh pelan. Revan melirik Putri dengan menahan senyumnya sedangkan Putri terlihat salah tingkah.
Cie salah tingkah. Uhuk.
"Ohh ...." kata Maryam seraya menganggukan kepalanya, "nenek kira kalian pacaran. Padahal nenek setuju lho, kalian cocok."
Lah malah direstuin:v
Wkwk.
Sikat bang!
Hajar, pantang menyerah!
Lampu hijau nih.
Ea.
Uhuk.
Aseq.
"Nenek ih ...." ujar Putri malu-malu kucing. Revan sih malah senyam-senyum gak jelas. Laki-laki itu kelihatan girang banget, macam tante-tante yang haus akan belaian.
Iyuh):
"Ya udah yuk, masuk." ajak Maryam. Wanita itu pun berjalan duluan di depan, kemudian diikuti oleh Putri dan Revan dibelakangnya. Mereka mengikuti langkah Maryam dan langkah mereka terhenti tepat diruang tamu.
"Bi, tolong buatin minum ya buat mereka."
🌷🌷🌷
A/N
Dirgahayu Indonesiaku yang Ke-72! Jayalah selalu! Semua harapan yang baik selalu kita doakan untukmu, Negeriku, Indonesia.
Indonesia merdeka!
Kalau kamu, kapan merdeka dari mantan?😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Putri [COMPLETED]
Teen FictionRevan bertanya, "mengapa wanita selalu beranggapan bahwa pria mudah bosan?" Gadis itu, Putri, menarik sudut bibirnya ke atas dan menjawab, "fakta membuktikan, beberapa pria beranggapan wanita tidak mempunyai pendirian. Dan beberapa wanita mengangga...