Bab 34

199 21 0
                                    

"Aku sudah memberikan hatiku padamu dan tolong... jangan kau patahkan."

(Putri Setyo Nugraha)

🌷🌷🌷

"GUE bakal bunuh lo."

Adnan langsung menyemburkan tawanya. Entah apa yang lucu dari perkataan Revan, yang jelas author sama bingungnya sama Revan.

"Gak ada yang lucu anjing!"

"Emang." ucapnya disela-sela tawanya, "tapi baguslah kalau lo mau bunuh gue."

Revan menyerhit.

"Lagian gue bosen hidup."

"Cih ...."

"Ngeliat Putri lebih milih lo dari pada gue tadi buat perasaan gue sakit. Rasanya gue pengen mati."

Gantian kini Revan yang menyemburkan tawanya. Perkataan Adnan benar-benar mendramatisir. Lebay, alay, ya seperti itu lah.

Revan menghentikan tawanya lalu ikut duduk disebelah Adnan. Kedua laki-laki itu kini terdiam.

"Gue nyesel," ujar Adnan tiba-tiba. Revan menoleh menunggu Adnan menyelesaikan perkataannya. "Gue pergi ninggalin Putri demi cewek lain."

Revan tersenyum sarkastik lalu membuang pandangannya ke arah lain.

"Awalnya gue pikir cewek itu lebih baik dari pada Putri. Tapi nyatanya--"

"Gak." sambung Revan cepat. Adnan terkekeh pelan kemudian mengangguk.

"Ya, lo bener."

Revan diam tak merespon. Adnan membuang nafasnya kasar dan sesekali meringis kesakitan akibat karya tangan Revan disekitar wajahnya.

Revan nyebut itu sih karya seni cetak wajah.

Yekali bang-,-

"Tujuan lo apa sih sebenernya?" tanya Revan dengan nada tak suka. Jelaz gak suka wong posisi dia saat ini bisa dibilang terancam. Bisa aja Putri balik lagi sama Adnan terus nanti Revan?

Udah gak usah bahas, nanti anak orang nangis.

"Gue datang lagi kesini dengan niatan balikan sama Putri karena gue tau dia masih ada perasaan sama gue."

Revan semakin dibuat kesal karena omongan Adnan yang bisa dibilang percaya diri banget. Apa tadi dia bilang? Putri masih ada perasaan sama dia? Idih, eta meuni GR pisan.

Sok sunda banget gwaaa maafin kalau salah ya):

Emang salah.

):

"GR banget ya lo," balas Revan sengit.

"Gak GR memang kenyataannya gitu." Adnan menjawab tak kalah sengit. Revan berdecak kesal, gak tau lah pokoknya Revan gak suka kata-katanya Adnan barusan. Bikin dia naik darah. Jeles doi gaes.

"Gue tau dari neneknya dan memang niat awal gue gak bakal datang kesini lagi, gue nikmatin karma gue. Tapi setelah di pikir-pikir lagi... ini kesempatan buat gue."

"Ck, kesempatan lo udah habis. Jadi mendingan lo balik lagi aja ke asal lo. Hus.. Hus.." usir Revan. Laki-laki ini sudah tak tahan dengan Adnan, ingin sekali dia menghajarnya lagi tapi kasihan, muka dia udah gak berbentuk.

):

Adnan tertawa dengan sangat keras membuat dia sesekali miringis kesakitan. Revan sih yang ngeliat itu cuek aja. Masa bodo.

"Lo suka Putri, hm?"

"Ya!"

Ebuset bang langsung jawab aje lu:v

"Lo serius sama dia?"

"Ya lah, jelas."

"Lo bakal nembak dia?"

"Gue mau langsung lamar aja kalau bisa."

Ebuset main lamar aje lu bang, inget umur woy!






:v






Adnan menghembuskan nafas terakhirnya eh maksudnya menghembuskan nafasnya lewat mulut, kemudian dia berbicara dengan suara pelan namun di dalam tersirat akan keseriusan.

"Okay, jangan lupa pj kalau udah jadian."

"Eh?"

"Undang gue juga kalau lo mau lamaran."

Revan mengerutkan keningnya. Sungguh dia bingung.

Adnan menoleh ke arah Revan dan berkata, "gue titip Putri sama lo. Tolong jangan buat dia nangis."

Revan cukup tercengang setelah mendengarkan perkataan Adnan barusan. Apa tadi dia bilang? Titip Putri? Apa ini artinya Adnan mundur?

Bagus lah kalau dia mundur, Revan merasa aman, posisinya jadi gak terancam lagi.

Revan masih diam.

"Gue sadar diri, Van, gue udah gak pantes buat dia. Sebenernya gue kesini buat ngetest lo, sumpah!" ucap Adnan begitu meyakinkan.

Revan mengeluarkan nafasnya kasar.

Adnan terkekeh, "gue bohong soal kesini buat balikan sama Putri. Semua cerita gue barusan juga gak bener. Kecuali tentang gue pergi sama cewek, itu bener."

Revan mengepalkan tangannya, rahangnya sudah mengeras. Sungguh tangannya sudah gatal. Adnan yang melihat ekspresi Revan lantas tertawa.

"Pukul aja kalau emang lo mau pukul g--"

BUG!

Satu tinjuan berhasil mengenai wajah Adnan. Laki-laki itu meringis kembali untuk kesekian kalinya. Revan mengatur deru nafasnya yang tak beraturan gara-gara emosi.

Revan emosi karna Adnan mengerjai dia.

Tanpa sepatah kata pun Revan pergi meninggalkan tempat itu. Dia pergi meninggalkan Adnan sendirian dengan perasaan campur aduk. Antara senang, kesal dan bahagia.

Tapi yang lebih dominan sih ya jelas lah perasaan bahagianya. Hmm.

🌷🌷🌷

A/N

Maaf for typo(s) dan ceritanya makin ga jelas:(

Aku lagi buat work baru jadi ya gitu deh, agak susah juga bagi waktunya.
Tapi aku berusaha buat update secepatnya kokk. Heuheu

Daaan makasih buat kalian yang masih baca ceritaku ini. Big hug({{}})

Story Of Putri [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang