Bab 10

312 20 4
                                    

"LURUSKAN tangan kalian!" ucap bu Ely galak. "Angkat tanganmu, Segy!"

Udah gak usah pake nada gitu bacanya.👀

Bu Ely berjalan mengitari anak-anak yang datang terlambat, mereka sedang berdiri di tengah lapangan dengan tangan diluruskan ke depan. Sudah 45 menit mereka berdiri disana, mereka merasa mataharinya ada dua, panas buanget. Tolong dong siapapun yang merasa botak tutup kepala kalian, 'kan kasian mereka. Gakdeng.

Guru bahasa jepang itu memegang penggaris panjang yang dia tepuk-tepuk ditelapak tangannya. Tatapannya yang tajam membuat anak-anak yang berada disana menunduk takut. Takut kena rinegannya bu Ely bahaya.

"Kalian ini bagaimana sih? Udah besar masih aja datang terlambat!" ucapnya lagi. Muridnya hanya diam mendengarkan, mereka semakin menundukan kepalanya bahkan ada yang sampe menyentuh tanah saking takutnya. Gak kok gak, huaha.

"Ya sudah kalian saya tugaskan untuk membersihkan lapangan, sesudah itu kalian bersihkan wc." lanjutnya lagi.

Terdengar helaan nafas panjang dari mereka, bu Ely malah semakin melotot bahkan bola matanya nyaris keluar. Wah bahaya nih kalau rinegannya sampe keluar, pikir author.

Tak ada yang bisa membantah perkataan guru yang satu itu, partnernya bu Eha ini kalau sudah urusan memarahi murid. Kalau kata bang Sopo sih, yang sabar ya bos, i-iya bos i-iya.

Udah dibilang gak usah pake nada bacanya.👀

"Cepat! Atau mau saya tambah hukumannya?" mereka pun langsung beranjak dari tempatnya dan menjalankan perintah yang diberikan oleh sang hokage, eh salah maksudnya sang guru.

Putri yang melihat kejadian dihadapannya ini merasa kasihan, untung saja nasib dia hari ini tak seburuk nasib teman-temannya yang lain. Revan memang the best lah, laki-laki itu tahu jalan pintas menuju sekolah makanya mereka gak telat. Pokoknya kalau ada Revan semua masalah beres, atau juga gak(?)

"Yuk, Put." suara Chacha mengagetkan Putri. Seperti biasa Putri sedang mengantarkan Chacha ke wc. "lah kaget?"

"Untung nasib gue hari ini gak kayak mereka," tunjuk Putri dengan dagunya. Chacha mengikuti arah pandang sahabatnya itu.

"Lah ngapa emang?"

"Gue hampir telat tadi."

"Lah tumben?"

"Iya gara-gara Revan."

Chacha mengerutkan keningnya kemudian berkata, "bisanya sama Revan?"

Putri mengangkat kedua bahunya, "gak tau tiba-tiba aja datang ke rumah, bilangnya sih hari ini gak masuk makanya semalem gue nganter dia ke rumah lo."

"Modus itu, tai emang tu si kunyuk satu." lah si Chaha malah esmosi gaes. Sengaja di typoin👀

Putri diam tak menanggapinya kemudian dia berjalan duluan menuju kelasnya disusul Chacha dibelakangnya. Jam pertama pelajaran ibu Susan, guru bahasa indonesia itu sedang ada urusan jadi dia hanya memberikan tugas membuat puisi. Maka dari itu Putri dan Chacha bisa dengan bebas berlama-lama di luar kelas.

"Tapi, Put, jangan terlalu deket sama Revan." kata Chacha.

Putri menoleh ke arahnya, "deket sebagai temen mah gak masalah 'kan?"

"Iya sih ...."

"Nah yaudah."

"Tapi, Put, serius deh jangan terlalu deket." Putri menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kelas, tatapannya tertuju pada Chacha. "Revan udah ada cewek, gue gak mau lo dibilang macem-macem sama Rani."

Story Of Putri [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang