"RANI!" panggil Martha, "siniii .... cepetan elah lelet banget sih lo!"
"Apaan sih? Santai lah ini bawaan gue berat banget." jawab Rani. Mereka sedang berada di koridor sekolah dan koridor ini sudah nampak ramai mengingat ini sudah jam pulang sekolah.
"Cepetan!"
Rani pun berjalan mendekati temannya dengan terburu-buru, "ada apaan?"
"Itu liat, itu bukannya Revan cowok lo ya?" tunjuk Martha pada Revan. Rani mengikuti arah pandang temannya dan betapa terkejutnya dia melihat kekasihnya sedang berjalan beriringan dengan perempuan lain. Jangan-jangan dia orangnya?
Rani menghentakkan kakinya ke tanah dan langsung saja berlari menghampiri laki-laki itu. "REVAN!" teriak Rani dari ujung sana. Jarak mereka cukup jauh tapi suaranya ngalahin toa masjid, kenceng banget bikin semua orang yang ada di koridor ngeliat ke sumber suara--termasuk Revan dan Putri.
Baik Revan maupun Putri sama-sama menghentikan langkah mereka, Putri nampak terkejut saat melihat Rani sedangkan Revan terlihat santai. Laki-laki itu pun langsung saja menggandeng tangan Putri membuat detak jantung gadis itu berdetak 2 kali lebih cepat. Ah elah bang gak tau apa ini hati dek Putri jadi dag dig dug derr serrr, udah mah gandengnya erat banget. Unch gakuku.
Rani yang melihat itu langsung saja merasa jealous gaes, hatinya sakit banget, nyeri-nyeri gimana gitu, perempuan itu mulai kehilangan oksigennya, nafasnya jadi terasa berat. Rani jadi takut kalau Revan berpaling darinya. Ya elah udah berpaling keleus mbak, sadar napa-,-
"Van ...." Putri mencoba melepas tangannya dari genggaman Revan tapi laki-laki itu malah menahannya. Revan menoleh ke arah Putri kemudian dia tersenyum, senyumnya manis banget bikin Putri melongo. Duh ya Allah ini kenapa sama jantung Putri?
Lamunan Putri terhenti saat seseorang menarik paksa tangannya. Itu bukan Rani gaes tapi temannya, Cilla, dia manarik tubuh Putri dari belakang membuatnya hampir terjengkal kebelakang. Untungnya Revan cepat mengambil tindakan. Iya, dia menahan tubuh Putri agar tidak jatuh. Adegan tatap-tatapan pun di mulai. Hmm.
Putri menatap dalam mata teduh milik Revan, dia juga memperhatikan wajah laki-laki itu. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis, dia mempunyai bola mata dan alis yang sama dengannya. Rambut Revan juga berjambul. Tatapan Putri benar-benar sangat dalam pun sama dengan Revan. Ftv banget ini ya👀
Rani semakin dibuat panas dengan pemandangan di hadapannya ini. Perempuan itu menarik tubuh Revan agar menjauh dari Putri. "Revan apa-apaan sih kamu?!" sudah dipastikan mereka jadi bahan tontonan murid yang lain.
Revan mendengus malas, "apa sih?"
"Apa sih? Kamu bilang APA SIH?! KAMU ANGGAP AKU APA HAH?!" nada suaranya mulai meninggi, Rani benar-benar dalam keadaan emosi. Revan diam, kemudian tatapan Rani beralih pada Putri. Dia berjalan ke arah gadis itu, "dan lo, sama aja kayak sahabat lo ya, sama-sama gak tau malu."
Putri menundukan kepalanya, seluruh badan gadis itu gemeteran gaes keringat dingin pun mulai keluar, pasalnya tatapan Rani benar-benar mengintimidasi, serem. Tapi tiba-tiba Putri teringat omongan Chacha; jangan takut sama Rani hadapin aja, kalo lo takut dia semakin nginjek lo. Putri sudah cerita semuanya pada sahabatnya itu, tentang dia yang ingin membantu Revan. Awalnya Chacha menolak keras tapi akhirnya dia setuju juga, tapi dengan 1 syarat; kalau ada apa-apa Putri harus bilang padanya, Putri pun setuju.
Putri mulai mengangkat kepalanya dan balas menatap Rani dengan tatapan yang sama. Sungguh ini bukan sikap Putri banget tapi dia harus melakukan ini agar Rani jera. Jeraa.. jeraa.. jeraa~ udah gak usah nyanyi👀
"Oh lo nantangin?" ucapnya pelan. Putri tak menjawab dia masih terus menatapnya. "Berani lo sama gue?!" tangan Rani sudah siap untuk menampar Putri tapi Revan berhasil menahannya. Seperti de ja vu.
"Jangan sentuh dia." ujar Revan kalem tapi cukup menusuk hati. Asek. "Berani sentuh dia kelar hidup lo." Rani diam tak berkutik, matanya mulai memanas dia ingin menangis.
Revan menghempaskan tangan Rani kemudian menarik tangan Putri untuk segera menjauh dari tempat itu. Air mata Rani menetes saat melihat Revan pergi meninggalkannya dibelakang, dia mulai terisak. Martha dan Cilla langsung memeluk tubuh sahabatnya itu, Rani semakin terisak.
"Sstt udah, Ran, gak usah nangis. Urusan Putri biar kita yang urus, lo tinggal fokus aja ke Revan." ucap Cilla. Rani pun mengangguk dalam pelukan sahabatnya itu.
Awas lo, Put...
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Putri [COMPLETED]
Teen FictionRevan bertanya, "mengapa wanita selalu beranggapan bahwa pria mudah bosan?" Gadis itu, Putri, menarik sudut bibirnya ke atas dan menjawab, "fakta membuktikan, beberapa pria beranggapan wanita tidak mempunyai pendirian. Dan beberapa wanita mengangga...