Bab 23

233 25 4
                                    

"APAAN ini jirr?!" Chacha sewot saat Nando membawakannya satu bungkus penuh gorengan beserta cabenya. Udah mah cabenya banyak banget, bodynya juga cantik-cantik, semoq dan menggoda pokoknya.

Hmm, dasar Nando penyuka cabe-cabean):

"Gue mah baik, makanya beliin lo itu." jawab Nando seraya menunjuk bungkus gorengan dengan dagunya.

"Baik-baik pala lo peang!" Chacha mengambil satu gorengan lalu menyuapi Nando dengan paksa, membuatnya jadi tersedak. "Mamam nih gorengan!" ucap Chacha lagi.

Putri, Revan dan Kai tertawa melihat kejadian barusan. Baik Nando maupun Chacha, keduanya sama-sama berkepala batu alias keras kepala. Ya iya 'kan ya kepala mah keras, masa lembek?.-.

Oke itu gak jelaz. Back to bang Nando.

"Uhuk ... uhuk ...." Nando batuk gaes, tapi batuknya Nando lebay. Iyuh dasar):

Nando pun mengambil es Good Day Frezee milik Kai dan meneguknya sampai habis. Kai yang melihat itu sih pasrah ae lah, walau dalam hatinya gedek juga.

Tipe teman yang kamprett emang Nando):

"Van, manaa?" tanya Chacha. Revan mengangkat kedua alisnya ke atas sedetik kemudian dia tersadar.

"Oh iya, bentar ...." Revan mengambil ponselnya lalu membuka Line.

08.10

Maharani: Van kamu dimana?

Revano Salim: Kantin, u dmn?

Maharani: Aku juga di kantin, kamu disebelah mana?

Revano Salim: Pojok deket pintu masuk

Maharani: Oh okay
Maharani: Otw

"Otw katanya, Cha."

"Oke sip."

"Ini ada apa sih?" tanya Putri yang sejak tadi sudah penasaran.

"Ada deh ...." jawab Chacha, Putri langsung memberenggut. Revan yang melihat itu menahan senyumnya.

Lucu banget sih ....

"Noh orangnya," ucap Kai seraya menunjuk ke arah kanannya dengan dagu.

"Kita perlu cabut gak nih, Van?" tanya Nando.

"Gak usah, kalian disini aja." jawab Chacha.

"Lagi-lagi dia yang jawab, gue 'kan nanya Revan." gumam Nando yang masih bisa di dengar oleh semuanya.

"Udah diem lo punuk onta!"

"Oke, diem." Nando membentuk garis lurus dengan tangannya tepat di depan mulutnya.

Dan tak lama Rani CS pun datang, mereka terlihat bingung apalagi si Rani. Dia menatap Revan yang sedang menatapnya juga kemudian mereka semua ikut duduk.

Main duduk aja, padahal gak ada yang nyuruh. Udah mah Rani duduknya deket Revan terus badannya nempel banget lagi. Dasar iyuh):

"Eh conge, siapa yang nyuruh lo duduk disitu?" ucap Chacha ketus.

Rani menatap Chacha tak suka begitupun dengan Chacha, "apa lo liatin gue begitu?"

"Chaa ...." tegur Putri.

"Udah, Put, kali ini lo diem aja gak usah ikut campur. Gue gak terima ya sahabat gue diculik terus disekap. Apa-apaan coba."

Sudah dipastikan wajah Rani CS pucat. Apalagi Martha, dia terlihat gelisah sekali. Pasalnya Martha tahu Chacha bagaimana orangnya, dulu mereka berteman tapi karena ada suatu masalah jadi mereka bermusuhan gini. Tau lah mulut Chacha kayak gimana, ceplas-ceplos bikin hati saket sekale. Unch.

Sedangkan Putri dia terlihat bingung, dari mana Chacha tahu? Padahal dia belum memberitahukannya. Tatapannya tertuju pada Revan kemudian laki-laki itu mengangguk seperti tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Putri.

"Kenapa itu mukannya pada asem? Bedaknya luntur atau gimana? Atau makenya kurang tebel?"

"Bacot lo, Cha." kata Martha yang mulai terancing amarah.

"Apa? Gue bacot? Gak salah?" suara Chacha merendah tapi terdengar menakutkan. Chacha menatap objek di depannya dengan tatapan yang mematikan. Iya, Martha duduk tepat di depannya. "Kenapa lo diem kalau berhadapan sama gue? Tapi sama Putri lo berani?"

"Karena Putri cupu!" jawab Martha.

Chacha diam sejenak, dia mencerna kata-kata Martha. Sedetik kemudian dia tertawa, "hahaha .... sadar gak sih, itu lo ngomongin diri lo sendiri, tolol."

"Apaan sih lo," kini Rani mulai berani bersuara.

"Iya, temen lo ini cupu." ujar Chacha sambil menunjuk Martha dan Cilla dengan telunjuknya. "Lonya juga sih."

"Chaa!" tegur Putri sekali lagi. Tapi Chacha tak merespon. Unch dikacangin, sakit):

"Cupu karena kalian semua beraninya keroyokan. Ayo lah, one by one sama gue."

Asek mbak Chacha.

"Widih sadis." gumam Nando.

Rani, Martha dan Cilla lirik-lirikan. Mereka semua diam tak ada yang berani menjawab. Suasana pun menjadi hening hanya ada suara dari ponselnya Kai. Iya, laki-laki itu malah main Mobile Legend gaes.

"Anjing lo, Cha."

"Whaaat? Gue gogok? Lo ngatain gue gogok? Cius? Gak kebalik apa ya, harusnya gue yang bilang gitu ke lo, Cill."

Cilla mengepalkan tangannya di bawah, wajahnya sudah merah karena emosi. Rani sih diem aja tuh gaes, dia malah memanfaatkan situasi ini agar dia bisa berdekatan dengan Revan. Habisnya sih, Revan diem aja dari tadi, dia gak nyadar kalau badan Rani terlalu dekat dengannya. Fokus laki-laki itu hanya pada Putri.

Mejyjykan syekali kamu, Ran. Iyuh):

"Udah lah, kalian kalau lawan gue juga gak bakal menang. Tau sendiri gue gimana 'kan?"

Sombong banget sih mbak Chacha, tapi ku suka gayamu hehe.

Rani CS diam. Iya, memang benar kalau sampai mereka melawan Chacha gak bakal menang. Karena Chacha memakai pikiran, tenaga juga mulutnya yang tajam kayak silet buat ngelawan. Nah sedangkan mereka? Pikiran aja gak tau mereka punya atau gak):

"Permintaan gue gak muluk-muluk kok, minta maaf ke Putri."

"Apaaa?!" jawab Rani CS bersamaan. Mereka terkejud gaez. Wuow.

BERSAMBUNG...

🌷🌷🌷

A/N

Hallo semuaah, selamat hari senin untuk kalian yang ngangenin. Eak:v
Happy Scout day jugaa❤❤

Oh iya, gimana ceritanya sejauh ini? Komen dong komen. Akunya tuh penasaran:3

Ngebosenin?

Bikin jenuh?

Jelek?

Bagus?

B aja?

Atau gimana?

Btw, aku ultah lho hari ini gaez, ucapin dunk:3 wkwk gakdeng.
Jgn lupa vote dan koment ya. Karena 1 vote dari kalian itu sangad berarti untukkuh:") *lebay anying-,-

Oke ini kepanjangan cuap2nya wkwk.
Thanks bfr!^^

14 Agustus 2017

Story Of Putri [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang