WAJAH Chacha pagi ini kelihatan kusut banget, yang tadinya udah serem jadi tambah serem, nakutin banget pokoknya. Kalau kalian punya indera ke 6 mungkin kalian bisa melihat ada awan hitam beserta petir disekelilingnya. Tak ada yang berani mendekatinya, kecuali si Putri yang memang pawangnya Chacha.
"Janjinya sekarang eh malah gak masuk tu kunyuk satu, minta gue gorok kali ya lehernya." percaya tak percaya itu adalah ucapan pertama yang Chacha keluarkan setelah Putri memaksanya untuk berbicara, dari tadi Putri ajak ngomong tapi Chacha diem aja. Kacang memang mahal ya gaes?
Kening Putri berkerut dan seperkian detik langsung hilang. Oh Revan...
"Emang kenapa dia kok gak masuk?" tanya Putri.
"Meneketehe, ngomong ke Nando sih sakit tapi gue gak percaya, palingan tu bocah ngehindar dari gue."
"Chacha ih, gak boleh gitu!" Putri menabok bahu sahabatnya, "gak boleh su'udzon siapa tau dia emang beneran sakit."
Chacha mendengus kesal, "ya tapi hp gue ada di dia, Put, kesel banget dah gue. Lo gak tau aja sehari gak ada hp bagaikan seratus tahun mungkin lebih. Bete banget ah pokoknya." muka Chacha tambah kusut. Kalau saja ada setrikaan disini pasti Putri udah gosok itu muka dengan setrikaan agar terlihat rapih lagi, meskipun rapih sedikit tapi 'kan lumayan.
Chacha beranjak dari duduknya membuat Putri tersentak kaget, karena sewaktu Chacha berdiri buku dia jatuh. "Mau kemana, Cha?"
"Gue mau ke kelas Rani, lo mau ikut?"
"Ngapain ke kelas dia?"
Chacha bedecak kesal, "ck, mau hajar dia."
"Eh?!!"
"Ya gak lah gila aja, gue mau minta hp gue segera balik."
"Tapi 'kan hp lo ada di Revan?"
Lagi-lagi Chacha bedecak kesal, "ck, lo pinter tapi goblok ya, Put. Udah deh lo mau ikut apa gak?!"
Putri dibentak Chacha, suaranya membuat warga kelas menatap ke arah mereka dengan perasaan takut dan khawatir. Takut karena aura Chacha yang menyeramkan dan khawatir kalau Putri kenapa-napa. Tapi Putri sih biasa aja karena memang dia sudah kebal. "Ya udah deh, yuk."
"Dari tadi kek."
"Jangan marah-marah mulu, Cha, cepet tua loh." gurau Putri.
"Bodo amat, walaupun tua tetep kok gue semok emang lo." balasnya. Putri tertawa dan Chacha malah menatapnya bingung. Putri menjulurkan lidahnya meledek, Chacha sempat terdiam sampai akhirnya sahabatnya ini malah terkekeh pelan.
"Et iyee akhirnya ketawa juga." kata Putri dan wajah Chacha seketika memerah karena ketahuan oleh Putri. "Malu-malu segala biasanya malu-maluin juga."
"Bacot lo, Put."
"Et iyee suaranya aduhayyy lembut banget gak kayak tadi."
"Berisik!"
"Ow ow ow mukanya tambah merah."
"Putri!"
"Sok-sokan marah sekarang."
Chacha tak bisa menahannya lagi, dia pun menyemburkan tawanya dan mereka tertawa bersama untuk hal yang menurut mereka tak jelas. Bagi Chacha Putri berbeda dari teman-teman yang lain, teman yang lainnya sih menjauh karena tak tahan dengan sikap Chacha yang kasar, omongannya selalu nyakitin mereka, dan karena hal itulah membuat mereka menjauh.
Tapi tidak dengan Putri, dia tetap ingin berdekatan dengannya. Putri adalah orang pertama yang bisa membuat Chacha berubah dan mempercayainya bahwa dia sebenarnya orang yang baik. Ya walaupun kadang omongannya masih ceplas-ceplos, kelakuannya masih kejam tapi setidaknya Chacha tidak seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Putri [COMPLETED]
Teen FictionRevan bertanya, "mengapa wanita selalu beranggapan bahwa pria mudah bosan?" Gadis itu, Putri, menarik sudut bibirnya ke atas dan menjawab, "fakta membuktikan, beberapa pria beranggapan wanita tidak mempunyai pendirian. Dan beberapa wanita mengangga...