Bab 17

229 20 0
                                    

"Sekuat apapun kamu mencoba, sekeras apapun kamu berusaha kalau gak diselingi dengan doa, semua itu percuma."

(Revano Salim)

🌷🌷🌷

"L-LO?!" Putri terkejut setengah modar sewaktu melihat Martha yang duduk disebelahnya. Dia juga sempat bingung melihat mobil ini berbeda dari yang biasanya, tapi perempuan itu tak menaruh rasa curiga sedikit pun, malah pikir Putri sih Revan ganti mobil. Duh polos sekali pikiran kau nak):

Putri melepas kembali seatbeltnya dan hendak keluar dari mobil, tapi tiba-tiba ada sebuah tangan yang menahannya. Itu tangan Cilla.

"Eits, mau kemana?" kata Cilla dengan nada suara yang menurut Putri menyebalkan.

"Keluar." jawab Putri ketus.

Martha tertawa begitupun dengan Cilla, entah mereka menertawakan apa padahal gak ada hal yang lucu.

Lagi-lagi pergerakan Putri ditahan oleh Cilla kemudian dia berkata, "udah lo ikut kita aja, kita mau ngajak lo jalan-jalan."

Putri menoleh ke arah belakang tepatnya ke arah Cilla lalu menatap wajahnya dengan alis terangkat, dia diam sejenak kemudian menjawab, "kalo gue gak mau, gimana?"

"Wah songong banget lo sama kita." ujar Martha.

"Tau nih, kita ngajak lo baik-baik padahal." Cilla ikut bersuara.

"Baik-baik?" ucap Putri, "cara kayak gini kalian bilang baik-baik? Dengan datang ke rumah orang tanpa permisi dulu terus nahan gue supaya ga keluar dari mobil, ini yang namanya baik-baik? Gak salah?"

Sumpah demi apapun ucapan itu tiba-tiba keluar dari mulut Putri. Putri yang baru tersadar dengan ucapannya langsung menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Dia pun membuang pandangannya ke arah luar tak berani menatap Martha ataupun Cilla.

Mampus, sekarang gimana? Gue gak berani hadepin mereka. Chacha, Revan atau siapapun please help me.

"Lo songong banget sih? Berani sama kita?!" suara Martha membuat Putri harus memejamkan matanya. Jantungnya berdegup dengan kencang, keringat dingin mulai menjalar keseluruh tubuhnya.

"Udah, Tha, cepetan jalanin mobilnya. Gue mau kasih pelajaran sama ini bocah, udah gatel tangan gue."

Martha pun langsung menjalankan mobilnya untuk menjauh dari area rumah Putri. Putri meronta saat Cilla membekap mulutnya dengan sapu tangan. Dia mencoba melepasnya tapi nihil, tenaga Cilla lebih besar darinya.

Tak lama Putri terdiam, dia mulai memejamkan matanya dan tanpa dia sadari dia menyebut nama seseorang dengan suara pelan sebelum semuanya benar-benar gelap,

"Revan ...."

🌷🌷🌷

REVAN kembali ke rumahnya dengan perasaan campur aduk. Mukanya ditekuk, kerutan di keningnya kelihatan jelas banget, laki-laki itu nampak kesal.

Dia pun keluar dari mobilnya dan menutup pintu mobil dengan sangat kencang. Lagi-lagi itu membuat kucing kesayangan Revan yang sedang bermain di halaman rumahnya terkejut. Kalau hewan itu bisa ngomong sih pasti dia sudah protes pada majikannya.

Revan sedikit kesal karena Putri pergi ninggalin dia, padahal 'kan dia udah nyuruh Putri buat nungguin dia. Begitu Revan sampai di rumah Putri dia bertemu dengan Rita, dan wanita setengah baya itu menjawab kalau Putri sudah pergi sejak tadi. Revan spam chat dia gak bales bahkan sampai sekarang belum di read. Dia juga coba nelpon lewat Line tapi sama aja hasilnya, nihil. Alhasil sepanjang jalan laki-laki itu menggerutu tak jelas.

"Revan?" suaranya pelan tapi cukup membuatnya tersentak. Laki-laki itu menoleh dan mendengus malas. "Itu ada Rani di dalam, dia nungguin kamu dari tadi."

Tanpa menjawab perkataan ibunya Revan langsung saja berjalan menuju ke dalam rumah dan melewati Yunny--ibunya tanpa milirik sedikit pun. Yunny mengeluarkan nafasnya pelan, dia paham betul dengan anaknya ini.

Begitu Revan masuk ke dalam dia mendengar sesuatu, dia mencari sumber suara tersebut dan menajamkan indera pendengarannya. Langkahnya terhenti tepat di ruang tv.

"Hahaha .... jadi lo dimana sekarang?" sudah bisa ditebak 'kan ini suara siapa.

.....

"Loh kok jadi di rumah lo sih?"

.....

"Iya sih, tapi dia aman 'kan di sana? Inget loh jangan sampe dia lolos!"

Revan memicingkan matanya, dia masih fokus pada pembicaraan Rani. Perempuan itu sih gak tahu kalau Revan sejak tadi menguping pembicaraannya. Datangnya aja Rani gak tahu, kalau sampe tahu sih habaya banget.

Sengaja di typoin👀

"Revan belum datang, gak tau deh dia kemana. Gue udah pegel nih, mana nanti gue harus akting lagi kalau berhadapan sama dia."

Revan masih diam di tempat tak bergeming sedikit pun. Kedua tangannya dia lipat di depan dada dan tubuhnya bersandar pada tembok di belakangnya. Dia menatap tajam objek di depan sana. Posisi Rani membelakanginya.

"Iya iya .... gue tau kok, urusan Revan biar gue yang ngurus. Pokoknya gue serahin urusan Putri sama kalian."

Revan membulatkan matanya ketika Rani menyebutkan nama Putri. Dia terkejut gaes, laki-laki itu mulai esmosi, rasa-rasanya aku telah keliru eh kok malah nyanyi?👀

Maksudnya itu, rasa-rasanya Revan ingin segera menarik Rani keluar tapi dia masih punya sedikit rasa sabar. Iya, Revan masih punya cadangan rasa sabar gaes dan akan dia pergunakan dalam keadaan seperti ini. Revan juga bukan tipe orang yang suka buru-buru.

"Tapi serius 'kan dia aman? Maksud gue, gak ada yang liat kalian pas Putri masuk ke mobil?"

.....

"Bagus lah, kalau dia udah sadar kalian kasih racun aja terus kalian buang ke hutan supaya--"

"Rani?" panggil Revan.

Rani tersentak kaget kemudian dia memutar tubuhnya jadi menghadap Revan. Wajah perempuan itu terlihat pucat sedangkan wajah Revan terlihat merah padam.

"S-sayang? Kok kamu ada di sini?

Story Of Putri [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang