#timSiskaAlno
___Alno terkekeh dalam diam. Menatap dalam gadis yang sedang duduk di sampingnya itu. Heran, kagum, semua bercampur menjadi satu.
Diantara banyaknya tempat hiburan yang menjamur di daerah ibu kota Jakarta, seorang Siska Fiorenza lebih memilih tempat tenang dan sunyi bernama taman Cattleya. Atau biasa disebut taman Tomang.
Jika boleh jujur, salah satu alasan Alno tertarik dengan Siska adalah karena segala keunikan gadis itu. Gadis cuek pemarah dengan tampang datar itu menyimpan banyak kelebihan.
Di balik sikap cueknya itu, Siska menyembunyikan sifat penyayangnya. Dan di balik tampang dinginnya itu, Siska menyembunyikan senyuman menawan yang selalu dipuja Alno dalam diam.
Sejauh ini, selama Siska bersekolah di SMA Garuda tercintanya, kesan pertama yang diukirnya adalah menjadi gadis cuek pemarah dan penyendiri. Dan itu tak pelak membuatnya hampir tidak punya teman. Bahkan, dengan aksinya yang selalu bertengkar dengan Sinta sukses mengecapnya sebagai gadis dengan segala keanehan.
Begitulah, teman Siska bahkan bisa dihitung dengan jari. Terlepas dari teman sekelasnya yang hanya berstatus teman biasa karena berbagi kelas yang sama, teman Siska yang sebenarnya hanya Vira, Sitta, dan juga Alden.
Juga ada Baron dan Angga karena mereka sama-sama bergabung dengan tim basket sekolah. Selebihnya, mereka enggan untuk berteman dengan Siska. Termasuk Sinta.
Namun, sejak hadirnya Alno, Siska mulai membuka dirinya secara tidak sadar. Perkembangan hubungannya dengan sang adik kembar sedikit mengalami kemajuan, hanya sedikit.
Pun dengan koleksi temannya yang juga bertambah, yakni Viola dan juga Detta. Semua itu terjadi tanpa disadari olehnya.
Hey ayolah! Seorang Revalno David Akmal benar-benar sudah jatuh dalam pesona gadis itu. Seleranya dalam memilih gadis memang aneh. Padahal Siska selalu mendorongnya keluar dari kehidupannya. Namun, jangan bilang dia Alno kalau dia menyerah begitu saja.
Seperti saat ini, Alno seperti tak akan pernah bosan memandangi setiap lekuk wajah itu. Siska sedang memandang lurus ke depan, mengamati dua anak kecil yang sedang berebut balon. Sehingga kehadiran Alno terabaikan olehnya. Tak apa, Alno jadi semakin giat memandangi gadis itu dari samping.
Alno baru menyadari satu hal, ternyata Siska terlihat mirip dengan Sinta kalau dilihat dari samping seperti ini. Terutama matanya. Memang bulu mata itu tidak selentik bulu mata Sinta.
Namun, warna dan sorot matanya sama. Mata cantik khas Yuni, ibu mereka. Benar, seseorang tidak akan menyadari kemiripan mereka jika tidak memperhatikan dengan serius.
"Jangan pernah lo nunjukin senyuman lo itu ke cowok lain!"
Ucap Alno tiba-tiba menginterupsi apapun yang sedang dilakukan Siska. Gadis itu tadi tersenyum tanpa sadar ketika melihat dua anak kecil tadi berlarian mengejar balon.
Senyuman yang selama ini menjadi candu untuk Alno. Namun, senyuman itu seketika hilang ketika Alno menegurnya seperti itu.
Siska mau tak mau menoleh ke samping kirinya. Memasang wajah bingung dengan alis terangkat seolah berkata 'apa?'. Perlakuan sama yang sering dilakukan Alden pada Alno.
"Senyuman lo punya gue, cuma gue. Gue nggak mau berbagi sama cowok lain!", tegas Alno. Dia mengunci pandangan Siska terfokus pada iris matanya.
"Hak gue mau senyum sama siapapun", tungkas Siska. Dia memutus pandangannya dengan Alno, tidak mau terus-menerus terbelenggu dalam manik mata gelap itu.
Alno tersenyum, kemudian beralih memandang danau buatan di depannya. Air danau itu terlihat menyejukkan.
"Gue bersyukur sama sifat cuek lo itu, Siska"
Siska mendengus, Alno itu memuji atau mengejek sebenarnya? Kalimatnya berisi fakta yang menyebalkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar yang Dikembar-kembarkan
Teen Fiction. Alih-alih saudara kembar yang biasanya selalu akur kemana-mana berdua, Siska dan Sinta adalah kembar yang akan cakar-cakaran jika disandingkan. Kembar dengan segala perbedaan bumi dan langit, ditambah lagi dengan sikap semua orang yang sel...