Kejenuhan. Mungkin ketika seseorang bertemu dengan orang yang memiliki kadar bicara terbatas, pasti kebosanan yang akan mengambil alih situasi. Dimana untuk saling mengobrol pun butuh penggalian topik ini itu agar suasana tidak mati.
Dan untuk menjaga agar orang itu tetap bicara, si lawan bicara haruslah orang yang cerewet agar mereka tidak terjebak dalam kecanggungan.
Ya, itu yang sebagian besar orang pikirkan. Ketika tidak ada obrolan yang terjadi untuk memecah sepi, pasti kebosanan yang akan melanda.
Kendati demikian, semua itu tidak berlaku jika sebuah perasaan bernama cinta mulai ikut campur. Bahkan tanpa adanya kata sekalipun, suasana bernama bosan tak akan pernah bisa menyusup.
Semua itu karena cinta. Hal bodoh yang bisa membuat orang bahagia hanya dengan bersua dengan pasangannya. Meneliti setiap inchi dari wajah orang yang membuat hati terpana.
Juga memerhatikan setiap tingkah yang dilakukan oleh orang itu. Bahkan jika dia hanya diam layaknya patung, dunia tempat mereka berada tetaplah berasa seperti surga.
Dua sejoli ini misalnya. Dua anak manusia itu sedang duduk diam tanpa bicara sepatah kata pun. Mereka hanya diam memandangi buku yang terbuka di atas meja.
Oh, bukan. Hanya seorang, karena seorang diantaranya sedang sibuk mengagumi indahnya ciptaan Tuhan di depannya.
Lagi-lagi Sinta tersenyum, hanya dengan memandangi Alden di depannya bisa membuat dia tenang. Cukup lama mereka berada dalam posisi seperti itu.
Sinta masih anteng menyangga dagu dengan tangannya agar bisa puas mengamati pemandangan. Sedang Alden, dia sedang mencoba untuk tetap tenang.
Alden akhirnya mengangkat pandangan. Manik mata mereka bertemu. Dengan serta merta Sinta semakin menarik ujung bibirnya membingkai senyum. Hanya sebentar karena Alden memilih menutup bukunya lalu berdiri.
"Udah?"
Alden tak menjawab. Cowok itu kemudian berlalu membuat gadis itu mengekor.
"Kok udahan bacanya?"
"Nggak konsen"
"Kenapa?"
Alden sempat melirik gadis yang berjalan di sampingnya sebelum pandangannya kembali lurus ke depan. Sebelah tangannya ia tenggelamkan dalam saku celana.
"Berasa diliatin makhluk aneh"
Detik pertama Sinta mengerjap. Detik kedua Sinta melotot. Dan di detik ke tiga Sinta mendengus. Kesal lantaran disindir seperti itu.
Lagipula bukan salahnya jika dia terpesona dengan wajah tampan nan rupawan Alden. Salahkan si pemilik muka lempeng yang menjeratnya untuk memandang penuh kagum.
Sebenarnya Sinta juga merasa heran. Lelaki yang ada di depannya itu, Sinta pikir debuman di jantung yang ia rasa belakangan ini akan kembali normal ketika ia sudah terbiasa bersama Alden.
Namun nyatanya, setelah menjadi pacarnya sekalipun, malah membuat Sinta semakin candu memandangi wajah datar mempesonanya.
"Al?", Sinta memanggil.
Dilihatnya cowok itu juga menoleh ke arahnya.
"Nanti temenin beli sesuatu"
Sebelah alis Alden meninggi sebagai tanda ia bertanya. Salah satu kebiasaan cowok itu yang sudah Sinta hapal di luar kepala.
"Beli boneka", Sinta membingkai senyum andalannya.
"Lagi?"
"Cuma beli boneka kecil, kok. Buat gantungan tas gue tuh. Punya gue yang kemaren ilang, Al"

KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar yang Dikembar-kembarkan
Fiksi Remaja. Alih-alih saudara kembar yang biasanya selalu akur kemana-mana berdua, Siska dan Sinta adalah kembar yang akan cakar-cakaran jika disandingkan. Kembar dengan segala perbedaan bumi dan langit, ditambah lagi dengan sikap semua orang yang sel...