Hoho...
Selamat membaca.Salam kenal
Firda._______
Pagi ini, kedua saudara kembar itu harus berangkat sekolah bersama karena motor Sinta masih betah menginap di bengkel. Rencananya, Sinta akan mengambilnya nanti setelah pulang sekolah karena arahnya berlawanan dari arah rumahnya ke sekolah.
Jangan ditanya lagi bagaimana ekspresi muka mereka saat ini, keduanya manyun karena harus berangkat bersama saat ini. Terutama Siska yang merasa terganggu karena memberi tumpangan pada Sinta yang mengganggu ketentraman hatinya.
Setelah turun dari motor Siska, Sinta segera melongos pergi meninggalkannya di tempat parkir tanpa sepatah katapun. Sementara Siska yang masih berdiri disana hanya berdecak geram dengan tingkah adik kembarnya satu itu.
"Dasar cewek barbar! Nggak tau terimakasih banget jadi orang. Nggak pernah diajarin sama bokap lo apa?", gumamnya.
"Eh tunggu, bokap dia kan bokap gue juga, kenapa gue jadi nyalahin bokap gue sih? Ah bodo amat", lanjutnya lalu melenggang pergi ke kelasnya.
Pelajaran dimulai, atmosfer kelas yang tadinya hiruk pikuk berubah tenang seketika saat melihat bu Wanda -guru kimia- memasuki kelas mereka. Bu Wanda akan membagikan hasil ulangan kemarin, dan itu sukses membuat mereka terlihat suram.
Apalagi wajah-wajah mereka yang tidak belajar saat ulangan diadakan kemarin. Saat seperti ini, mereka pasti akan bertingkah seperti seorang peramal handal dan mencoba mengira-ngira berapa nilai yang mereka dapat.
"Viola Agatha Yubi", panggil bu Wanda. Vio langsung beranjak kedepan untuk mengambil kertas ulangannya. "Belajar lagi", ucap bu Winda pelan.
"Shasha Raditta", bu Winda sedikit tersenyum padanya.
"Lumayan, tingkatkan lagi".
"Fradetta Yolan"
"Yogi Pratama"
"Arsita Dewi"
"Vira Anindita Yovi"
Satu persatu nama telah dipangil kedepan. Sinta semakin harap-harap cemas dengan nilainya. Dalam urusan penampilan dan bergaul, Sinta memang dapat jempol. Tapi dalam urusan pelajaran, jempol yang didapatkannya akan terbalik kebawah.
Dia sedang memikirkan bagaimana reaksi Andre jika mengetahui kalau nilainya nanti jelek? Apa ia akan dimarahi lagi?
"Sinta Fradella Aznii", Sinta melangkah dengan malas, sudah bisa ditebak hasilnya akan seperti apa.
"Belajar! Kenapa nilai kamu selalu seperti ini?", ucap bu Winda semakin membuatnya kusut setelah melihat angka yang tertera di lembar ulangannya.
"Lo dapet berapa, Sin? Ancur lagi?", tanya Detta.
Sinta melirik kearah lembar ulangan mereka. Detta mendapat nilai 53, Vio mendapat nilai 61, lalu dirinya, 47.
"Siska Fiorenza Aznii", giliran Siska dipanggil. "Bagus, nilai sempurna!", kata bu Wanda bangga.
"Nilai sempurna lagi ya? Kenapa otak gue nggak kaya elo sih? kenapa selalu gue yang harus dimarahi papa? Sial", batin Sinta kesal.
-
Atmosfer kantin memang seperti ini saat jam istirahat, selalu padat penghuni. Tempat yang pengap karena terlalu banyak orang ini memang tak pernah sepi. Seluruh warga sekolah berkumpul menjadi satu disini. Termasuk Siska dan Sinta, walaupun mereka berjauhan, tapi tetap cukup untuk saling bertatap muka.
Sinta sedang menggerutu kesal dalam hatinya. Nilainya yang semakin hari semakin memburuk sedikit membuatnya khawatir. Saat ini ia sedang berdiri mengantri untuk membeli minuman dengan mood yang berantakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar yang Dikembar-kembarkan
Fiksi Remaja. Alih-alih saudara kembar yang biasanya selalu akur kemana-mana berdua, Siska dan Sinta adalah kembar yang akan cakar-cakaran jika disandingkan. Kembar dengan segala perbedaan bumi dan langit, ditambah lagi dengan sikap semua orang yang sel...