Bab 23 Terusik

2.1K 129 0
                                    

Cieee yang nyariin aku. Nungguin apdetnya yaa...
Pliissss jangan marah karena lagi lagi apdet nya lama banget. Hehe...

Enjoy!
~

Firda~

_______________________________________

Bel pulang sekolah berdering menggema di sepanjang koridor. Membuat siswa-siswi menggeram kegirangan di dalam hati. Bunyi bel memang selalu menjadi hal yang paling mereka nantikan selama di sekolah.

Kecuali bunyi bel masuk tentunya. Terlebih saat belum selesai mengerjakan tugas, bel masuk menjadi bunyi paling horror bagi mereka.

Sebenarnya bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu. Namun, guru biologi yang mengajar di kelas Alno dan Alden belum juga terlihat akan mengakhiri pelajarannya.

Hal ini tentunya membuat siswa-siswi penghuni kelas itu mendesah gelisah karena harus menunda kepulangan mereka. Kemudian, setelah lima menit berlalu, barulah pak guru itu mengucap salam.

Sungguh, semua orang langsung bernafas lega setelahnya.

Alno menyampirkan tasnya di bahu sebelah kiri setelah mengemasi buku-bukunya. Dia berjalan mendekati bangku dimana Alden duduk. Kemudian menyenderkan bokongnya di meja milik Alden.

"Gila, pak Rusdan korupsi waktu terus kerjaannya", keluh Alno pada Alden yang baru saja selesai memasukkan buku ke dalam tas.

"Biasa", komentar Alden sembari bersandar di sandaran kursi.

Baron dan Angga pun menghampiri mereka dan ikut nimbrung.

"Nongkrong yok! Bosen gue gegara pak Rusdan", ucap Baron.

"Bosen tidur maksud lo?", ejek Angga.

Baron mencebik sementara Alno dan Angga tertawa mengejek. Ditambah dengan Alden yang tawanya berupa dengusan meremehkan saja.

Memang benar, sejak tadi pelajaran pak Rusdan hanya dilalui Baron dengan tidur berhalang buku. Dan Angga sebagai teman sebangkunya jelas tau itu.

"Tai lo, Ga!", cibir Baron membuat Angga semakin puas mengejek.

"Eh seriusan gue, tempat biasa yuk!", ajak Baron lagi. Efek mengantuknya pun semakin menambah rasa bosannya.

"Lo duluan, deh. Gue nganter cewek gue balik dulu", kata Angga.

"Intan udah gede ini. Suruh balik sendiri bisa kali. Sehari doang nggak bareng", cibir Baron.

"Dih, sensi. Yang ditinggal ceweknya mudik. Gitu amat muka lo"

Angga tertawa lagi mengiringi muka Baron yang masam.

"Bacot lo, Ga", kesalnya.

"Emang Kaila mudik kemana, Ron?", tanya Alno yang baru tahu. Pantas saja tadi di kantin tidak melihat Kaila bersama Baron seperti biasanya.

Baron semakin mendengus sembari bersidekap dada. "Balik ke Jogja dia. Sodaranya ada yang nikah"

"Yaelah. Ditinggal beberapa hari doang udah asem aja muka lo", timpal Angga lagi.

Baron menjitak kepala Angga yang masih menertawakannya. Membuat Angga mengaduh sakit dengan mengusap-usapnya. Walaupun tawanya masih saja belum hilang.

"Yaudah. Jadi, gue sama Alno Alden berangkat duluan nih?", tanya Baron kembali ke topik nongkrongnya tadi.

"Gue nanti nyusul deh, udah ditungguin Siska di parkiran"

Kembar yang Dikembar-kembarkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang