Enjoy!
Salam sayang,
Firda,
Cewek gila yang masih bingung sama tugas kuliah.____________________________________
Malam mengambil alih. Namun tak ada gemerlap bintang yang menemani. Langit malam yang indah berubah sunyi. Hanya bulan berhias awan tipis yang menguasai.
Merenung menatap langit di balkon kamarnya, Siska menghela napas berulang kali. Digaruknya ujung hidung yang terasa gatal.
Semilir angin meniup rambut hitamnya yang tergerai jatuh. Menyebabkan helai-helai rambut membelai nakal wajahnya.
Sesekali Siska menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Namun karena tak sabar, dia meraih ikat rambut yang melingkar di pergelangan tangannya kemudian mengikat rambut menjadi satu agar diam.
"Sis?"
Siska menoleh mencari suara yang memanggil namanya. Masih dalam kegiatannya mengikat rambut.
Sinta, entah sejak kapan kembarannya itu berdiri di belakangnya. Siska tak menyadari hal itu sama sekali.
Seolah langkah kaki Sinta benar-benar ringan hingga Siska tak mendengarnya barang sedikit pun.
Sinta mengambil posisi tepat berdiri di sebelah Siska. Mengikuti gaya kakak kembarnya yang berpegang pada palang pembatas setelah usai dengan urusan rambutnya.
"Ngandang mulu lo, kayak ayam"
Sontak Siska memicingkan matanya karena merasa tersindir dengan ucapan Sinta.
Cengiran khas Sinta pun muncul karena ditatap Siska sengit.
"Ngapain sih kesini?", tanya Siska.
Sinta malah mencebik. "Yaelah, sewot amat, lo"
Mereka berdua sama-sama memandangi langit yang kosong. Hawa sejuk pun menemani aksi dua saudara kembar yang terlihat akur itu.
"Kenapa laki lo?"
Dahi Siska berkerut bingung. Dia menatap balik Sinta yang menatapnya dengan sedikit seringai di bibir.
"Laki?"
Siska mengulang kata yang didengarnya dari Sinta. Hanya memastikan barang kali dia salah dengar.
Sinta mengangguk. "Si Alno, laki lo kan itu?"
Kalimat Sinta itu memaksa Siska untuk memutar bola matanya.
"Bahasa lo, laki. Sejak kapan gue nikah sama dia?"
Sinta tertawa pelan. Diiringi dengusan Siska yang kesal.
"Lo belom cerita ke gue soal cek-cok tadi pagi"
Siska memicing.
"Apaan?"
Pertanyaan Siska yang pura-pura tidak tahu itu memicu decakan Sinta.
"Yaelah. Udah cerita cepetan. Ada apaan lo sama Alno tadi pagi?"
Sekarang Siska baru mengerti kemana arah pembicaraan yang Sinta bicarakan. Siska faham cek-cok apa yang dimaksud oleh Sinta.
"Harus gitu gue cerita?"
Siska berlalu masuk ke dalam kamarnya. Diikuti Sinta yang masih dalam mode kepo di belakangnya.
Kini mereka berdua sudah ada di atas kasur milik Siska. Dengan Siska yang telungkup dan juga Sinta yang duduk bersila menghadapnya.
"Ih, udah cepetan cerita. Abis ngapain lo bedua sampe lo ngambek pulang duluan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar yang Dikembar-kembarkan
Teen Fiction. Alih-alih saudara kembar yang biasanya selalu akur kemana-mana berdua, Siska dan Sinta adalah kembar yang akan cakar-cakaran jika disandingkan. Kembar dengan segala perbedaan bumi dan langit, ditambah lagi dengan sikap semua orang yang sel...