Hi...
Apa begitu bosenin ya sampe gak ada yang baca? Hahahaha..
Jangan berhenti di pertengahan ya. Soalnya aku juga gak bakal nyerah di tengah jalan. Hehehehe..Enjoy!
0.4 The Choice
Aeris POV
Langka. Jika Chanyeol menawarkan bantuan ketika dia sedang malas atau bermain gitar, itu adalah hal langka. Bagiku kesempatan ini sangat jarang walau pun aku dan dia sangat dekat. Dia pria yang sangat pemalas. Catat, pemalas.
Ketika dia berkata bahwa dia benci melihatku menangis, sejujurnya aku tersentuh. Jantungku berpacu sedikit cepat dan aku gugup berhadapan dengannya. Chanyeol sederhana, dia selalu menaiki kereta besar berwarna hitamnya sejak awal dia menimbah ilmu di kota. Dia juga sangat mandiri, dan impiannya ialah menjadi musisi terkenal.
Seperti biasa dia memboncengku. Hal ini bukan pertama kalinya. Anehnya kali ini sedikit berbeda. Ketika tanganku melingkar di pinggangnya aku merasakan pipiku menghangat. Apa ini effect dari perkataannya tadi?
Aku tidak peduli. Hubungan kami tidak mungkin lebih dari sekedar teman. Berpikir terlalu banyak membuatku tidak sadar kalau kami sudah sampai di depan istana Suho.
Jangan menyebutnya rumah, jelas rumahnya tidak terlihat seperti sebuah rumah. Jika rumah, dia tidak akan sebesar dan seluas itu. Aku hanya mencapnya sebagai istana. Benar, istana.
Kereta Chanyeol memasuki perkarangan rumahnya, beberapa pohon cemara yang dibudidaya menjulang di sisi jalan menuju bangunan utama. Berbagai tumbuhan dan beberapa macam bunga dengan varian warna menghiasi tamannya. Kalau berjalan kaki dari gerbang hingga bangunan itu mungkin membutuhkan 15 menit. Bayangkan, cukup luas kan!
"Turunlah," suruh Chanyeol setelah kami sampai.
Kebetulan, saat kami tiba, Suho keluar. Matanya memicing ke arah kami. Lalu dengan langkah angkuh dia mendekat ke arah kami. Aku buru-buru mengembalikan helm Chanyeol dan berjalan sedikit menjauh dari Chanyeol.
"Aku mau minta maaf, kita seharusnya bisa lebih dewasa. Ehm maksudku-"
"Aku tidak suka melihat temanmu itu!" potongnya.
"Eh?"
"Kau terlalu dekat dengannya. Aku tidak suka. Kalau kau mau tetap bersamaku, silakan jauhi dia!" perintahnya seraya menggerakkan jarinya ke arah Chanyeol.
Chanyeol mendengarnya. Jarak kami tidak terlalu jauh.
"Chanyeol sahabatku."
"Sejak awal aku sudah benci melihat kedekatanmu dengan Chanyeol. Kalian bersahabat tapi di mataku kalian layaknya sepasang kekasih. Beberapa hari ini aku berpikir, mungkin itulah sebabnya kita tidak pernah cocok. Karena selalu ada pria itu di antara kita. Kalau kau masih mau melanjutkan hubungan kita, maka jauhi dia!"
Aku memejamkan mataku karena menahan marah. Aku menangis berhari-hari karenanya. Mataku bengkak dan hatiku sakit. Tapi dia, Suho baik-baik saja. Dan sekarang dengan angkuhnya dia memerintahku. Chanyeol adalah sahabatku, selamanya seperti itu. Selama ini seperti itu.
Dia juga memiliki sahabat dan aku sebagai kekasihnya tak pernah memintanya menjauhi sahabat wanitanya, bahkan terkadang ada yang kelewat seksi dan dekat dengannya. Apa haknya yang hanya sebagai kekasih untuk mengatur pergaulanku? Dia bukan suamiku. Bahkan kalau pun dia suamiku, dia tetap tak bisa melarangku. Aku jelas dengan hatiku. Aku jelas dengan apa yang ada di antara kita bersama batasannya. Selama ini tidak ada masalah, lalu kenapa sekarang dia membahas hal ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky [Chanyeol x Aeris]
FanfictionDikatakan Aeris adalah wanita paling beruntung di dunia ini. Ketika ia dilahirkan dan diberi nama Aeris, maka sejak saat itulah dia akan menjadi kesayangan semua orang. Aeris tumbuh menjadi remaja yang menawan, dia memiliki : - Kakak super cerewet y...