1.0 Cemburu
Aeris POV
Aku menyelesaikan kelasku dan sesuai janji dengan baekhyun, aku pergi ke ruang klub band milik mereka yang berada pada gebung B kampus sekolahku. Dari depan pintu saja aku sudah mendengar beberapa suara alat musik yang tidak beraturan dari dalam sana. Mungkin masing-masing dari mereka tengah berlatih. Aku merasa gugup entah bagaimana untuk masuk ke dalam. Berharap saja kalau Baekhyun atau Chanyeol berada di sana, setidaknya hanya mereka yang aku kenal. Mungkin.
"Hai," sapaku canggung ketika membuka pintu dan memunculkan kepalaku sedikit ke dalam sebelum Baekhyun menyambutku dengan ceria.
"Aeris, masuklah."
Pandangan Chanyeol pada satu set drumnya beralih padaku. Oke, aku mengerti tatapan penuh curiganya. Seolah dia bertanya kenapa aku datang?
"Kenapa kau datang?" pertanyaan itu terasa dingin ketika Chanyeol melontarkannya dengan rasa penasaran.
"Aku memintanya," Baekhyun membantuku menjawab. "Dia Aeris, temanku dan Chanyeol."
Ada 3 orang lain yang asing di mataku, namun kalau aku tidak salah mengingat gosip di kampus, mereka juga makhluk serupa —populer.
"Ini Luhan, dia vokalis bersamaku. Lalu ini Lay, dia bisa menjadi gitaris dan pianis, dan dia juga bisa menulis lagu sama baiknya denganku, posisi tepatnya keyboard, dan yang terakhir Xiumin, dia paling tua tapi terlihat paling muda, posisinya gitaris."
Baekhyun menjelaskan secara singkat. Ketiga pemuda itu menampilkan senyum ramah seraya menyambut tanganku dengan hangat.
"Baekhyun belum pernah mengajak gadis manapun ke ruang latihan kami. Bahkan dia sangat benci kalau sekelompok penggemar berdiri di pintu luar ruangan ini," Xiumin mengedipkan matanya seolah aku dan Baekhyun memiliki hubungan spesial dan dia tahu itu.
Oh ayolah, aku dan Baekhyun baru saja saling mengenal beberapa waktu lalu. Baekhyun harusnya masih waras dan tak mungkin jatuh untuk gadis sepertiku.
"Jadi, kapan kita akan melanjutkan latihan kita?"
"Santai Yeol," kata Baekhyun menanggapi Chanyeol yang tampak bete. "Biar kuberitahu, lagu ini berhasil kutulis berkat seseorang dan orang itu Aeris."
Seketika itu aku merasakan darahku berdesir. Pipiku memanas, dan mematung di tempat. Apa baru saja dia mengatakan bahwa aku inspirasi dari lagu itu? Dia menyuruhku ke sini untuk memberitahuku kalau dia menulis lagu itu untukku? Bolehkah aku berpikir seperti itu?
Lebih heran lagi kalau Chanyeol di posisi lebih terkejut ketimbang aku. Perasaanku saja atau Chanyeol memang terlihat tidak senang untuk hal itu. Tidak tahu.
"Woah..." ketiga pria itu mengejek Baekhyun bercanda sambil menyikutnya dan melirikku berulang kali.
"Kalian lanjutkan saja latihannya tanpa aku, tiba-tiba saja aku merasa tidak enak badan. Aku pergi dulu!" Chanyeol menyambar tasnya buru-buru lalu keluar dengan langkah besar.
Dia bahkan tak menoleh padaku, apa aku sudah berbuat salah padanya? Aku melihat punggung Chanyeol menghilang setelah pintu dibanting olehnya. Apa yang salah dengannya?
"Ada apa dengannya?" mereka berbisik satu dengan yang lain sementara Baekhyun hanya mengendikkan bahunya tidak tahu.
"Baek, aku minta maaf, sepertinya aku tidak bisa ikut pulang denganmu." aku menyesal mengatakan ini tapi Chanyeol, aku rasa aku mengkhawatirkannya dan aku harus mengejarnya sekarang juga.
"Kau mau menyusul Chanyeol?"
"Benar, dia selalu merawatku saat sakit jadi aku pikir aku harus membalasnya. Aku pergi dulu, dah semuanya."
Aku berlari mengejar sosok Chanyeol yang tidak tahu sudah berjalan ke mana. Tapi aku ingat, Chanyeol selalu melewati kedai es kesukaannya ketika dia marah. Benar saja, dia berada di sana. Aku memegang lututku kelelahan setelah berlari keluar. Napasku tersenggal-senggal menatap ke dalam kedai itu. Setelah napasku lebih stabil aku melangkah masuk.
"Yah, kenapa kau bi—"
"Pergi saja bersama Baekhyun-mu!" potong Chanyeol sinis.
"Yah!" aku membentaknya kesal. "Kau ini kenapa eoh? Aku mengejarmu sampai kelelahan dan kau berkata sinis seperti ini padaku?"
"Sejak kapan kau jadian dengan Baekhyun?" tuduh Chanyeol. "Sejak di pantai waktu itu?"
Aku benar-benar tidak habis pikir kenapa Chanyeol berkata seperti itu dan marah.
"Apa? Jadian? Kenapa kau menuduhku?"
Kami beradu mulut sampai menjadi pusat perhatian di sana.
"Kalau tidak, kenapa—"
"Cukup! Jadi apa yang mau kau katakan sebenarnya hah? Aku dan Baekhyun tidak ada apa-apa dan kalaupun ada kenapa kau marah?"
Telinga lebar Chanyeol terlihat memerah. Kenapa dia marah? Wajahnya berkali-kali lebih kesal sekarang.
"Kalau begitu jangan peduli denganku lagi, cari saja Baekhyun setiap saat ketika perlu teman untuk mendengarkan masalahmu. Apa aku tidak boleh marah? Aku merasa seperti boneka bagimu, kau peluk ketika sedih, kau buat jadi lap ingus ketika menangis, dan ketika kau mendapat boneka baru, kau membuangku!"
Tanpa sadar kata-kata itu menyinggung hati paling kecilku. Aku selalu dekat dengan Chanyeol, teman tanpa batasan. Tapi hari ini kata itu menyadarkanku bahwa Chanyeol mungkin telah merasa terbebani dengan kehadiranku. Tidak pernah sekalipun aku berpikir untuk menemukan orang lain menggantikan posisinya di hatiku.
"Aku tidak pernah menginginkan boneka baru saat aku masih mempunyai boneka terbaikku, kenapa kau menyakitiku dengan kata-katamu? Aku bahkan lebih memilihmu daripada kekasihku, kenapa bisa-bisanya kau pikir aku hanya memanfaatkanmu? Apa aku adalah beban untukmu selama ini? Kenapa kau berpikir kalau aku akan lebih menyukai Baekhyun yang baru aku kenal ketimbang dirimu?"
Tanpa aku sadari aku menangis. Amarah Chanyeol mereda, dia mendekatiku dan mendadak memelukku erat.
"Maaf, jangan menangis."
"Beritahu aku alasannya, bodoh!" aku mencoba melepaskan diri dari pelukannya yang hangat.
Sial, aku merasa sesuatu tidak beres sedang bekerja dalamku. Setelah menuduhkan dan menjatuhkan mood-ku, pelukan hangatnya malah membuat jantungku berpacu dan hatiku yang kembali tenang.
"Aku tidak bisa memberitahukannya, aku takut kita tak akan bisa kembali seperti semula."
Apa yang sedang terjadi pada hidupku? Aku tidak mengerti. Apa dia sedang memberikanku semacam kode?
"Memangnya kelak bisa bagaimana sampai kau merasa takut kalau semua akan berubah?"
Chanyeol melepaskan pelukannya dan menatapku dalam diam beberapa detik. Lalu dengan gugup dia membalasku, "Aku takut ketika kau lebih dekat dan bersama Baekhyun, kau akan melupakanku."
Apakah aku salah ketika mendengar kegugupannya yang sama seperti sebuah kebohongan? Tapi untuk apa dia berkata ambigu seperti ini? Mungkinkah dia cemburu bukan karena persahabatanku dengan Baekhyun melainkan takut dengan hubungan khusus yang mungkin akan aku jalin dengan Baekhyun? Chanyeol.., menyukaiku?
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky [Chanyeol x Aeris]
FanficDikatakan Aeris adalah wanita paling beruntung di dunia ini. Ketika ia dilahirkan dan diberi nama Aeris, maka sejak saat itulah dia akan menjadi kesayangan semua orang. Aeris tumbuh menjadi remaja yang menawan, dia memiliki : - Kakak super cerewet y...