Clover 1.6

82 20 4
                                    

1.6 Sick

Author POV.

Perasaan bahagia Aeris meluap setiap kali ia teringat akan sosok Chanyeol. Setiap perlakuan yang pernah pria itu lakukan baginya sungguh sangat membuatnya tersentuh. Apapun itu. Bahkan baru semalam ia pun begitu terharu akan sikap Chanyeol padanya. Malam begitu dingin dan demi dirinya Chanyeol sampai rela tidak memakai baju.

Hal pertama yang dilakukan Aeris di pagi hari adalah melihat ponsel cerdasnya. Biasanya setiap pagi akan ada asupan pesan penuh cinta dari Chanyeol. Dengan antusias ia menyalakan ponselnya. Senyum yang tadinya begitu jelas perlahan memudar karena di antara pemberitahuan sosial media dan lainnya, tidak ada pesan dari Chanyeol. Padahal itulah yang paling diinginkannya.

"Tidak biasanya!" gumam Aeris lemah.

"Ah, aku saja yang mengiriminya pesan!"

To : Yeollie ♥

Selamat pagi chagiya.., kau sedang apa?

Send!

Seraya menunggu balasan dari kekasihnya, Aeris pergi bersiap untuk kuliah. Sampai ia menyelesaikan mandi dan siap-siapnya, belum ada tanda-tanda balasan dari Chanyeol.

Aeris pun tidak ingin menduga-duga hal negatif yang sedang Chanyeol lakukan. Pria itu mencintainya dan dia yakin Chanyeol tak mungkin mengkhianatinya.

~

Aeris menyelesaikan kelasnya dan masih dengan perasaan yang cukup membuatnya tidak mampu fokus. Chanyeol masih belum mengabarinya sama sekali. Jujur saja dia sedikit khawatir dan angan-angannya pun semakin liar. Pikirannya mulai membuat asumsi yang aneh. Aeris akhirnya memutuskan untuk datang ke ruang latihan band Chanyeol. Kemungkinan pria itu pasti ada di sana. Chanyeol begitu serius dengan bandnya dan bermimpi membuat bandnya mengeluarkan album resmi, penampilan di tv, dan terkenal.

Aeris berjalan dengan langkah besar ke ruangan itu. Ketika dia membuka pintu dan mengedarkan pandangannya ke semua ruangan, dia tidak menemukan sosok yang ia cari. Tatapan aneh dan penuh tanya pun didapatkannya dari teman-teman Chanyeol. Hanya Baekhyun yang akhirnya mendekat dan bertanya.

"Kenapa kau ke sini? Mau mencariku?"

"Aku mencari Chanyeol, apa dia tidak datang ke sini?"

"Chanyeol? Kau tidak tau kalau Chanyeol absen hari ini? Dia kan sedang sakit!"

Aeris cukup terkejut. "Aku tidak tau, aku pikir—" ah benar, Aeris berhenti mengoceh ketika ia teringat kejadian semalam. Chanyeol pasti terserang flu karena kedinginan semalam. Aeris pun memukul kepalanya sendiri tanpa sadar karena tadi dia sudah sempat berpikir yang tidak-tidak. Tanpa pamit ia langsung berlari keluar dan menuju tempat Chanyeol.

~

"Chan!" panggil Aeris penuh cemas sambil menggedor pintu.

Panggilan itu berulang-ulang dilontarkan hingga akhirnya pintu terbuka. Chanyeol tampak lemah dan lesu. Wajahnya sedikit pucat. Matanya tidak terbuka sempurna terlihat seperti ia terpaksa bangun untuk membukakan pintu. Sosok tinggi itu batuk dan bersin beberapa kali begitu ia menampakkan diri.

Aeris langsung masuk dan menyentuh kening Chanyeol. Pria itu sudah demam dan sangat panas. Aeris menjadi begitu cemas dan buru-buru membawa Chanyeol kembali masuk dan duduk di sofa.

"Kau demam, sudah minum obat?"

Chanyeol hanya menggeleng.

"Makan?"

Lagi-lagi hanya menggeleng. Wajar saja dia tidak punya tenaga. Sudah sakit, tidak makan dan tidak minum obat.

"Yah!" Aeris begitu kesal dengan pria itu, bagaimana bisa dia menahan itu tanpa memberitahu siapapun. Mata Aeris sudah berkaca-kaca. Dia tidak bisa marah, bagaimanapun juga dia menjadi salah satu penyebab dari sakitnya Chanyeol.

"Baiklah. Di rumah ada obat?"

Chanyeol yang sudah sekarat hanya bisa menggeleng dan menggeleng. Aeris menuju dapur dan memeriksa kulkas. Tidak ada bahan makanan apapun selain mie instan di dalam lemari. Aeris pun segera pergi keluar membeli obat sekaligus makanan di market terdekat. Tidak lupa dia mengambil kunci apatermen Chanyeol agar nanti tidak mengganggu istirahat Chanyeol.

Semangkuk bubur dengan taburan abon dibawa Aeris ke meja dekat sofa. Dia membangunkan Chanyeol untuk makan dan minum obat.

"Aku tidak selera." suaranya begitu kecil dan serak.

"Minum dulu." Aeris menyodorkan segelas air putih hangat. "Kau harus makan!"

"Suapin!" Chanyeol tersenyum kecut karena setelah minum, dia mampu membuka matanya dan melihat wajah Aeris yang begitu mencemaskannya. Chanyeol gemas dengan wajah Aeris, ingin sekali menggodanya tapi dia sedang tidak memiliki energi.

Aeris pun mulai menyuapi Chanyeol dan tidak lupa ia pun mulai mengoceh. "Yah! Kau anggap aku ini apa hah? Kenapa tidak memberitahuku sama sekali? Baekhyun saja tau!"

Chanyeol mengacak rambut Aeris, sungguh gadis itu terlihat begitu menggemaskan di matanya. "Baekhyun menghubungiku saat subuh, suhu tubuhku baru mulai naik jadi aku sempat mengangkat panggilannya."

"Kenapa dia menghubungimu sepagi itu? Matahari saja belum muncul!"

Chanyeol terkekeh pelan mendengar jawaban Aeris. "Dia menanyakan soal lagu, karena takut ilham dan idenya menghilang makanya dia buru-buru meneleponku. Jadi aku sekalian minta dia menuliskan surat untukku."

"Dan kau mengabaikan pesanku!" gerutu Aeris.

"Apa kau mengirimiku pesan? Aku tidak tau. Aku hanya tidur dan tubuhku sekarang terasa seperti bukan tubuhku saja."

"Baiklah, melihatmu sakit karena diriku, aku akan memaafkanmu kali ini. Tapi lain kali awas saja kalau kau tidak memberitahuku soal kondisi dirimu."

"Ok!"

Setelah makan dan minum obat, tubuh Chanyeol mulai enakan. Kini ia merasa sedikit lebih bertenaga. Tiba-tiba saja Aeris menangis.

"Wae..?" Chanyeol yang masih lemah langsung menangkup wajah Aeris.

"Maafkan aku.."

"Bukan salahmu.."

"Gara-gara aku, kau jadi sakit. Kalau saja kau tidak membuka bajumu.."

Dengan jempolnya, Chanyeol mengusap air mata Aeris. "Jangan menangis lagi, ini bukan salahmu. Memang kondisiku yang lagi gak fit aja."

"Awas saja kalau kau sampai sakit lagi!"

Chanyeol tertawa kecil, merasa begitu lucu dengan ucapan Aeris barusan. "Aku hanya manusia biasa, sayang!"

"Tetap saja, kau harus mendapat ijinku untuk sakit!"

"Baiklah, aku akan menurutimu."

Entah mengapa, fokus Chanyeol malah beralih ke bibir Aeris. Kalau diingat-ingat ciuman pertama mereka juga saat dia sakit. Tanpa sadar dia sudah menempelkan bibirnya di sana. Aeris yang terkejut pun hanya bisa membulatkan matanya, tapi hanya 3 detik berlangsung, Chanyeol sudah melepaskan bibirnya. Wajah Aeris terlihat sedikit kecewa. Meskipun dia terkejut dan hal itu terjadi begitu mendadak, tapi tidak berbohong Aeris menginginkannya. Sejak resmi berpacaran mereka belum berciuman dan itu sedikit menyebalkan.

"Aku lupa kalau aku sedang demam dan flu.." Chanyeol menghirup udara dengan kasar dan hidungnya tersumbat.

"Apa kau pernah dengar tentang flu dan demam akan sembuh kalau sudah dituralkan ke orang lain?"

"Tentu saja, karena itu aku—"

"Kau tidak mau menularkannya kepadaku?" potong Aeris.

Chanyeol melebarkan matanya. "Tentu saja tidak!"

"Tapi aku ingin menyembuhkanmu!" tatapan Aeris semakin serius.

Tanpa lebih banyak babibu lagi, Aeris menarik tengkuk Chanyeol dan menciumnya. Bibir kedua orang itu saling bertaut. Usai berciuman, keduanya tersenyum lucu dan menjadi kikuk.

"Eh.., itu.. Aku sudah merasa baikan.." Chanyeol menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia berusaha mencairkan suasana.

"Kalau nanti aku yang sakit. Aku akan kembalikan padamu!"

Bahagia mereka sangat sederhana. Bersyukur kondisi Chanyeol sudah membaik. Aeris yang masih khawatir pun memutuskan menginap hari itu.

Tbc...

Lucky [Chanyeol x Aeris]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang