Plain 1

6.2K 366 52
                                    

"The sun goes down and it comes back up, the world will turn no matter what."
~Just Hold On-
Louis Tomlinson ft. Steve Aoki
★★★★★★★★

Hari ini adalah seminggu sejak seorang Rafael Radenka Adrian -seseorang yang disukai Sherra- kepergok melakukan hal tidak pantas -untuk yang ke sekian kalinya- di lingkungan sekolah.

Ya... Rafael dan teman perempuannya itu terpergok oleh guru penjaga ruang UKS yang kebetulan hendak mengambil obat maag untuk seorang anak yang membutuhkan obat pil kunyah itu. Hukumannya? Jangan tanya. Kemarin mereka baru saja angkat kaki dari sekolah Sherra untuk selamanya. Dan menurut Sherra, itu cukup pembalasan yang cukup setimpal atas perbuatan Rafael yang menciumnya dengan paksa saat dia yang terlebih dahulu memergoki mereka berdua di ruang UKS.

Dan disinilah Sherra sekarang, di pojok koridor yang sepi. Duduk bersila di lantai koridor sambil membaca sebuah novel yang ia bawa dari rumah. Hobinya membaca mengikuti kakaknya, Sam dan ibunya, Zolla. Dan tempat tenang dan sejuklah yang menjadi spot favorit Sherra untuk menghabiskan waktu dengan novelnya. Hanya dirinya dan karya tulis itu.

Sherra bukannya tidak memiliki teman di area sekolah ini. Dia punya, dan jumlahnya tidak sedikit. Hanya saja, ketika berhadapan dengan teman-temannya itu, dia mau tidak mau harus bersikap 'sok fun' agar lebih mudah membaur dengan teman temannya. Dan itu sungguh bukanlah sifat asli Sherra.

Sifatnya yang tenang dan cueklah yan merupakan sifat dasarnya. Sifat yang ia bisa ungkapkan kepada keluarganya dan orang orang yang tidak dia kenal juga orang-orang yang tidak mau ia kenal.

Agar sifatnya yang cuek dan tenang -yang menurut Sherra harus dipertahankan itu- tetap bertahan pada dirinya, dia memilih lebih banyak sendiri daripada bersama teman temannya.

'Kelak, tidak akan ada saat dimana seorangpun yang membantu kita. Jadi jangan menggantungkan diri berlebihan kepada siapapun.'

Itulah satu dari beberapa prinsip hidup yang Sherra pegang hingga saat ini. Hidup akan berputar, matahari akan tenggelam dan bersinar, dan kita akan terjatuh tanpa ada seorangpun yang peduli.

Sherra menarik nafas panjang saat novel yang dibacanya memasuki halaman terakhir. Sherra tersenyum saat membaca endingnya. Dia suka cerita yang realistis seperti novel yang ia baca sekarang.

Sad ending. Tentu saja akhir yang terasa lebih realistis adalah ending yang berakhir dengan sedih. Tidak banyak akhir bahagia di dunia nyata ini. Apalagi ending sempurna seperti yang para novelis -sang penjual mimpi- tuliskan di halaman belakang novelnya.

Prinsip hidup Sherra begitu flat dan terkesan tidak punya semangat hidup, iya kan?

Tapi begitulah Sherra.. Semuanya berubah sejak dirinya melihat Rafael melakukan itu. Dia tidak lagi mau jatuh cinta. Baginya semua laki laki adalah teman. Hanya sebatas teman. Tidak akan menjadi lebih dari status itu.

Tepat saat Sherra membaca kalimat terakhir dalam novel itu, bel masuk kelas berbunyi. Dan ini adalah tanda bahwa dia harus menahan agar dirinya, tepatnya bibirnya, tidak 'pegal karena terlalu banyak tersenyum' lagi.

Sherra berjalan menuju koridor anak kelas 11. Dan dia langsung melenggang masuk kelas, begitupun dengan murid-murid lainnya. Bukannya melanggar aturan baris, tetapi memang saat istirahat berakhir -di sekokah Sherra- tidak lerlu berbaris lagi, langsung masuk saja.

Sherra duduk di bangku belakang, bersama teman sebangkunya, Awan. Awan adalah salah satu lelaki baik yang Sherra kenal. Awan benar benar... Mmm.. Alim. Dia tidak  pernah telat mengumpulkan tugas, tidak pernah mengumpat, dan bahkan tidak pernah bicara satu katapun saat guru menjelaskan. Garis bawahi... Tidak pernah bicara. Dan menurut Sherra, Awan sangat pas duduk dengannya. Untuk mengurangi intensitas 'sok fun' nya.

Our Fresh TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang