Part 25

2.1K 176 16
                                    

'I don't like your perfect crime. How you laugh when you lie. You said the gun was mine Isn't cool, no, I don't like you.'
~Look What You Made Me Do~
Taylor Swift
★★★★★★★★

"Resh, jadi lo suka sama She---"

Ucapan Nando terputus karena Resh mengangkat tangan kanannya pertanda interupsi. "Mulai suka, bukan suka. Dan untungnya kebusukannya udah keliatan waktu aku masih mulai suka, bukan udah suka. How lucky I am."

Semuanya terdiam dan menatap kearah Resh dan Sherra sambil memberikan tatapan bingung, kecuali Nando yang sudah tau kalau Sherra mengetahui rahasia Resh.

Resh menatap tajam Sherra dengan sepasang bola matanya. Baru saja ia membuka mulutnya untuk memaki Sherra, bel masuk sudah berbunyi. Resh kembali menutup mulutnya dan mengetatkan rahangnya. Lelaki itu berjalan meninggalkan lapangan belakang begitu saja dengan tangan yang masih terkepal. Resh belum pernah merasakan kemarahan seperti ini kepada seorang perempuan. Apalagi kejadian ini berlangsung secara tiba-tiba, bagaikan laut tenang yang tiba-tiba didatangi ombak besar.

Oh, tidak... Bahkan laut tenang yang akan didatangi ombak masih menunjukkan gelungan-gelungan air sebelum ombak itu datang. Entahlah, Resh tidak tau apakah permisalan yang tepat untuk masalahnya sekarang ini.

Resh duduk di tempatnya dengan India yang menyusul beberapa saat kemudian, dan menempati tempat di sebelah Resh. Beberapa detik kemudian, Sherra datang bersamaan dengan Awan. Tampak keduanya berjalan beriringan. Wajah Sherra masih saja tampak cemas, dan kepalan tangan Resh masih saja ingin melayangkan pukulan kearah wajah Sherra.

Sherra dan Awan duduk di depannya seperti biasa. Resh bisa mendengar bisikan-bisikan, yang sekitar delapan bulan yang lalu ditujukan kepada Sherra, kini ditujukan kepadanya.

"Resh..." Resh mendongak ke kearah depan, dan tampaklah Sherra yang sudah memutar tubuhnya untuk berbicara dengan Resh.

"Resh, gue ng----"

"Diem deh." Ucap Resh dingin. Berusaha untuk tidak memaki Sherra.

"Tapi, Resh. Bu---"

"Ngerti kata diem nggak sih? Pelajarannya udah mau mulai. Ganggu aja." Sherra mengunci mulutnya seketika ketika mendengar perkataan Resh. Perempuan itu memutar tubuhnya untuk menghadap kearah depan kembali.

Sepanjang perjalanan, Resh hanya diam. Tidak berniat untuk bicara sedikitpun kepada siapapun. Lelaki ini hanya bisa mendengar gosip tak ada hentinya dari berbagai sudut kelas. Gosip yang ditambah-tambah dengan hal yang tidak masuk akal, seperti tuduhan kalau dia operasi plastik, sering mengunjungi gay club, sampai dirinya dituduh sebagai transgender. Telinga Resh benar-benar panas mendengarnya.

Kenapa sih orang-orang di sekolahnya masih berpikiran kolot? Apa salahnya menyukai sesama jenis? Bukankah usia sepertinya memang seharusnya digunakan untuk mencari jati diri? Lalu mengapa jika ia jatuh cinta pada sesamanya? Toh, dirinya masih manusia, dan dia tidak merugikan orang lain. Kenapa mereka yang mempermasalahkan hal yang tidak berkaitan dengan kehidupan mereka? Resh tidak mengerti semua itu, dan rasanya sampai kapanpun, Resh tidak akan bisa mengerti jalan pikiran orang kolot seperti para biang gosip di sekolahnya.

Ketika bel istirahat berbunyi, langsung saja Resh bangkit berdiri dan melangkah pergi meninggalkan suasana kelas yang menurutnya memanas. Sherra yang melihat hal itu hanya terdiam dengan wajah yang masih saja cemas.

★★★★★★★★

"Sendirian aja?"

Resh menoleh dan saat itu pula didapatinya India yang menengok dari balik pohon yang disandari Resh. Saat ini Resh sedang duduk bersandar di balik pohon besar yang ada di lapangan belakang. Lapangan benar-benar sepi karena sebenarnya tidak ada yang boleh datang ke tempat itu. Anak-anak kelas 12 sedang melaksanakan ujian, dan lokasi kelas untuk ujian berdekatan dengan lapangan itu.

"Yeah, as you see.. I'm alone." Resh kembali menghadap kearah depan, menatap pepohonan lain yang ada di area lapangan. Pendengarannya masih terfokus pada earphone yang terpasang di sebelah kanan telinganya. Lagu Look What You Made Me Do milik Taylor Swift sedamg berirama di telinganya. Sebenarnya Resh tidak terlalu suka dengan lagu ini, hanya saja lagu ini sangat pas dengan keadaannya saat ini.

"Aku duduk ya." Ucap India, dan tanpa menunggu jawaban Resh, perempuan itu langsung duduk di samping Resh. Tangan perempuan itu tampak mengulurkan bungkusan roti. "Ini, I want to be good by treating you, don't refuse it."

Resh yang tadinya sudah membuka mulutnya untuk menolak pemberian India pun menutup mulutnya lalu tersenyum dan menerima roti berbungkus kuning yang pasti berisi krim keju manis di dalam rotinya. "What are you doing here?" Kata Resh sambil merobek bungkus roti dan mulai menggigitnya.

India ikut merobek bungkusan roti berwarna coklat muda yang berisi krim moka di dalam rotinya dan menggigitnya, lalu berkata, "I do nothing. Is there any problem if I'm here?"

Resh menggeleng. "Just... Little bit unsual. You used to be with her. Dia pasti sendirian sekarang." Sedetik kemudian Resh mengutuki dirinya yang berbicara tanpa memilah perkataannya terlebih dahulu.

Terdengar suara tawa India, "Kamu bener-bener suka sama dia, Am I right?" Resh menggeleng. "I will not love anybody who tried to betray me."

"You dodged." India menatap Resh. "Even if she betrayed you, you still love her. The truly truth is you already opened your heart for her. Kamu udah suka sama dia." Resh kembali menggeleng. "Gak mungkin. It's just your feeling sweetheart."

"Yeah.. It's just my feeling, and my feeling never goes wrong, Mr. Brown." Balas India dengan bangga.

"India, what do you think about oldminded people? How about them?" Tanya Resh -setelah beberapa saat suasana hening- sambil memandang kearah depan dan melepaskan earphone miliknya dari telinganya. Lelaki itu lebih memilih untuk mengambil atensi atas pembicaraan mereka.

"Hm.. Oldminded people? Is it about every people who judge that gay is something upnormal?" Tanya India balik. Resh mengangguk, "Especially them."

India tampak berpikir sejenak, lalu berkata, "Well... Aku enggak bisa menyalahkan pikiran orang-orang seperti itu. Bagaimana pun, di negara ini dan banyak negara lainnya, gay memang bukan sesuatu yang benar. Tapi gimana ya... Menurut aku orang-orang seharusnya udah mulai buka pandangan mereka, ubah cara pandang mereka yang masih kuno. C'mon... Kamu dan orang-orang lainnya nggak mengganggu kita. Seharusnya mereka nggak usah memikirkan dan mengurusi masalah orang lain."

"Kamu nggak bilang hal ini cuma gara-gara aku yang nanya, kan?" Tanya Resh sambil menatap India dan memicingkan matanya.

"Oh, ayolah Resh... Di negaraku, hubungan semacam itu juga udah legal. Buat apa aku jawab seperti tadi cuma buat menyenangkan hati kamu." Balas India. Resh hanya mengangguk-angguk percaya.

Di belakang mereka, secara diam-diam Sherra menangkap pembicaraan mereka. Sherra yang tadinya ingin mencari India, menjadi ikut menyimak pembicaraan itu. Diluar pembicaraan mereka tentang Resh yang tampak mulai menyukai dirinya, Sherra mengerti sekarang, mengapa Resh menjauhinya, mengapa semua orang bergosip tentang Resh, dan kenapa teman-teman Resh menatapnya dengan penuh kebencian.

Tapi yang tidak Sherra tau adalah, siapa yang membocorkan rahasia ini? Dan apa tujuannya? Karena bukan dirinyalah yang membocorkan rahasia besar Resh.

★★★★★★★★

Hai hai.. Update lagi:))

Vomments yang banyak ya.. Biar aku makin semangat nulis:D

Callista

Our Fresh TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang