Plain 6

3.1K 250 56
                                    

"All you have to do is stay, a minute, just take your time. The clock, is ticking, so stay."
~Stay~
Zedd ft. Alessia Cara
★★★★★★★★

Sherra membuka pintu depan rumahnya dan mendapati Resh dengan tubuh setengah basah, dan terlihat titik titik air di rambutnya.

"Kenapa lo hujan-hujanan gini sih?" Keluh Sherra sambil membawa kaos serta handuk kecil untuk Resh. "Nih.. Gue ada kaos kegedean banget. Gak pernah gue pake sih. Ambil aja, simpen buat lo. Gue bikin teh." Setelah mengucapkan itu, Sherra melenggang pergi ke dapur untuk membuat teh.

Beberapa saat kemudian, harum aroma teh melati menguar ke seputaran ruang tengah. Resh menoleh ke sumber aroma itu, dan mendapati Sherra tengah berjalan kearahnya sambil membawa nampan berisi dua cangkir teh serta sebuah teko berukuran sedang.

"Nih, minum dulu.." Ucap Sherra sambil meletakkan nampan diatas meja yang ada di ruang tamu. "Eh, mmm.. Lo suka teh, kan?" Lanjut Sherra sambil mengusap tengkuknya. "Gue lupa tanya tadi. Kalo lo gak suka, gue bikinin minuman yang lain kok."

"Aku suka teh kok." Ucap Resh sambil tersenyum. Wajah Resh yang mudah memerah tampak merah sekarang. Mungkin faktor kedinginan.

"Kenapa tadi lo gak langsung bilang gue sih kalo lo diluar pintu? Pake basa basi segala." Dengus Sherra kesal. Gadis itu memilih duduk di sofa yang berada tepat di hadapan sofa yang diduduki Resh.

"Kamu khawatir ya sama aku? Yakan?" Tanya Resh sambil menaikturunkan alisnya dengan percaya diri. Sherra yang mendengar itu hanya bisa berkata, "Bahasa lo menggelikan." Resh pun tertawa renyah saat mendengar lontaran kalimat dari mulut Sherra.

"Enggak enggak. Aku tadi baru pulang dari rumah temen. Habis main basket. Dan tiba tiba, hujannya turun gitu aja. Aku inget kalo rumah kamu di sekitar sini, ya aku mampir aja. Sekalian berteduh." Ucap Resh. "Ini tehnya boleh diminum, kan? Nggak diracunin sianida?"

"Enggaklah. Lo berburuk sangka banget sama gue. Minum aja. Gak gue kasih sianida kok." Balas Sherra tidak terima."Palingan racun arsenik."

"Sialan!"

Sherra tertawa mendengar umpatan pelan yang keluar dari mulut Resh. Sherra menuangkan teh untuk Resh, kemudian untuk dirinya sendiri. Tangannya bergerak lincah menaruh teko kembali ke tempat semulanya dan mengambil teh tawar panas miliknya.

"Lo suka teh tawar, atau teh manis?" Ucap Sherra. "Kalo mau teh manis, gue ambil gula di dapur."

"Nggak usah. Nggak perlu yang manis-manis. Kan aku udah manis, ganteng lagi." Sherra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menahan tawa mendengar kalimat pertanda narsis yang diucapkan oleh Resh.
"Eh Resh... Btw, lo masih inget rumah gue?" Ucap Sherra sambil menyandarkan punggungnya di sofa.

"Ingat kok. Kan dulu, waktu kita kelas 10, terus aku ada ulangan Sejarah, dan buku paket sejarah buat materi belum dibagi di kelasku, akhirnya aku pinjam paketmu." Ucap Resh sambil mengambil cangkir berisi teh dan tatakan cangkirnya.

"Atau kamu yang gak inget kalau aku pernah pinjam buku paketmu?" Mata Resh memicing isyaratkan tuduhan.

"Ya enggaklah. Gue inget kok. Sampe waktu itu lo jalan kaki nemenin gue yang pulangnya kesorean itu, kan?" Resh mengangguk menjawab pertanyaan Sherra.

"Iya sih ya... Kenapa kamu gak dijemput supir waktu itu ya?" Tanya Resh.

"Papa sibuk di kantor, mama lagi ada rapat buat persiapan ujian nasionalnya Natha, adik gue, terus Pak Sukir cuti pulang kampung, dan... Kakak gue lagi sibuk dengan kerja kelompoknya." Balas Sherra sambil sedikit berpikir keras, untuk mengingat kejadian masa lalu itu. "Gue juga pulang sore. Kita pramuka kalo gak salah... Eh, iya kan ya?"

Resh mengangguk. "Iya, pramuka." Jawabnya. "Dan.. Itu pertama kali kita kenal gak sih?" tanya Resh.

"Iya kali... Tiba tiba aja lo bilang ke gue kalo lo..." Sherra menyeruput teh tawanya. "Kalo lo mau pinjem paket gue. Yah.. Gue kaget juga sih. Masa iya, kenal aja enggak, langsung pinjem."

Resh terkekeh, "Ya kan waktu itu... Yang ada di kelas itu tinggal kamu... Niat awalnya sih aku mau pinjem Ramos, temen sekelas kamu dulu... Inget kan?" Sherra mengangguk-angguk. "Nah, tuh anak udah pulang. Yaa.. Aku pinjam kamulah.. Daripada nilai rapor merah."

"Jarang banget ada cowok, apalagi pebasket, yang mentingin nilai rapor kayak lo." Ucap Sherra takjub.

"Yaa.. Kan aku mau dapet rata-rata rapor tinggi, biar bisa ngelanjutin studi agrikultur ke Australia. Atau.. Kalau enggak agrikultur, pengen masuk bioteknologi."

"Suka banget sama Biologi?" Tanya Sherra. Resh mengangguk semangat. "Sempat mau jadi petugas NASA, tapi gak minat lagi. Pengen jadi dokter spesialis dermatologis, tapi enggak pengen lagi." Resh tersenyum tanpa dosa.

"Hidup lo masih random banget." Sherra ikut terkekeh.

"Iya.. Kalo kamu? Maunya jadi apa?" Tanya Resh kepada Sherra.

"Dari dulu sampai sekarang, masih pengen jadi ahli obat-obatan sih." Ucap Sherra sambil meminum tehnya lagi. Sherra mendengarkan suara derasnya hujan, masih deras, tetapi sudah lebih baik dari sebelumnya.

Resh juga tampak sudah memakai kaos yang dia berikan. Entah kapan Resh menggantinya, mungkin saat Sherra membuat teh...

"Farmasi? Pantesan kimia kamu bagus." Kata Resh sambil mengangguk-angguk.

"Tau darimana kalo kimia gue bagus?" Tanya Sherra heran. Karena dia tidak pernah menunjukkan nilai ulangannya kepada Resh sekalipun.

"Dari Awan. Dia tetangga aku sih. Sering belajar bareng juga. Jadi kalo gak ngerti ini itu, bisa tanya ke Awan." Sherra mengangguk-angguk. Awan -teman sebangkunya- memang anak terpintar di kelasnya. Tidak heran jika Resh sampai bertanya banyak hal mulai pelajaran hingga informasi lain yang mungkin tidak Resh tau.

Suasana menjadi hening, keduanya hanya diam dan menikmati rasa dingin yang merasuk sampai ke tulang. Dengan dibumbui kehangatan yang menenangkan dari teh tawar yang sudah hampir habis di gelas mereka.

Aroma petrichor yang tercium sampai ke dalam ruangan itu menambah rasa nyaman bagi mereka berdua. Sampai salah satu dari mereka kembali membuka pembicaraan.

"Sherr.."

"Hm?" Sherra menatap Resh sebagai bentuk atensi atas panggilan Resh. Resh menatap Sherra dalam-dalam. Obsidian milik Resh seakan menusuk sepasang mata milik Sherra.

Sherra yang ditatap tajam langsung bergidik ngeri. Memangnya ada apa dengan Resh?

"Sherr.. Aku.."

Sherra memperhatikan Resh dan menebak-nebak apa yang akan Resh bicarakan dalam hati. Apa dirinya membuat kesalahan? Atau, ada kata katanya yang menyinggung Resh?

"Aku.."

Sherra menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Dia mulai tidak sabar dan ingin tau apa yang akan diucapkan oleh Resh.

"Aku kebelet pipis sumpah! Toiletnya dimana sih?! Aku cari cari sekeliling gak ada!"

"Sialan lo, Resh."

★★★★★★★★

Ngetik sambil mikirin seseorang😂

Vomments yang banyak yaa.. Biar aku makin semangat nulis:D

Callista

Our Fresh TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang