Plain 3

4.1K 288 21
                                    

"I just wanna know you better, know you better, know you better now."
~Everything Has Changed~
Taylor Swift
★★★★★★★★

Setelah hari itu, Resh jarang menemuinya lagi. Karena... Yah, urusan mereka sudah selesai. Dan Sherra rasa juga memang sewajarnya kalau Resh kembali seperti biasa. Dan dirinya juga kembali seperti biasa. Membaca buku di sudut koridor sepi.

"Hai, Kak." Sherra mendongak dan mengangkat sebelah alisnya saat mendapati Natha, adiknya satu-satunya, berada tepat di hadapannya dan menyapanya. Natha duduk tepat di sebelahnya. Bersila dan bersandar di tembok.

"Mau curhat apa kamu?"

"Ih, kakak tau banget deh kalo aku mau curhat." Sherra hanya menggeleng gelengkan kepalanya. Dia sudah hafal dengan kebiasaan adiknya ini. Mendatanginya untuk dijadikan pendengar atas curhatannya.

Ucapan aku-kamu yang Natha gunakan saat bersamanya mengingatkan dirinya kepada Resh yang juga akrab dengan gaya bicara aku-kamu. Sherra terkekeh dalam hati saat mengingatnya.

"Gini loh, Kak." Sherra kembali fokus kepada Natha saat adiknya itu memulai ceritanya. "Kemarin, di kelasku.. Ada anak laki laki yang dipanggil guru. Nah, anak ini kan anak baik baik dan enggak pernah dapet masalah, jadi wajar dong kalo anak sekelas kaget pas dia dipanggil guru? Apalagi guru yang manggil guru BK."

Sherra hanya mengangguk angguk sambil mendengarkan.

"Nah, terus nih ya.. Siangnya ada kabar kalo ternyata.. Dia dipanggil gara gara masalah... Mmm.."

"Masalah apaan?" Tanya Sherra penasaran.

"Mmm.. Gosipnya, dia dipanggil karena.. Ketahuan berorientasi gay." Ucap Natha sambil memelankan suaranya di akhir kalimat.

"Hah?" Sherra mengerutkan alisnya tidak percaya. "Mana ada di sekolah ini orientasi kayak begituan?"

"Percaya deh, Kak. Pasti ada paling enggak satu anak di setiap angkatan, baik cewek ataupun cowok, yang berorietasi kayak gitu." Balas Natha.

"Mmm.. Terus anaknya gimana? Siapa juga yang ngelaporin orientasi itu ke pihak guru BK?"

"Ternyata itu cuma gosip sih... Entah gosip atau emang beneran, tapi anaknya berhasil nutup-nutupin. Anaknya hampir aja ke DO, hampir dikeluarin. Tapi karena ada bukti yang mematahkan anggapan guru BK kalo anak itu gay, dia tetap bertahan di sekolah ini. Dan, masalah ini enggak bakal sampe menyebar luas karena nama anak itu udah dibersihkan sama pihak sekolah."

"Dan kakak tau? Yang lapor ternyata temen perempuannya. Temennya itu suka sama si cowoknya dan gak terima. Mungkin dia sengaja sebar gosip buat mempermaluin cowoknya itu. Gila gak sih? Tapi nih ya.. Yang lebih gila, pas hari ini cewek itu dipanggil guru BK, anak laki laki yang dituduh tadi ikut. Dan.. Pas balik, seakan gak ada apa apa gitu. Ceweknya enggak kena sanksi apapun. Mungkin gak sih kalo cowoknya itu belain temennya? Kalo iya.. Berhati mulia banget tuh cowok." Kata Natha.

"Mungkin aja sih. Lagian si ceweknya jahat banget, nuduhnya yang kayak gitu. Omong omong, mereka tetep sahabatan?" Tanya Sherra.

Natha tampak berpikir sejenak sebelum melontarkan kata-katanya. "Enggak tau. Tadi aku liat pas istirahat, si cowok kayak ndeketin cewek itu. Tapi ceweknya menjauh. Entah karena malu, atau emang masih marah."

"Mungkin malu kali ya? Harusnya sih ceweknya malu. Cowok baik gitu, kalo ditolak ya udah sih. Gak usah lebay gitu." Kata Sherra. Natha mengangguk angguk menyetujui.

"Tapi namanya kan cinta. Kalo sakit hati bisa ngelakuin hal gila apapun. Kakak jangan sampe cinta terlalu dalam ya. Bahaya." Canda Natha.

"Lah? Kenapa jadi aku? Aku enggak mau suka sukaan dulu ah..." Balas Sherra tidak terima.

"Ya kan kakak kontakan sama Rafael yang dikeluarin itu. Lagian, kok mau maunya sih kakak sama sih Rafael itu? Anaknya jelas jelas kayak gitu. Kerjaannya balapan, clubbing, dihukum, nyolot ke guru."

Sherra hanya terkekeh. "Iya iya Natha sayang. Kakak cari cowok yang bener deh." Natha tidak mengetahui kejadian dia dicium oleh Rafael, dan lebih baik tidak tau. Cukup Sam saja yang mengetahuinya.

"Omong kosong ih! Jangan jangan masih kontakan lagi..." Sherra tertawa mendengar tuduhan tak beralasan Natha.

"Enggak, Dek.. Suer deh. Udah enggak kontakan. Kakak khilaf waktu suka sama dia." Natha pun menghembuskan nafas lega lalu tertawa.

"Khilaf gak khilaf yang namanya pernah suka tuh ya suka. Jadi walaupun khilaf, bukan berarti mantan gebetan gak nambah kan? Mantan gebetan kakak jadi ada satu ekor gara gara yang katanya khilaf."

"Iya iya, bawel.. Masuk kelas sana. Kamu ganggu waktu privasi kakak." Ucap Sherra sambil bangkit berdiri, Natha ikut bangkit mengikuti Sherra. Alasan mereka berdua berdiri tidak lain dan tidak bukan adalah karena bel selesai isturahat sudah berbunyi. Jadi keduanya harus menuju koridor ramai yang letaknya jauh dari tempat mereka sekarang.

Dan saat Sherra menoleh kearah Natha, adiknya itu sudah ambil ancang ancang untuk berlari. "Kak! Aku ada jam Fisikanya Pak We. Kalo telah bisa bisa dikulitin. Aku pergi dulu ya! Bye!" Tanpa menunggu jawaban Sherra, Natha langsung beelari dengan tenaga kuda, tidak benar-benar seperti kuda sih, itu hanya hiperbolnya.

Sherra berjalan menuju kelas dengan santai. Karena dia tau, kelasnya pasti jam kosong. Guru PKn kelasnya itu merangkap guru pelatih ekstra basket, yang hari ini mendampingi anak-anak basket dalam mengikuti pertandingan tingkat nasional.

Bicara soal basket, Sherra kembali mengingat Resh. Resh pergi sejak kemarin lusa, karena pertandingannya berada diluar kota. Tentu, sekolah berharap yang terbaik kepada anak-anak tim basket. Seperti halnya Sherra yang diam-diam berharap tim basket sekolahnya mendapat kemenangan, sehingga dia dapat melihat senyuman Resh lagi.

Tunggu dulu! Apa sih yang ada dalam benaknya? Seharusnya dia berharap atas kemenangan mereka untuk membanggakan sekolahnya, bukan untuk melihat senyuman gembira laki-laki itu lagi.

Sherra menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Gadis ini memijat pelipisnya untuk menghilangkan penat atas apa yang dipikirkannya barusan.

Sherra kembali masuk kelas dan menatap serta mendengar suara keras dari anak-anak di kelas. Dan rupanya, mereka sedang menonton pertandingan basket tim sekolah mereka.

"Itu live IG nya siapa?" Tanya Sherra kepada Ivana, salah satu teman -kenalan sebenarnya- yang lumayan baik kepada Sherra, dan bukan orang yang suka menggosipi Sherra karena kejadian Rafael.

"Itu live IG salah satu anak yang ditunjuk jadi suporternya tim kita. Enak nih, mumpung jamkos, bisa liat. Lo mau liat?" Sherra mengangguk tanda mau dan Ivana mengajaknya bergabung ke kerumunan murid kelasnya.

Saat menatap layar ponsel yang dipegang salah satu anak sekelasnya, dia melihat Resh yang melakukan shoot dari luar garis three point. Dan bola orange itu masuk dengan sempurna. Sontak anak anak sekelas ikut bersorak gaduh bersamaan dengan teriakan suporter tim mereka.

Terdengar desas desus yang mengatakan Resh begitu keren, tampan, tangguh, berbakat, dan berbagai pujian lainnya. Dalam hati, Sherra menyetujui pujian yang dilontarkan anak anak kelasnya.

Dan entah kenapa, dari dalam hati  Sherra yang paling dalam, muncul setitik keinginan kecil untuk mengenal sosok Resh lebih baik lagi.

★★★★★★★★

Intinya adalah, berhati hatilah pada orang yang kalian tolak.. Bisa jadi bahaya ;))

Vomments yang banyak yahhh... Biar aku semangat.. Lagi lelah banget ini.. Tired to try to always cover it up :D

Callista

Our Fresh TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang