Plain 5

3.5K 240 63
                                    

"When i am with you, there's no place i'd rather be."
~Rather Be~
Clean Bandit
★★★★★★★★

"Ayo pulang." Ucap Resh saat melihat matahari menyingsing ke ufuk barat. Mereka mengobrol dan tidak sadar kalau hari sudah menjadi sore.

"Kita ngobrolin apa sih?" Ucap Sherra sambil menatap langit senja. "Kok bisa sampe sore gini?" Lanjutnya.

Resh menjawab dengan menggeleng dan berkata, "Entahlah. Aku juga nggak tau kita ngomongin apa." kepalanya menoleh kearah Sherra. "Ayo pulang." Ucap Resh lagi. Sherra mengangguk dan bangkit berdiri, diikuti oleh Resh yang juga bangkit berdiri.

Mereka berdua berjalan beriringan menyusuri koridor gedung sekolah yang sudah sepi ditemani oleh sinar matahari yang berwarna orange kemerahan. Hanya tinggal sedikit anak yang ada di sekolah ini. Kebanyakan dari mereka adalah anak anak pintar yang menjalankan pengayaan dan OSN untuk olimpiade tingkat nasional sebentar lagi.

Saat sampai di parkiran, supir keluarga Sherra berlari menghampiri Sherra tergesa-gesa. "Aduh, Non. Bapak wes bingung nggolek sampeyan. Malah sekolahe ora ngolehi mlebu maneh. Bapak panik, Non. Panik." Ucap Pak Sukir dengan logat jawa dan campuran Bahasa Jawa dengan Indonesia. Sherra tersenyum kikuk sambil memegang tengkuknya. "Maaf, Pak. Saya lupa waktu."

"Rapopo Non. Bapak wes gelek dilaleni. Wes tabah." Ucap Pak Sukir sambil menepuk dadanya. Sherra tertawa mendengar ke-lebay-an Pak Sukir. Dan saat menoleh kearah Resh, gelak tawa Sherra pecah. Bagaimana tidak, wajah Resh tampak seperti orang yang tersesat di negara lain. Benar-benar polos sambil mengernyitkan dahi dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Lo nggak ngerti ya?" Tanya Sherra dengan sisa tawa yang masih tampak.

" Aduh, Non. Bapak wes bingung nggolek sampeyan. Malah sekolahe ora ngolehi mlebu maneh, itu artinya 'Aduh, Nak. Bapak sudah bingung mencari kamu. Apalagi, sekolahnya tidak mengizinkan masuk'."

"Rapopo Non. Bapak wes gelek dilaleni. Wes tabah, itu artinya 'Tidak apa-apa, Nak. Bapak sudah sering dilupakan. Sudah tabah'." Jelas Sherra sambil memandang wajah Resh. Resh mengangguk-angguk, tanda dia mengerti.

"Nah.. Pak, ini Varesh, teman Sherra. Resh, ini Pak Sukir, supir pribadi di keluarga gue." Sherra saling mengenalkan kedua orang tersebut.

Keduanya saling menganggukan kepala sekilas sambil tersenyum. "Saya Varesh, panggil saja Resh." Ucap Resh.

"Saya Moerisadianada Sukirman Dewa Gemilang Zufkilan Redin Guntur Aditya Mahakayarana Pamungkas Waskito Setiadarma. Panggil saja Pak Sukir, atau bapak ganteng juga boleh." Ucap Pak Sukir sambil mengedipkan sebelah matanya.

Resh terbengong saat mendengar nama bagaikan gerbong kereta api yang disebutkan dengan lancar oleh Pak Sukir. Dia melirik kearah Sherra yang reakisnya tidak jauh beda dengannya.

"Kamu gak tau nama lengkap Pak Sukir?" Tanya Resh saat laki-laki itu mendapati wajah cengo yang diekspresikan oleh Sherra. Dan gadis itu hanya menggeleng takjub sebagai balasan. "Gue baru tau ada nama yang panjangnya gak nahan selain namanya Ossas yang nggak panjang-panjang amat."

"Sama." Balas Resh. "Aku pikir itu nama rute di stasiun tadi. Ternyata nama orang." Keduanya pun terkikik bersama.

"So, lo mau pulang sama gue?" Tanya Sherra. "Nanti dianter sama Pak Sukir." Lanjut perempuan itu. Resh hanya tersenyum dan menggeleng.

"Nggak usah. Aku pulang sendiri aja." Tolak Resh sambil tersenyum.

"Beneran nih? Gapapa? Udah sore lho. Nanti kalo lo kenapa-napa gimana?" Resh tertawa kecil.

Our Fresh TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang