"No eres tú, no eres tú, no eres tú, soy yo. No te quiero hacer sufrir, es mejor olvidar y dejarlo así. Échame la culpa."
~ Échame la culpa~
Luis Fonsi ft. Demi Lovato
★★★★★★★★"Kamu nggak kedinginan?" Resh memulai pembicaraan dengan suasana yang mendadak canggung diantara mereka.
Sekarang mereka berada di bukit, di sisi lain danau tempat Resh berbicara dengan Nando tadi. Dan kali ini, Resh menjamin bahwa tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. Karena dibalik bukit yang mereka duduki saat ini, hanya ada lembah yang curam dengan ditumbuhi hutan lebat. Bukit ini juga bebas dari pepohonan, jadi tidak akan ada orang yang berkemungkinan sembunyi dibalik pohon dan menguping pembicaraan mereka.
"Sher..." Panggil Resh lagi saat mendapati Sherra tidak menjawab pertanyaannya, hanya memandangi area perkemahan yang ada di bawah bukit. Sherra bisa naik ke bukit ini dengan bantuan Resh. Resh menggendongnya kembali setelah Sherra mengobati kakinya tadi, lalu menurunkannya di bukit ini.
"Ya?" Sherra berucap tanpa ingin sedikitpun menatap Resh. Pikiran Sherra melayang mundur ke saat dikana dia mendengar pembicaraan Resh dan Nando. Sherra benar-benar tidak menyangka, orang yang dekat dengannya, dan berhasil membuatnya jatuh cinta dengan pesona serta kebaikan hatinya, ternyata menyukai sesama jenis. Sherra pening memikirkan fakta yang ia dapat, fakta bahwa orang yang dicintainya akan mencintainya kembali dengan kemungkinan nyaris nol.
Resh memang sempat menyukai Ine -yang notabene seorang perempuan- dan bahkan pernah berpacaran dengan perempuan, seperti yang dulu pernah ditanyakannya pada Resh, tapi dari pembicaraan yang ia dengar tadi, Resh sudah tidak menyukai Ine, dan sekarang hanya menyukai.... Nando.
Hanya Nando.
Sherra tertawa kecil saat hatinya membisikkan kata itu. Hanya? Memangnya itu suatu hal kecil yang sepele? Sehingga hatinya bisa mengatakan 'hanya'?
Resh menatap Sherra yang terdiam, lalu tertawa kecil dengan kelopak mata yang membendung sedikit cairan bening, air mata. Kepala Sherra mulai menggeleng-geleng pelan. Entah apa yang dipikirkan Sherra, tetapi Resh tau bahwa Sherra memikirkan dirinya. Sherra pasti sedang mencoba mencerna fakta bahwa ada orang tidak normal seperti dirinya yang berkeliaran di kehidupan Sherra. Sesuatu yang pastinya tidak pernah Sherra bayangkan dan inginkan sebelumnya.
Tepat seperti dugaan Resh, Sherra juga berpikir seperti itu. Sherra -dulunya- beranggapan bahwa orang-orang yang ada di sekitarnya hanyalah laki-laki yang menyukai perempuan, atau sebaliknya. Seorang gay maupun bisexual adalah orang yang jauh dari kehidupannya dan tidak akan pernah dia jumpai selama ia hidup. Tapi tentu saja saat ini, semua hal dalam benaknya itu berubah.
Resh membuka jaket kainnya dan menyampirkannya pada bahu Sherra. Perempuan itu hanya mengenakan kaus lengan pendek saja, pastilah di udara malam perbukitan, baju semacam itu tidak cukup untuk menghalau rasa dingin yang menusuk kulit.
Sherra yang merasa lengannya menghangat menoleh kepada Resh seketika, dan lelaki yang kini hanya memakai polo berlengan panjang itu tersenyum ringan kepada Sherra. "Kamu kedinginan. Pake aja jaket aku." Tunjuk Resh pada jaketnya yang membalut bagian belakang tubuh Sherra dengan dagunya.
"M-makasih."
Kenapa gue jadi gugup gini sih ngomongnya? Batin Sherra sambil merutuki dirinya sendiri karena berbicara dengab terbata-bata.
Resh terkekeh mendengar Sherra berbicara, "Kenapa jadi kamu yang gugup sih?"
Sherra hanya membalas perkataan Resh dengan senyum canggung. Sherra memakai jaket milik Resh tanpa basa-basi karena udara di perbukitan yang memang dingin. "Resh.. Lo kenapa bisa.. Suka sama.... Nando?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Fresh Tea
Teen FictionOur Series 2, cerita kedua dari trilogi Ours. Menenangkan. Itulah definisi dari teh tawar. Aromanya mampu membuat banyak orang menjadi lebih rileks. Sama dengan Elsherra Olivia Christian. Sifatnya yang tenang adalah andalannya. Hidupnya selalu tawar...