"But I can't spell it out for you. No, it's never gonna be that simple. No, I can't spell it out for you, if you just realize what I just realized."
~Realize~
Colbie Caillat
★★★★★★★★Resh memutar balik mobilnya setelah melewati mobilnya dan memarkirkannya di depan salah satu minimarket bebas uang parkir. Lelaki itu langsung menyeberang jalan raya dan memikirkan dimana kira-kira lokasi Sherra saat ini.
Resh terus mengarahkan pandangannya ke kanan dan kiri -menajamkan indra pengelihatannya untuk mencari Sherra-, sesangkan kakinya terus berjalan cepat menyusuri trotoar. Keringat mulai muncul di pelipisnya, padahal udara malam itu terasa dingin. Resh tau, bahwa keringat itu tanda kalau dirinya panik, karena Resh selalu berkeringat jika merasa panik.
Kapan terakhir kali Resh merasa panik seperti ini? Saat Nando pergi meninggalkannya untuk pindah ke negara ini? Tidak, ia hanya merasa kesepian saat itu, bukan panik. Saat mengungkapkan perasaannya kepada Nando? Tidak, Resh tidak panik saat itu, hanya gugup. Saat Sherra mengetahui rahasianya? Tentunya tidak, Resh tidak merasakan kepanikan sedikitpun.... Karena... Karena dulu ia yakin kalau Sherra tidak akan membocorkan rahasianya.
Tunggu dulu...
Langkah Resh mendadak terhenti saat menyadari hal itu, kepanikannya juga menghilang seketika. Hanya ada satu hal yang memenuhi otaknya saat ini. Firasat Resh kepada seseorang tidak pernah salah sebelumnya, dan dia sangat mempercayai firasatnya, karena ia memiliki rasa sensitif terhadap perasaan dan tingkah seseorang.
Lalu bagaimana mungkin firasat Resh bisa salah tentang Sherra? Kenapa Sherra membocorkan rahasianya? Apa firasatnya bisa salah?
Di tengah kebingungannya, Resh seolah dikembalikan pada kenyataan -bahwa ia berada di tengah trotoar- karena sebuah suara. Ia menoleh kearah suara itu dan melihat seorang waiter ada di sampingnya. Pelayan laki-laki itu rasanya keluar dari sebuah kedai teh yang berada tepat di depan lokasi Resh berdiri saat ini. "Kenapa ya, Mas?" Ucap Resh kepada waiter -yang masih terlihat cukup muda- itu.
"Mas lagi cari seseorang?" Tanya waiter itu. Resh mengangguk mengiyakan. "Iya. Masnya tau darimana saya lagi cari seseorang?" Tanya Resh balik.
"Gini Mas, tadi ada perempuan yang seragamnya mirip sama seragam yang Mas pakai ini." Ucap waiter itu lagi. "Dia masuk ke kedai ini sambil nangis."
"Nangis?" Ulang Resh seakan isa tidak percaya apa kata waiter itu. Waiter itu hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu berkata hal lain, "Perempuan itu tadi pesen Thai Tea ini, tapi enggak diminum malah langsung ditinggal pergi. Makanya saya datengin Mas, nitip Thai Tea ini buat perempuan itu." Waiter itu menyodorkan Thai Tea yang sudah dikemas dengan kantung plastik.
Resh mengabaikan uluran tangan waiter itu dan malah kembali bertanya, "Pergi Mas? Kenapa bisa pergi? Terus perginya kearah mana?"
"Wah, saya nggak tau kenapa perginya. Tapi sehabis liat HP dia pergi gitu aja, perginya kearah berlawanan sama jalan raya ini, tapi saya nggak tau perempuan itu kemana. Malah dia ngasih uang gede dan gak ambil kembaliannya lagi. Takutnya dia nggak bisa pulang, Mas." Ucap lelaki dihadapan Resh dengan wajah khawatir. Sedangkan Resh sendiri sudah merasa level kepanikannya bertambah satu tingkat lagi.
"Bener-bener gak ada yang Mas inget tentang tingkah perempuan itu selain nangis sama liat HP?" Laki-laki di hadapan Resh itu tampak berpikir keras untuk sesaat, sebelum akhirnya berkata, "Oh iya. Tadi saya sempat liat perempuan itu angkat telepon, waktu saya nganter pesanan perempuan itu. Tapi yang saya denger dari perempuan itu cuma 'udah gue duga kalo lo pelakunya'. Saya nggak denger apa-apa lagi selain itu."
Perkataan waiter itu berhasil membuat Resh kebingungan. Apa maksud dari 'udah gue duga kalo lo pelakunya'? Pelaku atas apa? Pelaku dalam kasus apa? Dan kenapa si pelaku menelepon Sherra? Apakah pelaku itu menginginkan sesuatu dari Sherra?
Tiba-tiba saja, sesuatu terlintas di benak Resh. Lelaki itu! Dialah satu-satunya orang yang bisa mengambil keuntungan dari situasi ini! Menggunakan Resh sebagai umpan untuk memancing Sherra yang mencintainya agar datang kepada pelaku itu hanya dengan sedikit paksaan.... Ya! Pasti laki-laki itu!
Tapi pertanyaannya... Dimana lokasi yang diperintahkan lelaki itu pada Sherra?
"Oh, yaudah makasih ya, Mas. Teh sama uangnya ambil aja. Saya pergi dulu." Tanpa menunggu jawaban dari sang waiter, Resh sudah berlari -tanpa tujuan yang pasti- menuju arah yang ditunjukkan oleh pelayan laki-laki itu tadi. Sementara itu, sang waiter hanya bisa diam di tempat dan bingung dengan apa yang terjadi.
★★★★★★★★
Sherra menghapus airmatanya yang masih mengalir ketika sampai di tempat yang diminta oleh lelaki itu lewat pesan. Tempat ini... Bahkan ini adalah tempat yang ia datangi setiap hari -kecuali hari Minggu- selama hampir dua tahun.
Sebenarnya semua yang ada di tempat ini terlihat sama, baik pagi ataupun malam hari. Memang tidak sedikit isu-isu tentang hantu yang menyeramkan, namun selama ini Sherra belum pernah melihat langsung penampakan salah satu dari hantu menyeramkan itu.
Tapi datang ke tempat ini saat malam hari mengingatkannya pada insiden yang lebih menyeramkan dibanding melihat penampakan hantu, insiden ciuman yang mengubah hidupnya, sikapnya dan seluruh pandangannya tentang teman, pasangan, dan akhir bahagia.
Sherra tidak hanya sekali mendapati Rafael melakukan hal-hal tidak senonoh di lingkungan sekolah -seperti yang kebanyakan orang tau-. Sebenarnya, di malam sebelum insiden ciuman yang menggemparkan sekolahnya itu, Sherra pergi ke sekolah pada malam hari secara diam-diam dengan menggunakan mobil kakaknya, Sam, yang malam itu sudah terlelap. Tujuan Sherra datang ke sekolah pada malam hari adalah untuk mengambil kertas gambarnya yang tertinggal di laci kelas. Kebetulan, Sherra tau jalan belakang -sekaligus jalan rahasia- yang sering digunakan murid, baik yang terlambat maupun yang ingin membolos. Jalan rahasia itu berupa tembok yang sepertinya sengaja dirusak oleh generasi-generasi awal sekolahnya dibangun dan ditutupi dengan semak-semak dan pohon kecil sehingga kerusakan pada tembok yang berwarna hijau gelap di kedua sisinya itu tidak terlihat.
Tapi ternyata datang ke sekolah itu pada malam hari merupakan kesalahan besar. Ia bertemu dengan Rafael yang sedang merokok.
Merokok. Lalu kenapa?
Pada saat itu, jika Sherra bodoh, pasti ia akan beruntung. Namun sayangnya, otak Sherra tidak sebodoh itu. Saat Rafael mendekati Sherra sambil menghisap batang rokoknya, Sherra menyadari kalau rokok itu adalah rokok yang dibuat dari kertas yang kemudian diisi sesuatu lalu digulung. Apa sesuatu itu? Dari bau asapnya saja, Sherra tau kalau itu adalah bau ganja. Salahkan Sherra yang memang ahli di pelajaran 'zat adkitif', karena saat itu, Sherra langsung mundur sambil berteriak kalau Rafael adalah pengguna ganja saat Rafael berjalan mendekatinya.
Rafael yang tau akan hal itu tentu tidak tinggal diam. Lelaki itu mencari dan mengejar Sherra. Beruntungnya, malam itu Sherra berhasil kabur. Tetapi di pagi harinya, insiden dan sedikit ancaman dari Rafael mampu menutup mulutnya rapat-rapat. Bukan hanya karena ancaman Rafael, tetapi juga karena tidak ada seorangpun mau bicara padanya. Awalnya hanya beberapa orang yang tampak menjauhinya, namun beberapa hari kemudian, benar-benar tidak ada yang mau berbicara dengannya.
Entah apa yang telah Rafael lakukan saat itu, tapi sekarang, ia akan melakukan hal yang sama kepada Resh, dan Sherra tidak mau hal itu terjadi pada Resh.
Di tengah lamunannya, Sherra dikejutkan oleh suara seseorang. Suara bass milik seorang laki-laki yang sangat ia kenali.
"Akhirnya lo dateng juga, Sayang. Let's start this game."
★★★★★★★★
Hai haiii... Update lagi:D
Besok libur, jadi aku update... Selamat merayakan Kenaikan Isa Almasih bagi yang merayakan..🎉🎉
Vomments yang banyak yaa.. Biar aku makin semangat nulis:D
Callista
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Fresh Tea
Teen FictionOur Series 2, cerita kedua dari trilogi Ours. Menenangkan. Itulah definisi dari teh tawar. Aromanya mampu membuat banyak orang menjadi lebih rileks. Sama dengan Elsherra Olivia Christian. Sifatnya yang tenang adalah andalannya. Hidupnya selalu tawar...