Part 34

2.4K 224 32
                                    

"I know there's nothing I can do to change it. But is it something that can be negotiated? My heart's already breaking, baby, go
on, twist the knife."
~Love You Goodbye~
One Direction
★★★★★★★★

Setelah hari penuh drama, semuanya kembali seperti pada mulanya. Pada keadaan awal dimana Sherra akan pergi ke ujung koridor sepi setiap bel istirahat berbunyi, dan kembali lagi ke kelas setelah bel masuk dibunyikan. Seolah Sherra belum pernah bertemu dengan... Lelaki yang bahkan tak sanggup ia sebutkan namanya.

Tapi tetap saja ada sedikit perbedaan. Seperti saat ini, dimana India ikut duduk di permukaan lantai yang dingin, menemaninya membaca novel sambil menyalin PR matematika milik Sherra. Walaupun Sherra sudah berkali-kali mengacuhkan India, gadis bule itu tetap saja mengikutinya dan menemaninya, sesekali sambil mengerjakan hal lain, ataupun hanya duduk diam di samping Sherra sampai jam istirahat selesai.

Tidak jauh dari mereka, ada Awan yang bersandar di dinding dan memainkan ponselnya. Lelaki itu juga sering menemaninya -walau tidak sesering India- dan saat Sherra bertanya kenapa, Awan hanya menjawab, "Disuruh India." disertai wajah cuek sambil mengangkat bahunya.

Saat bertemu dengan Resh -akhirnya Sherra menyebut nama itu-, baik di kelas maupun di tempat lainnya, Sherra lebih memilih untuk menunduk dan mengacuhkan lelaki itu. Sherra rasa lebih baik ia menangisi Resh itu setiap malam, dibanding harus berbicara dengan laki-laki itu. Karena menurutnya, berbicara dengan Resh berarti mempermalukan dirinya dan menghancurkan perasaannya untuk ke sekian kali.

"Kamu kenapa deh, Sher? Matamu lebih sembap dari biasanya. Ada kantung matanya lagi. Jelek banget." Semenjak insiden itu pula, India mulai berani 'menghina' Sherra dengan hal-hal yang menyangkut tentang Resh. Menurut Sherra, itu adalah sesuatu yang paling menyebalkan dari dalam diri India.

"Iya juga." Ucap Awan sembari memperhatikan Sherra. Sedetik kemudian, lelaki itu kembali fokus dengan ponselnya dan berkata, "Lo kenapa?"

"Enggak. Gue gapapa. Biasanya juga gini kok. Mungkin kalian yang gak keliatan."

Bohong. Tentu saja Sherra berbohong.

Kemarin pagi, saat Sherra baru sampai di sekolah dan hendak meletakkan tas di bangkunya, ia menemukan sepucuk surat beramplop yang tergeletak rapi di atas mejanya. Di amplopnya tertulis kalau surat itu ditujukan untuknya.

Sherra terpaksa menyimpan surat itu hingga pulang sekolah, karena tidak mungkin membaca surat itu di keramaian anak kelas. Siapa tau isinya berkaitan dengan sesuatu yang emosional.

Sepulang sekolah, Sherra membaca surat itu. Isinya berhasil membuat Sherra menangis. Bukan karena terharu, sedih, atau bahkan terlalu senang, tetapi karena berhasil membuat Sherra merasa bahwa dirinya sangat mudah dipermainkan. Sherra kesal dengan dirinya sendiri.

Bagaimana mungkin sepucuk surat dari Resh bisa membuat seluruh perasaannya terobrak-abrik? Bahkan bukan karena sepucuk surat, tetapi manusia bernama Resh lah yang berhasil membuat perasaan Sherra kacau.

★★★★★★★★

5 Agustus 2017,
Aku mulai tau kalau aku mencintaimu sepenuh hatiku. Terlepas dari semua masa laluku dan semua perlakuanku kepadamu, dengan segenap hatiku aku mencintaimu.

Maafkan aku, Sherra. Aku terlambat menyadarinya. Disaat aku menjauh darimu, aku baru sadar kalau aku mencintaimu. Kamu harus percaya kepadaku, aku sudah berubah, dan aku sudah normal.

Aku mencintaimu, dengan segala kekuranganku, dan dengan segala ketidaknormalanku.

Will you be my girlfriend?

★★★★★★★★

Kembali ke masa sekarang...

Sherra terdiam setelah selesai menceritakan semuanya kepada Sam. Sherra menunduk sambil menatap kertas surat yang ada di tangannya. Perasaanya kembali dipenuhi oleh sesak saat membaca tulisan itu sekali lagi.

Sementara itu, Sam terperangah. Ternyata surat itu juga ada hubungannya.. dengan dirinya yang menyuruh Resh pergi jauh dari kehidupan Sherra.

Ia tadinya mengira, kalau surat itu dikirimkan oleh lelaki lain lagi. Karena setahunya, Resh dan Sherra sudah selesai. Setelah kejadian minggu lalu, ia pikir semua diantara mereka telah berakhir.

Sam menatap Sherra penuh sesal. Ia bodoh. Sangat bodoh karena mempersulit keadaan yang tadinya mudah. Membuat keadaan rumit dengan mencampurkan dirinya diantara hubungan asmara adiknya. Ia tidak membayangkan akan sebenci apa Sherra kalau adiknya tau dia yang mengatur semuanya. Semarah apa adiknya kalau tau bahwa ia memaksa Resh untuk menjauhi Sherra.

"Jadi..." Sam mulai membuka ucapan. "Resh itu gay?" Katanya hati-hati. Takut kalau-kalau hal itu menyinggung Sherra. Pertanyaan itu dilontarkan bukan untuk masa-basi, tetapi benar-benar murni karena ingin bertanya. Sam sama sekali tidak tau kalau Resh menyukai, atau mungkin.. pernah menyukai.. sesama jenis.

Sherra menarik nafas dan mengusap setitik air mata yang jatuh ke pipinya karena raasa sesak yang tak terbendung. "Udah enggak lagi." Ucap Sherra dengan nada gamang. "Dia bilang kalau dia suka sama gue di surat ini."

"Lo yakin... Kalau dia gak main-main dengan... Kenormalannya?" Ucapan Sam seketika membuat Sherra menatapnya. "Gue nggak tau." Ucapnya lesu dengan tatapan kosong.

Dia tidak yakin. Semuanya begitu sulit untuk dipercaya. Bahkan awalnya ia mengira kalau surat yang diterimanya itu bukan dari Resh. Tetapi tadi pagi, saat Sherra menatap Resh dari kejauhan, Resh menatapnya balik dan dengan tatapan itu, Sherra yakin kalau Resh memanglah sang penulis surat.

"Lo sayang sama dia?" Tanya Sam sekali lagi. Kali ini, Sherra mengangguk mantap. "Gue belum pernah ngerasain yang sebesar gini. Perasaan ini. Baru sekarang."

Kalau Sherra merasa semua tentang Resh begitu buram, ia malah merasa, perasaannya begitu jelas. Ia menyukai Resh. Mencintai lelaki itu. Apalagi yang membuat Sherra bertahan sejauh ini kepada Resh, kalau bukan karena cinta?

"Kalo gitu..." Sam menarik nafas dan memejamkan matanya. Ia berharap apa yang ia katakan kali ini bisa menebus semua rasa bersalahnya. "Lo terima dia aja." Sam mengatakan hal itu sambil tersenyum.

Sherra menghela nafas, "Kalau akhirnya dia brengsek beneran gimana?" Terselip kebimbangan di ucapannya.

"Tenang aja." Sam meyakinkan perempuan itu. "Dia bakal berhadapan sama gue." Tangan Sam bergerak mengelus rambut adiknya. "Keadaan ini udah sempurna. Lo nggak perlu mengacaukannya dengan semua yang ada di pikiran lo."

Batin Sam berdecih, itu kata-kata yang keluar dari mulut seorang kakak yang memperumit hubungan adiknya. Seharusnya kalimat itu diucapkan Sam pada dirinya sendiri.

"Makasih Kak. Lo bener-bener baik. Kakak gue yang paling baik." ucap Sherra sambil memeluk kakaknya.

"Kakak lo cuma gue doang." Sherra tertawa mendengar perkataan Sam. Rasanya Sam rela menukarkan apapun dan melakukan segalanya untuk melihat kebahagiaan Sherra.

"Sekarang lo tidur. Udah malem. Gue juga ngantuk." Sherra mengangguk patuh. Sam menjauh dari Sherra dan mematikan lampu kamar, menggantiknya dengan lampu tidur.

Sam berjalan menuju pintu kamar, lalu melangkah keluar, dan sebelum menutup pintu kamar, ia berkata, "Tidur. Nggak usah mikirin cowok itu dulu. Besok aja dipikirinnya." Sherra menyawabnya dengan dengusan kecil dan kata 'iya, bawel'. Setelah itu pintu kamar ditutup.

Sam melangkah menuju ke kamarnya, mengambil jaket dan kunci sepeda motor. Ia harus mengurus beberapa hal. Beberapa hal yang perlu diperbaiki.

★★★★★★★★

Hai hai... Update lagi..

Maaf updatenya kelamaan.. maaf banget🙇🙇

Vomments yang banyak yaa.. Biar aku makin semangat nulis:D

Callista

Our Fresh TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang