Epilog

3.8K 182 16
                                    

"You know I hate to admit. I can’t get you off my mind. But you were stupid for what I did. One too many times. Took me for granted, what else."
~Shoulda Coulda Woulda~
MattyBRaps ft. Ashlund Jade
★★★★★★★★

Sherra terdiam saat Resh tiba-tiba berada di hadapannya. Lelaki itu menghentikan laju jalannya menuju gerbang sekolah. Ia menggigit bibirnya dan menundukkan kepala, tidak sanggup memikirkan segala hal yang terjadi kepadanya belakangan ini. Semuanya diluar perkiraannya. Memburuk dan membaik seketika, lebih cepat dari pergantian musim.

Resh menjulurkan lengannya untuk meraih pergelangan tangan Sherra, dibawanya perempuan itu pergi dari area sekolah tanpa banyak bicara. Sherra diam dengan kepala makin menunduk. Ia tidak sanggup melihat semua pasang mata yang menatap mereka, baik pandangan bertanya maupun pandangan menghina.

Resh berbelok di sebuah gang -yang baru Sherra tau bahwa tikungan itu ada-. Di seberang gang itu, terdapat lapangan rumput luas dengan beberapa anak usia SD bermain bola. Resh melangkah menyusuri bagian samping lapangan bola, Sherra mengangkat wajah dan menatap lapangan serta anak-anak itu. Angin berhembus menerpa wajahnya.

Sedikit jauh dari tempat itu, ternyata ada beberapa bangku kayu panjang. Tampak kokoh walaupun panas dan hujan harus benda itu hadapi setiap hari.

"Duduk disini." Resh membuka suara untuk pertama kali sejak kejadian itu. Sherra hanya menurutinya.

Mereka berdua diam menatap langit jam 4 sore. Warna jingga berpadu biru terlukis indah di langit. Pohon-pohon yang berada sekitar tiga kilometer dari tempat mereka duduk nampak indah berpadu dengan angin dan sinar sore.

"Tempat ini.. sama dengan pintu keluar rahasia dari gudang sekolah. Tapi banyak pohon bikin banyak anak nggak sadar... Kalau ada tempat terbuka lain di seberang pohon itu." Resh menghela nafas dan menatap Sherra yang menghadap lurus kedepan.

"Maaf."

Walaupun banyak orang pasti mengatakan ucapan maaf dari Resh tidak cukup untuk membalas perlakuan bodohnya kepada Sherra, lelaki itu tetapi berkata maaf. Apalagi yang dapat Ia katakan selain maaf? Penyesalannya tidak perlu ditunjukkan dengan kata. Ia sangat amat menyesal. Resh berjanji dalam hatinya, ia tidak akan mengulang perbuatan gegabahnya, juga kelakuan kekanakannya.

"Maaf soal semuanya."

Resh menggenggam tangan Sherra lebih erat dengan sedikit keberanian lebih. Perasaannya bercampur aduk. Ia tidak mengerti akan kehidupannya, kisahnya, pemikirannya, dan segalanya. Tetapi ia mengerti akan perasaannya.

Rasa cintanya untuk Sherra.

Sebagai balasan, Sherra menggenggam tangan Resh dan tersenyum. Wajahnya tidak Ia alihkan dari panorama alam di hadapannya. Ia bisa merasakan jantungnya berdebar kencang. Ia tidak peduli dengan kisah cinta masa lalu Resh. Sekarang, Resh menyukainya. Lelaki itu sendiri yang menuliskan untaian kata dalam surat itu kepadanya.

"Sherra..."

Resh berdehem, "Gisell.. aku sengaja ngelakuin itu buat ngejauhin kamu dari aku. Aku bodoh. Maaf."

Sherra menggerakkan ibu jarinya, mengusap punggung tangan Resh. Mulutnya masih terkunci. Ia belum sanggup berkata apapun. Sherra ingin menikmati momen ini. Tidak ada yang tau kapan Sherra akan terbangun dari mimpinya.... Jika Ia bermimpi.

Our Fresh TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang