Part 26

2K 181 21
                                    

' Counted all my mistakes and there's only one. Standing out from the list of the things I've done. All the rest of my crimes don't come close, to the look on your face when I let you go.'
~Where Do Broken Hearts Go~
One Direction
★★★★★★★★

"Resh!"

Lelaki yang merasa namanya dipanggil oleh seseorang yang bersuara tak asing baginya langsung mendecak malas dan mempercepat langkahnya.

"Resh! Resh! Berhenti!" Ucap Sherra lagi sambil berlari untuk menyusul langkah seribu Resh. Sebenarnya dirinya lelah sekali hari ini. Tubuhnya terasa pegal dan kepalanya pusing. Suhu tubuh Sherra juga meningkat tiba-tiba saat jam istirahat kedua berakhir tadi. Dia sudah tidak tidur selama kurang lebih tiga hari. Bukan tidak mau, tapi memang tidak bisa. Ia selalu saja memikirkan Resh yang membencinya dan menangis dalam diam seolah-olah ia tidur.

Sherra juga mulai mencari tahu siapa yang menyebarkan rahasia ini. Dia bertanya ke sana-sini, mencari info kepada setiap orang, ikut dalam kelompok anak-anak penggosip yang membicarakan Resh untuk mendengarkan pembicaraan kelompok itu -walaupun Sherra sendiri benci dengan geng penggosip-, dan berbagai hal lainnya telah ia lakukan. Memang merepotkan, tapi semuanya akan dia lakukan demi kejelasan atas situasi pelik ini.

Sudah seminggu ini Resh mengabaikannya, menganggap dirinya seakan pajangan yang hanya menghiasi kelas. Bahkan Resh terang-terangan menolak ketika guru Biologi menempatkan dirinya sekelompok dengan Sherra. Lelaki itu menolak dengan alasan, "Saya nggak mau kerja kelompok dengan orang yang paling tidak bisa saya percaya dalam hal apapun." Perkataan Resh membuat Sherra yang biasanya tenang menjadi tersulut emosi.

"Resh! Berhenti!" Seru Sherra sambil meraih ujung lengan kemeja milik Resh. Sherra memijat pelipisnya karena rasa pusing tiba-tba menyerang. Setelah rasa pusingnya reda, Sherra kembali membuka mulutnya, "Lo kenapa sih? Kenapa lo jadi aneh gini? Dan satu lagi, gue nggak suka omongan lo tadi. Lo ngelabelin gue atas tindakan yang bahkan gak gue lakuin! Lo bener-bener bikin gue emosi!"

"Gak kamu lakuin?! Cih! Pembohong mana ada yang ngakuin perbuatannya." Balas Resh tajam sambil menyentakkan lengannya agar pegangan Sherra terlepas. Hal itu membuat Sherra limbung seketika. Untungnya dia tidak terjatuh karena sentakan Resh yang cukup kasar baginya.

"Aku nggak mau denger apa-apa lagi. Udah cukup berurusan sama yang namanya pengkhianat." Resh kembali melangkah tanpa mempedulikan Sherra yang masih terdiam di tempatnya.

Baru beberapa langkah berjalan, Kaki Resh harus terhenti karena mendengar suara sesuatu jatuh ke lantai. Resh berbalik badan dan melihat Sherra sudah tergeletak pingsan disana.

"Shit!"

★★★★★★★★

Sherra mengerjap saat mendapati cahaya mulai masuk ke dalam matanya. Bau khas rumah sakit langsung menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya.

Rumah sakit? Batin Sherra sambil membuka matanya lebih lebar dan mengerjap-ngerjap untuk beradaptasi dengan cahaya yang ada di sekitarnya.

Sherra mencoba menggerakkan kepala dan tangannya perlahan setelah matanya berhasil beradaptasi dengan cahaya yang ada. Tidak ada infus di tangannya, dan seragam sekolah masih ia pakai. Sherra menoleh kearah kanan dan melihat seorang laki-laki sedang duduk menghadap dirinya dengan ekspresi lega yang disembunyikan. Walaupun Resh menyembunyikan ekspresi itu, Sherra masih tetap dapat melihatnya dari mata lelaki itu.

"Resh..." Suara serak Sherra perlahan muncul.

"Kata dokter, kamu boleh pulang habis ini." Ucap Resh sambil mengalihkan pandangannya dari Sherra. Lelaki itu menarik nafas panjang dan berjalan kearah pintu ruangan rumah sakit itu. Langkah kaki Resh terhenti saat dirinya mencapai pintu ruangan itu, "Aku tunggu diluar."

Our Fresh TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang