Plain 9

2.8K 223 11
                                    

"I don't wanna know, know, know, know. Who's taking you home, home, home, home. And loving you so, so, so, so. The way I used to love you, oh, I don't wanna know."
~Don't Wanna Know~
Maroon 5 ft. Kendrick Lamar
★★★★★★★★

Resh menarik nafas dalam dan menghembuskannya sambil menutup mata. Sabar, Resh. Sabar.

Lelaki itu kemudian menoleh kearah Sherra yang sedari kepergian Rafael, hingga sekarang, masih tidak bersuara.

Resh mendapati Sherra terdiam. Matanya menatap kosong kearah depan. Resh membuka mulutnya untuk memanggil Sherra. "Sher? Kamu gapapa?"

Resh melambaikan tangannya di hadapan wajah Sherra agar perempuan yang ditatapnya terbangun dari lamunannya.

Sherra menatap Resh dan tersenyum, sembari menarik dan menghembuskan helaan nafas panjang. "Thank you." Ucap Sherra.

"Buat apa?" Tanya Resh tidak mengerti. Tadi dia hanya ingin menjauhkan Sherra dari orang tidak baik. Hanya itu.

"Semuanya." Sherra tersenyum. "Gue masuk dulu ya." Lanjut gadis itu. Sherra beranjak turun dari jok sepeda Resh, lalu kembali berkata, "Lo mau mampir dulu?" Pertanyaan Sherra dijawab dengan gelengan oleh Resh. "Nggak deh. Ini udah sore. Aku langsung pulang aja." Resh tersenyum.

"Oh, yaudah..." Shefra mengangguk.

"Kamu masuk gih. Aku tungguin kamu sampe masuk." Resh mengibaskan tangannya pertanda menyuruh Sherra masuk ke dalam bangunan di belakang Sherra. Sherra hanya mengangguk.

"Bye.." Sherra melambaikan tangannya dan berbalik badan lalu berjalan masuk ke rumahnya.

Beberapa saat setelah Sherra masuk, Resh menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat dan memastikan kalau daerah itu aman. Setelahnya, barulah motor Resg mepaju pergi dari depan rumah keluarga Sherra.

★★★★★★★★

Sherra masuk ke dalam rumah yang terasa sunyi. Mungkin Natha, adiknya, sedang mandi atau belajar di kamarnya. Sherra tidak ambil pusing soal hal itu. Perempuan itu langsung menjejakkan kakinya selangkah demi selangkah dan akhirnya masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Sherra meletakkan tasnya begitu saja di meja belajar, lalu dia merebahkan diri keatas tempat tidur. Hal ini biasanya tidak ia lakukan, karena memang Sherra lebih suka tidur dalam keadaan bersih. Tapi hari ini, entah kenapa Sherra ingin melakukan hal ini.

Sherra merubah posisi menjadi tengkurap, dengan dagu bertumpu ke gulingnya, lalu mulai mengingat. Sherra mengingat Resh yang memberinya nasihat saat dia dibicarakan oleh anak anak sekolah, bagaimana Resh tetap bersikap ramah padanya walaupun gosip sedang besar besarnya, bagaimana usaha Resh mendekatkan dirinya dengan teman-teman baru, dan bagaimana senyum ramah Resh yang selalu membuat Sherra menahan nafasnya setiap Resh menampilkan senyum itu.

Tidak... Itu tidak mungkin cinta. Karena cinta pandangan pertama tu tidak ada. Dan cinta adalah satu hal yang ingin dijauhi Sherra saat ini. Perempuan ini masih belum mau merasakan sakitnya cinta lagi. Ini semua disebabkan oleh Rafael Radenka Adrian.

Pikirannya yang baik soal Resh langsung menghilang seketika saat mengingat siapa yang Resh usir pergi dari rumahnya tadi. Itu adalah Rafael.

Kenapa lelaki itu kembali begitu cepat? Hanya sebulan lebuh sejak Rafael, -lelaki yang paling tidak ingin dia lihat di muka bumi- menghilang dari hadapannya, dan sekarang, lelaki itu kembali muncul, dan mengatakan ingin mendekati Sherra lagi.

Gila! Rafael benar benar tidak waras! Apakah ada seorang laki-laki yang berniat ingin mendapatkan seorang perempuan dengan cara mengancam dan mengatakan 'ingin menggunakan barang bekas lagi.'

Sherra menggenggam boneka yang diberikan Resh tanpa sadar. Boneka beruang kecil berwarna putih itu dielusnya sambil ditatapnya. Dia mempunyai nama untuk boneka ini. Memang konyol, sangat konyol, memberi nama diam-diam kepada boneka pemberian orang. Apalagi jika namanya seperti 'Sheresh', nama boneka putih ini. Tentu kalian tau dari mana asal nama boneka itu.

Sherra kembali merenung dan mengingat pertemuannya dengan Rafael pertama kali. Sherra terdiam begitu lama saat otaknya kembali memutar rekaman kenangan itu. Sherra menggenggam boneka putihnya lebih erat saat mengenangnya.

Wajahnya tidak menampakkan ekspresi apapun. Datar. Seperti orang melamun sewajarnya. Tetapi, isi kisah yang dipikirkan Sherra sekarang, berbeda dengan yang dipikirkan orang orang biasanya. Yang dipikirkan Sherra adalah kenangan abu-abu. Kenangan yang berkembang dan membawa pengaruh besar bagi hidupnya. Lucunya, Sherra masih mengingat semua detail tentang Rafael dan sikap serta kepribadiannya. Hal bodoh yang memang banyak orang lakukan.

Tak lama setelah memikirkan hal-hal tentang orang yang dibencinya itu, Sherra mendengar notifikasi berbunyi dari ponselnya. Perempuan itu mengubah posisinya dari tengkurap menjadi duduk bersila di atas tempat tidurnya.

Sherra mengernyit heran saat notifikasi itu berasal daei orag yang namanya sudah Sam blokir. Rafael. Ternyata laki-laki itu tidak bercanda saat mengucapkan bahwa dia memang ingin kembali masuk ke dalam hidup Sherra.

Rafael R.A.: Lo block account LINE gue yang lama, bukan berarti gue gak bisa bikin account lain. Dan gue harap lo gak coba block lagi kalo gak mau tau akibatnya.

Sherra Christian: Ga jelas lo.

Setelah membalas pesan dari 'pengganggu' itu, Sherra mematikan ponselnya dan meletakkan ponsel tersebut di nakas. Sherra berbaring di tempat tidur dan menatap langit langit kamar dengan pandangan kosong.

Beberapa saat kemudian, Sherra mendengar pintu kamarnya diketuk, lalu tanpa aba-aba lagi, Sherra mendengar seseorang langsung membuka pintu kamar Sherra. Sherra bahkan tidak ingin bersusah payah untuk menoleh siapa yang datang. Dia sudah bisa menebaknya. Memangnya, yang siapa berani masuk ke kamar orang tanpa izin selain si bungsu dari keluarga ini?

"Kaaakkkk..." Panggil Natha seraya menutup pintu kamar Sherra. Adik Sherra itu langsung melangkah cepat mendekati tempat tidur Sherra. Lalu, Sherra dapat merasakan ada yang menaiki kasurnya dengan cepat.

"Kakakk..." Panggil Natha lagi, dengan nada ala-ala orang menggoda.

Natha tengkurap di samping Sherra dan memperhatikan Sherra. "Aku kemarin liat kakak tau gak sih?!" Teriaknya dengan meriah, membuat Sherra harus menutup matanya karena terkejut dengan teriakan dari sang adik yang dianggapnya terlalu aktif itu.

"Dimana?" Sherra melirik Natha sekilas.

"Itu lohhh... Waktu kakak berdua sama laki-laki.. Kalian jalan ke ruang Tata Usaha. Waktu itu lewat kelas aku..." Natha tersenyum kepada Sherra. Dan ini adalah jenis senyuman yang menjengkelkan.

"Terus?"

"Kaaakk!!!! Itu cowok ganteng bangett.. Kenapa bisa kenal sama kakak?" Sherra benar-benar menutup telinganya kali ini. Suara Natha memang merusak indra pendengaran.

"Dia temen kakak. Kenapa?"

"Temen nih? Kakak waktu itu ketawa tau gak sih?"

"Lah? Emang kenapa kalo ketawa?" Natha tampak kesal dengan pertanyaan Sherra.

"Kakak ketawanya tulus tau gak? Dan ketawa itu bukan kakak banget! Itu berarti, cowok yang bisa bikin kakak ketawa itu cowok yang spesial, Kak!"

"Biasa aja. Jangan lebay deh."

"Cowoknya ganteng tau gak, Kak... Udah ganteng, baik, bisa bikin kakak ketawa lagi. Cowok itu perfect banget buat kakak." Natha menyampaikannya dengan menggebu-gebu. Sherra menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.

"Dia temen kakak. Temen. Udah itu aja. Gak lebih kok." Sherra menutup matanya lelah.

"Tapi kalo diajak jadi yang lebih, kakak mau, Kan???" Natha menggodanya. Sudah jelas sekali.

"Kamu diem aja deh." Setelah mengatakan hal itu, Sherra langsung memutar badan untuk memunggungi Natha yang terbahak.

★★★★★★★★

Hai haii... Update lagi:D

Vomments yang banyak ya.. Biar aku makin semangat nulis..:))

Callista

Our Fresh TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang