Rheana Alarice

206 28 19
                                    

Namaku adalah Rheana Alarice, usiaku dua puluh empat tahun tahun dan Aku baru lulus kuliah S1 komunikasi di Jerman. Teman-temanku biasa memanggilku dengan sebutan 'Ana'.
Saat ini Aku adalah seorang penulis, jurnalistik yang kemudian menjelma sebagai seorang editor di sebuah perusahaan media.

Aku mempunyai sahabat namanya Vanessa Agatha, wanita yang memiliki darah campuran Inggris-Indonesia. Kami teman satu kantor, juga dengan kamar apartement yang bersebelahan.

Aku menggeliat saat merasakan cahaya matahari yang menerpa wajahku, perlahan-lahan ku buka mataku dan mendapati Vanessa yang berkacak pinggang, layaknya seorang ibu yang membangunkan anaknya.

"Kamu enggak turun kerja lagi, Ana? kurang baik apa coba, Aku. Supaya kamu tidak di pecat dari pekerjaanmu," Aku mendengus acuh, kemudian berjalan menuju ke kamar mandi tak peduli omelannya.

Setelah mandi, Aku pun masih melihat Vanessa di kamar apartemenku.

"Kenapa?" tanyaku malas, Aku berdalih duduk di single sofa di dekat Televisi.

"Bos, menyuruhmu membuat sebuah naskah cerita bergenre misteri-Romansa," jelas Vanessa, menjelaskan maksud kedatangannya pagi-pagi ke kamar apartemenku.

Aku melihatnya sekilas, "Males."

"Ana. Kamu niat kerja enggak sih? Kamu itu seorang editor yang enggak turun selama tiga bulan, di tambah lagi kamu selalu absen, huh!" Aku mengangguk membenarkan ucapan Vanessa, dan alasan aku selalu mengambil cuty adalah jam tidurku yang berantakan di karenakan mimpi-mimpi sialan itu.

"Aku mau lanjut tidur," kataku berlalu acuh, Vanessa terheran-heran menatapku, mungkin hatinya selalu sabar menghadapi sikap malasku ini.

"No way. Kamu harus kerja hari ini, membuat naskah cerita itu." Vanessa menghadangku dari depan, ketika aku hendak membuka pintu kamar.

"Ini hari minggu Nessa," melasku, mengharapkan belas kasihan darinya. Apa ia tak menyadari jika mataku terdapat lingkaran hitam yang terlihat nyata.

"Aku enggak peduli. Hari ini, aku menyuruh Nuel menjemput kita, kita akan pergi ke suatu tempat!" katanya dengan nada perintah.

Immanuel adalah sahabatku sewaktu kecil. Saat ini ia menjadi kekasih dari sahabatku, Vanessa. Nuel adalah panggilan yang ku berikan khusus untuknya, dia adalah pria yang baik, sopan, romantis, walau kadang terlihat dingin dan cuek. Entah mengapa Vanessa bisa jatuh hati pada cowok asli dari Amerika ini.
Nuel sendiri saat ini tengah mengurus cabang perusahaan papanya yang berada di Indonesia, tanpa sepengatahuan Vanessa, tentunya.

Aku pun dengan rasa malas, mengikuti perintah Vanessa, sahabatku satu itu sangat keras kepala, sekali. Jujur saja, Immanuel sangat tahan dengan sikap keras kepala dan kekanak-kanakkan Vanessa.

***

Setelah Nuel datang, kami segera meluncur ke tempat yang hanya mereka tahu, karena aku tak di izinkan tahu. Toh, aku juga tidak mau tahu.

Aku hanya bingung, mengapa aku harus di beri tugas membuat naskah cerita? Bukannya aku merasa sombong. Namun, ini sangat mudah untukku yang notabane nya adalah seorang penulis.

Aku memasang sebuah earphone ditelinga ku sambil menikmati jalanan ibukota yang cukup padat di hari pekan, dan juga matahari yang kian meninggi. Aku pun tak kuasa menahan kantuk, dan akhirnya tertidur daripada menjadi kambing congek ketika melihat kedua sahabatku menggumbar kemesraan di depanku, sedangkan aku yang--- masih Jomlo. Sungguh menyedihkan!

The Truth Of Reincarnation [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang