Gaun putih yang berbalut indah di tubuhmu..
Angin yang mengembuskan kebahagiaan.
Untaian kelopak bunga nan indah berjatuhan..
Lonceng gereja berpadu dengan suara burung-burung gereja mengiringi tiap langkahmu..Sang pendeta menuntunku
Di hadapan sang Tuhan.
Aku menyebut namamu..
Saling berjanji membahagiakan..
Berjanji menjadikanmu satu-satunya di hidupku, tulang rusukku..
Berjanji sampai maut memisahkan..***
Rheana pov
Aku menggeliat merasakan panas di sekujur tubuh. Setelah ku membuka mata untuk pertama kali ku lihat adalah ac kamar yang tidak menyala.
"Huft. Pantas aja aku merasa panas."
Aku pun berniat mencari remote ac itu, lalu setelah itu ku sadari seperkian detiknya. Aku teringat, ini bukanlah kamar hotelku.
Lalu di mana kah aku?
"Oh. Kau rupanya sudah bangun?" tanya seseorang yang masuk dengan membawa minuman hangat.
Aku melototkan mata ketika seorang pria bertubuh atletis itu berjalan ke arahku.
"Kau---!" pekikku.
"Ya. Ini aku, mengapa?" tanya pria itu kembali.
"Mengapa aku bisa di sini? Dan di mana Rave? Aku ingat sebelum aku pingsan, aku menjumpai pria itu."
Revano tersenyum miring, sembari memberikan secangkir teh hangat.
"Minumlah. Dan lupakan pria itu," katanya kemudian.Aku kemudian mengambil cangkir itu dan melihat isinya. "Kau hendak meracuniku?" Aku bertanya mengintimidasinya.
"Oh. Untuk apa meracunimu?" Revano balik bertanya.
Karena Aku pun merasa haus, akhirnya Aku meminum teh itu.
"Di mana aku?" Tanyaku kembali.
"Apartemenku."
"Oh."
"Hanya 'Oh'?"
"Lalu aku harus apa? Salto? Jingkrak-jingkrak? Atau buat status dengan Caption 'aku sedang berada di kamar apartement pengusaha muda Revano Aldrich?' Tolong. Aku tidak sealay itu." jawabku dengan sengit.
"Bukan. Bukan begitu. Seharusnya ada rasa khawatir dalam dirimu. Maksudku-- saat ini kita sedang berdua di kamarku. Apa saja bisa terjadi, kan?"
"Memang apa yang akan terjadi? Kau jangan membuatku berpikir berputar-putar. Aku hanya menghabiskan ini dan akan pergi dari sini." jelasku di sela-sela meminum tehnya.
Revano mengamatiku dengan intens. Aku merasa risi dengan hal itu.
"Jika kamu haus. Mengapa tidak membuat untukmu juga?" Aku bertanya.
"Berikan cangkirmu?"
"Cangkir? Untuk apa? -- Eh ini belum habis..." Revano langsung mengambil cangkir itu dari tanganku dan meneguk sisanya. Aky melototkan mata terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Of Reincarnation [COMPLETED]
RomanceRheana Alarice, sungguh tidak mempercayai jika Reinkarnasi itu benar-benar ada hingga ia di hadapkan oleh satu kenyataan bahwa Dia adalah reinkarnasi dari gadis Belanda yang mencintai penduduk pribumi, Satya. Ketika cinta yang tak dapat di satukan d...