Kenapa hatiku mengatakan bahwa itu semua adalah benar, sedang pikiranku tidak..
***
Rheana masih berada di kamar Aldebaran. Sungguh, kamar ini masih seperti sebelumnya tidak ada yang berubah. Wangi parfum Aldebaran juga masih dapat ia rasakan sekarang.
Rheana melamun, sambil memegang sebuah figura kecil di atas meja, foto dirinya dan Aldebaran sewaktu ia di sekolah menengah."Sebesar apa pun nanti kamu, kamu tetap adik kecil kakak," itu kata yang ia ingat selalu sebelum mengambil gambar itu.
Rheana ingin sekali menangis, tapi ia sudah berjanji pada Aldebaran bahwa ia akan menjadi perempuan yang kuat dan tidak cengeng.
Tanpa sadar, Rheana tertidur di atas ranjang Aldebaran sambil memeluk figura itu di dalam dekapannya.
***
Rheana terbangun, saat ia merasa ada yang mengusap kepalanya. Matanya membulat sempurna, saat sosok yang mengaku kakaknya itu yang mengelusnya.
"Kamu!"
"Ya. Aku Aldebaran. Kamu belum menjawab pertanyaanku yang tadi."
"Pertanyaan apa?"
"Kamu mau kan membantuku, untuk mencari tahu alasan di balik pembunuhanku?"
"Tapi Kak, Kakak mati karena kecelakaan pesawat." Aldebaran menggeleng.
"Aku di bunuh, dan di waktu bersamaan pesawatku memang jatuh. Tapi, aku tak pernah ada di pesawat itu. Waktu itu aku benar-benar terlambat datang ke bandara, karena di perjalanan aku di hadang oleh sekolompok orang yang tidak ku kenal, Rhe." jelas Aldebaran.
"Aku minta maaf, kak, aku tak bisa membantumu." aku Rheana. Setelah beberapa detik ia memikirkan hal itu, masalahnya semenjak kematian kakek Zul, ia selalu di hantui oleh rasa penasaran. Apa kah benar ia rekarnasi dari gadis belanda itu?
"Kenapa?"
"Aku punya banyak masalah, dan teka-teki yang harus ku ungkap."
"Masalah mimpimu? Yang pernah kau ceritakan padaku?"
"Mungkin.."
"Tidak mau membantuku, tidak apa-apa Rhe.. aku tak ingin menambah beban pikiranmu, lagi pula aku harus menunggu waktu yang tepat untuk berekarnasi, jadi di kelahiranku selanjutnya aku bisa membalas dendam ku ini."
"Kau akan berekarnasi? Benarkah?" tanya Rheana yang setengah tak percaya.
"Aku juga tak tahu, tapi Tuhan mengatakan itu padaku."
"Oh. Astaga. Kau bertemu Tuhan?"
"Jelas. Aku kan arwah Rhe."
"Oya, pendapatku sih, bagaimana jika kamu tinggal di Belanda saja sementara ini, sampai kamu mendapatkan jawaban atas mimpimu itu." mendengar itu Rheana terdiam, mengapa ia tak memikirkan hal itu. Mengapa ia tak ke Belanda saja, rumah Caroline, untuk mencari tahu kebenarannya sekarang.
Kreeet......
Suara pintu terbuka akhirnya menyadarkan Caroline dari lamunannya. Ia melihat itu, seorang paruh bayah yang usianya tidak muda lagi dan mulai di tumbuhi rambut- rambut putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Of Reincarnation [COMPLETED]
RomanceRheana Alarice, sungguh tidak mempercayai jika Reinkarnasi itu benar-benar ada hingga ia di hadapkan oleh satu kenyataan bahwa Dia adalah reinkarnasi dari gadis Belanda yang mencintai penduduk pribumi, Satya. Ketika cinta yang tak dapat di satukan d...