Melarikan diri

11 3 0
                                    

Permainan takdir ini akan segera berakhir.
Sekarang giliranku

***

Rheana terbangun ketika ada seseorang yang menepuk pipinya pelan.

"Syukurlah kamu sadar, Ana." ujar lelaki itu dengan wajah khawatir. Rheana mengerutkan dahi menyadari bahwa ia tidak berada di rumah sakit lain. Melainkan tempat yang mirip sebagai penyimpanan barang.

"Rave?"

"Sttt. Jangan keras-keras, aku akan membantumu melarikan diri dari sini." Rheana tak mengerti dengan perkataan Rave yang sangat aneh

Untuk apa ia melarikan diri?

"Kamu di culik, Ana." tambah Rave seolah mengerti kerutan di dahi Rheana.

"Tapi Rave---"

"Sebentar ada yang datang, kau pura-pura pingsan seperti tadi saja." kata Rave lagi lalu mencari tempat persembunyian di dalam ruangan itu.

Tuk.. tuk.. tuk..

Suara sepatu seorang pria yang berpakaian serba hitam itu bergema di dalam ruangan.

"Baik. Tuan. Kami akan segera membawanya." katanya. Rupanya ia sedang berbicara dengan seseorang di telepon tersebut.

"......"

"Tidak. Kami tidak akan menyakitinya. Anda tenang saja. Target kita sudah berada di genggaman."

"..........."

"Baik. Baik Tuan." ucapnya sebelum panggilan telepon itu berakhir. Rheana tidak dapat mendengar jelas siapa seseorang yang sedang menelpon itu. Tapi ia yakin, orang itu sangat berbahaya.

Di lihatnya Rheana yang masih memejamkan mata, baru kemudian ia keluar dari ruangan tersebut.

Setelah pria itu pergi, Rave keluar dari tempat persembunyiaannya . Ia menghampiri Rheana kembali.

"Tanganku di borgol, Rave," kata Rheana takut.

"Tenang Ana, aku pasti akan menyelamatkanmu dari sini."

"Tapi bagaimana melepaskan ini?"

"Ini." Rave menunjukkan sebuah kunci yang ia pegang. "Aku memesan sebuah kunci khusus untuk bisa membuka apa saja. Kau tak perlu khawatir oke?" Rheana mengangguk. Setelah borgol Rheana terlepas, Rave membantu Rheana berdiri.

"Kau bisa lari, kan?" tanya Rave padanya.

"Kau meremehkan aku?" balas Rheana tak terima.

"Tidak." jawab Rave sambil mengacak rambut Rheana.

***

"Aku yakin, Rheana sudah tidak berada di Bali." kata Revano tegas, Revano dan Ryab sedang berdiskusi dan beberapa keamanan, dektetif.

"Apa pun yang terjadi, jika ini kasus penculikan kita harus waspada. Karena aku yakin.. target mereka bukan hanya Rheana tapi pasti berhubungan denganku."

"Apa ini ada kaitannya dengan Dharmasatya?" tanya Ryan. Revano membenarkan itu di dalam pikirannya.

Mengapa ia tidak kepikiran sama sekali mengenai sekelompok orang yang membunuh keluarganya sepuluh tahun silam.  Rheana pasti di jadikan sebagai umpan untuk menariknya.

"Sial." Revano menendang kursi di depannya dengan frustasi.   Bawahannya yang memandang Revano dengan kasihan.

Liat saja. Revano sangat berantakan. Tidak rapi atau maskulin seperti biasanya.

The Truth Of Reincarnation [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang