Pertemuan Pertama

46 17 1
                                    

Katanya, kalau kita bertemu dengan belahan jiwa yang sebenarnya. Mata kita tak pernah berhenti untuk menatap matanya

***

Aku melamun di atas balkon Apartemenku sambil menatap bulan purnama, di tanganku kini ada sebuah surat yang tadi siang ku temukan.

"Aku semakin penasaran tentang kisah Caroline ini, kenapa-- surat ini tertuju padaku, atau mungkin ada orang lain? Ya. Caroline pasti berhubungan dengan pembunuh ini," gumamku dalam hati

Saat pikiranku berkecamuk, dering ponselku memperlihatkan nama bossku.

"Selamat Malam, Bu bos." nyengirku.

"Saya sedangkan tidak ingin bercanda, Rheana! Gimana dengan tugasmu?"

"Yah saya sedang mengerjakannya."

"Ingat. Tiga bulan lagi, Tulisan itu harus jadi dan besok kau harus masuk kerja lagi."

"Tapi------"

"Kenapa Rheana Alarice, apa ada masalah? Oya begini temanmu Rudi dan Nasya, besok mereka berhalangan hadir! Jadi kau dan Tomy yang akan menggantikan mereka untuk mewancarai Pengusaha Muda yang terkenal itu, Revano Aldrich. Tidak ada bantahan apapun! Besok kau harus tepat waktu."

Telepon di matikan secara sepihak oleh atasanku.

Tiba-tiba bel apartemenku berbunyi, dan Aku membukanya, tampaklah Vanessa yang menggunakan piyama tidurnya.

"Apa?" tanyaku padanya, namun belum ku persilahkan untuk masuk.

"Ini untuk wancara! Bu bos ngasih ini ke kemarin," jawabnya malas, sambil menyerahkan tumpukan berkas-berkas itu padaku.
"Oya, Ana kamu enak banget ya. Jarang masuk terus dapat job wawancara Pengusaha muda yang di gilai banyak artis, bahkan termasuk artis Hollywood sekalipun." sambungnya sambil histeris layaknya fans ketemu idolanya

Aku menatapnya datar, dan memijit pelipisku "yah kenapa gak kamu aja, kalau mau?" Aku berjalan mendekati meja untuk menaruh berkas itu, dan dia tetap tidak bergeming di depan pintu.

"RHEANA ALARICE. Sumpah ya kamu itu di kasih rezeki nomplok kok di tolak, ingat ya Rev----"

"Yayayaya, Revano ini, Revano itu, Ana kamu harus begini jangan begitu, udah? Vanessa Agatha kamu tau kan aku lagi pusing dan kamu malah bahas tentang Revano, aku yakin orang kek Revano itu pasti Sombongnya gak ketulungan," potongku dengan yakin.

"Sebelum aku pergi, dengarin nih ya nasihatku, hati-hati kamu bisa jatuh cinta entar sama Revano," kata Vanessa sebelum akhirnya ia pergi dari sana.

"Terserah ahh! Bodo amat aku," kataku pada di diri sendiri lalu melanjutkan untuk mempelajari berkas-berkas itu.

Author pov

Revano Aldrich, akhirnya menginjakkan kakinya kembali di bandara Soekarna-hatta, setelah sepuluh tahun lamanya ia bersembunyi dari seseorang.

Revano dengan di kawal oleh lima orang Bodyguard berjalan menuju ke hotel yang akan ia inap beberapa hari kemudian itu.

Ryan yang merupakan sahabat sekaligus orang yang mengatur jadwal Revano, juga berada di sana.

"Jadi, Besok sore akan ada sesi wawancara?" tanya Revano, memperjelas.

"Iya Rev. Tapi jurnalisnya kemarin di ganti, namanya Rheana Alarice," jawab Ryan setelah mendapat kabar kalau wartawan telah di ganti.

"Rheana? Hmm nama yang bagus," gumamnya dalam hati.

***

Rheana pov.

The Truth Of Reincarnation [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang