Rheana. Wanita itu masih di rumah sakit sejak lima hari yang lalu, Revano pun tak pernah berhenti menemaninya di ruangan itu.
"Seharusnya kamu nggak perlu pakai keamanan segala. Rev. Aku bukan orang penting yang harus di jaga." ujar Rheana di salah satu kesempatan ia berbicara dengan Revano. Revano mengulum tersenyum, dari senyumannya terlihat begitu banyak kerutan- kelelahan tercetak jelas.
"Kamu juga yang penting di hidup aku." Rheana mendengus. "Ana. Kamu jangan khawatir, pelaku itu pasti akan segera tertangkap. Aku sudah melihat rekaman cctv di kamar apartementku tempo hari. Seseorang itu tampak familier sekali."
"Kau selalu saja membahas ini. Apa kau tidak lelah, Rev? Jangan memaksa dirimu terlalu jauh. Biar hukum yang bertindak."
"Tidak Ana. Hukum di sini sangat lemah. Jika bisa aku membawa kasus ini ke depan PBB sekalian."
"Kau terlalu berlebihan." sindir Rheana.
Rheana. Semenjak ingatannya kembali ia sudah tak menjauhi pria itu, justru ia merasa nyaman dengan di dekatnya.
Cup..
Revano mencium singkat bibir Rheana. Rheana terkejut kemudian tersenyum kikuk.
"Ada apa?" tanyanya.
"Kau suka sekali melamun, ya?" tanya Revano. "Apa kau sudah makan?" tambahnya.
Rheana menggeleng. "Maaf. Mungkin aku belum terbiasa dengan ingatan ini. Oya Rev. Aku tidak menyukai makanan rumah sakit, tidak ada rasanya."
"Lalu kau ingin makan apa?" tanya Revano kembali.
"Apa pun itu. Asalkan itu darimu."
"Hei hei.. sekarang sudah jago menggombal, ya? Kemarin-kemarin malah menjauhiku." Rheana cemburut.
"Ya. Itu karena kau begitu sombong dan menyebalkan." balas Rheana. "Sekarang pun masih sama saja." tambahnya.
Revano segera bangkit dan berjalan ke pintu, "Aku akan membeli sesuatu untukmu. Kau tunggu sebentar, ya?"
"Tidak lama?"
"Tidak sayang."
"Rev. Kok aku merinding geli ya," kata Rheana di sela tawanya.
"Kau mengejekku lagi?" Rheana terkekeh. "Jika kau terus mengejekku seperti itu aku akan memaksamu menikah denganku."
Rheana mendelik. "Aku tidak mau."
"Kenapa?" Revano bertanya.
"Ya-- ya seharusnya kau harus membuat acara lamaran terlebih dahulu secara romantis." jawab Rheana. Alis Revano terpaut dua-duanya.
"Lamaran yang romantis?" Rheana mengangguk penuh semangat. "Tidak. Tidak. Kau pasti akan menolakku, bukan? jadi untuk apa lamaran romantis? Aku akan tetap memaksamu menikah denganku, suka tidak suka."
"Dasar keras kepala." cibir Rheana, "Ya sudah sana pergi, biar aku bisa kabur." tambah Rheana kesal.
"Kamu ingin kabur?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Of Reincarnation [COMPLETED]
RomanceRheana Alarice, sungguh tidak mempercayai jika Reinkarnasi itu benar-benar ada hingga ia di hadapkan oleh satu kenyataan bahwa Dia adalah reinkarnasi dari gadis Belanda yang mencintai penduduk pribumi, Satya. Ketika cinta yang tak dapat di satukan d...