Aku tak tau harus berkata apa.. ketika rasa itu hadir dengan sendirinya.
***
Berulang kali Rheana mencoba menghubungi Felix yang entah berada di mana. Setelah Revano keluar dari apartementnya, Rheana langsung pergi ke restoran Jepang, karena ia berpikir Felix dan Vanessa sudah menunggunya makan malam. Tetapi, sudah setengah jam ia di sini bahkan hingga restoran tutup pun mereka berdua tidak menampakkan batang hidungnya.
Rheana bergumam kesal. Ketika dia ingat bahwa teman-temannya itu tadi di amankan oleh Ryan. Teman Revano.
Ke mana mereka pergi?
Setelah berdiam beberapa saat di depan restoran, Rheana menerima panggilan dari nomor yang tak di kenal. Lalu mengangkatnya..
"Hallo."
"..........."
"Apa?"
"..........."
"Saya akan ke sana, terima kasih." kata Rheana sebelum mematikan panggilan itu.. Rheana bergumam kesal, untuk pertama kalinya Felix melakukan kesalahan.
***
Rheana mendatangi sebuah klub malam di daerah Jakarta. Ini untuk pertama dan semua itu karena Felix. Ia menerima kabar dari seseorang bahwa ia tahu Felix berada di club ini. Entah siapa orang itu hingga ia tahu bahwa ia sedang mencari Felix.
Rheana menatap sekitar. Detuman lagu yang kencang, bau alkohol, dan beberapa wanita yang terlihat seperti
penggoda. Ya tuhan semoga Felix tidak seperti itu. Batin Rheana.Rheana merasa risi karena laki-laki hidung belang di sana tampak mengamatinya dengan ujung kaki hingga kepala. Dan dia memaklumi hal itu, karena dia mendatangi sebuah tempat yang salah.
Dengan bergegas Rheana menuju ke ruang VVIP. Dan tepat, ketika Rheana membuka pintu itu ia melihat Felix dengan Ryan lalu di mana Vanessa?
Felix yang tampak mulai mabuk itu menoleh dan tersenyum pada Rheana.
"Hai Anne. Ayo ke sini, kita---" Rheana langsung menangkap tubuh Felix yang limbung, lalu mendudukkan Felix di salah satu sofa di sana. Rheana menatap Ryan tajam, ini semua gara-gara Ryan. Untung saja dia datang tepat waktu. Felix masih sadar, jika Felix tidak sadar, maka ia bisa melantur ke mana-mana termasuk berbicara tentang identitas Rheana yang sebagai Anne.
Ryan tak bereaksi apa-apa bahkan ia tak berniat menolong sama sekali. Dia dan Revano sama saja.
Akhirnya Rheana meminta Andrian datang ke club itu dan menolongnya. Tak beberapa lama Andrian datang dan membantu Rheana."Kau orang luar negeri, kan? Club pasti sudah biasa untukmu," kata Ryan dengan tersenyum miring. Rheana enggan membalas lalu keluar dari ruang VVIP itu. Ryan hanya mengangkat bahu tak peduli.
Rheana membantu membuka pintu mobil dan Andrian kemudian memasukkan Felix ke dalam.
"Maaf. Sudah merepotkanmu, Andrian." kata Rheana tak enak jati. Ini sudah hampir larut malam, anak itu pasti butuh istirahat karena ia juga sedang berkuliah saat ini.
"Tidak apa Nona, kebetulan saya belum bisa tidur tadi." Rheana mengangguk. "Oya, kenapa kalian bisa sampai di club?" tanya Andrian.
"Ku kira kamu yang mengantar mereka?" tanya balik Rheana.
"Tidak. Aku di suruh mengantar Vanessa ke restoran Jepang, tapi Vanessa menolak dan bilang dia ingin kembali ke apartement saja." Rheana kembali mengangguk. Dia yakin ini semua pasti rencana Ryan, pria itu pasti ingin mencari-cari tahu tentangnya.
Setelah itu mereka kembali ke hotel, Andrian membantu Anne membawa Felix ke kamar hotelnya.
"Thanks. Andrian." kata Anne setelah ia menutup pintu kamar hotel Felix.
"Sama-sama Nona."
"Oya Andrian. Mungkin besok adalah hari terakhir kami ke Jakarta. Karena lusanya kami akan ke Bali."
"Wah semoga tour anda menyenangkan, Nona."
"Apa kau tidak ingin ikut?" tanya Rheana. Andrian menggeleng, "saya masih harus mengerjakan tugas kuliah."
"Oya. Kamu kuliah jurusan apa?"
"Hm.. jurusan hukum, Nona."
"Wah benarkah? Apa kau ingin ku latih di bawah bimbinganku?"
"Maksud Nona?"
"Aku memiliki penasehat hukum, tapi sebentar lagi dia akan pensiun. Jika kau mau, aku akan menyuruh dia mengajarimu, dan kemudian kau bisa bekerja denganku sebagai penasehat hukum di Deen hag."
"Apa aku tidak salah dengar, nona?"
"Tidak. Ku katakan ini karena aku percaya denganmu Andrian. Aku bukan orang mudah percaya dengan orang lain. Aku yakin kau bisa. Oya kapan kau wisuda?"
"Tahun depan. Aku masih sibuk menyiapkan skripsi."
"Kalau gitu, bagaimana jika kau sambil di latih beliau? Tenang aku akan menanggung biaya kuliahmu dan kau juga akan mendapat gaji."
"Tapi Nona-- itu terlalu berlebihan." kata Andrian yang tak enak hati. Nona Anne begitu baik menawarkan berbagai hal.
"Ini demi masa depanmu, Andrian. Kerja di Deen hag itu bukan hal biasa. Walau itu bukan kota seperti Amsterdam, tapi penghasilanmu akan jauh lebih tinggi dari pada kau bekerja sebagai sopir di Indonesia." mendengar ucapan Rheana yang membujuknya, Andrian menerbitkan sebuah senyuman tipis. Ia bahagia tentu saja. Ini cita-citanya.
"Bagaimana?" tawar Rheana lagi.
"Apa aku bisa melanjutkan kuliah lagi nanti Deen Hag?"
"Untuk itu kau harus berusaha supaya dapat Beasiswa." Andrian tersenyum mengangguk. Satu harapan lagi dari Rheana membuatnya seakan bermimpi. Nona muda itu sangat baik hati dan dia berjanji bahwa ia tak akan pernah mengecewakannya.
"Ya. Aku mau."
***
Felix tersadar dengan kepala yang masih terasa pusing, dia menatap sekitarnya, rupanya ia sudah kembali ke kamar hotelnya.
"Ini minum." Rheana menyodorkan sebuah gelas berisi air lemon untuk menetralkan alkohol yang masih tersisa.
Felix terkejut, "Eh?"
"Ah eh ah eh. Please Felix kamu bukan orang gagu ,kan?" Felix menggeleng kemudian mengambil gelas itu dan meminumnya.
"Syukur karena aku nemuin kamu sebelum kamu benar-benar mabuk berat. Kamu tahu enggak? Orang mabuk itu bisa bicara ngelantur ke mana-mana tapi walaupun ngelantur dia berkata benar. Bagaimana jika identitasku terungkap?" Felix menunduk mengakui kesalahannya.
"Maaf. Anne." lirih Felix.
"Dan satu lagi, Felix kau sudah ku anggap seperti sahabatku, kakak perempuanku, huh."
"Iya-iya aku salah. Maaf."
"Sudahlah. Hari ini kita jalan-jalan sebelum nanti malam kita ke Bali."
"Secepat itu?" tanya Felix bingung.
"Aku hanya ingin menjauhi Revano." Felix mengangguk, tak terasa air lemon itu habis, Rheana mengambil gelas itu namun di cegah oleh Felix.
"Seorang atasan tidak seharusnya seperti ini,"
"Tapi-- selama liburan kau adalah sahabatku, bukan bawahanku." ketus Rheana lalu kembali ke kamarnya.
"Oya Felix Istirahatlah. Nanti agak sore kita ke dufan." Felix mengangguk, lalu setelah itu Rheana benar-benar pergi dari kamarnya.
Felix mengacak rambutnya, mengapa ia bisa melakukan hal sebodoh ini. Ini semua pasti gara-gara Ryan-Ryan itu. Duga Felix.
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Of Reincarnation [COMPLETED]
RomansaRheana Alarice, sungguh tidak mempercayai jika Reinkarnasi itu benar-benar ada hingga ia di hadapkan oleh satu kenyataan bahwa Dia adalah reinkarnasi dari gadis Belanda yang mencintai penduduk pribumi, Satya. Ketika cinta yang tak dapat di satukan d...