Rheana dan Felix di sore harinya menghabiskan waktu di Ancol, dan ke Bali pada penerbangan malam.
Menurut Rheana Sore ini ancol ramai seperti biasanya, Dia jadi merindukan dirinya sewaktu menjadi Rheana.
"Aku minta maaf, Anne." kata Felix yang duduk di sebelah Rheana. Rheana meliriknya sekilas dan menganggukkan kepala.
"Tidak apa. Setidaknya aku datang tepat waktu, kan? Oya di sini sangat membosankan, ya. Mau berenang?" tawar Rheana. Felix menggeleng.
"Aku belum siap berenang setelah mabuk semalam." jawabnya dengan menatap lurus pada segerombolan anak-anak yang bermain pasir. "Oya Rhei. Setelah kau mengganti identitasmu, apa kau merasa terbebas dari cerita Reinkarnasi itu?"
Ya. Rheana memang menceritakan semua yang di alaminya, dari mimpi-mimpi aneh, dan juga Aldebaran yang sedikit menceritakan pada Felix.
"Sedikit. Aku jadi jarang bermimpi aneh lagi." jawab Rheana apa kadarnya.
"Melihatmu perlahan bisa melupakan semuanya, aku merasa janji satu per satuku pada Aldebaran terpenuhi." Rheana yang mendengar nama Aldebaran tersenyum tipis. "Kau mirip sekali dengan Al, Anne."
"Aku jadi rindu kakak." lirih Rheana.
"Kenapa kau tidak pulang ke Paris, Anne? Kau pasti akan bertemu dengan Aldebaran."
"Maunya begitu, tapi Papa tetap rakus pada harta. Aku tidak mau seperti itu Felix, aku ingin merasa bebas di duniaku sekarang. Itulah mengapa aku mengubah identitasku." Mereka pun terdiam dengan pikiran masing-masing.
"Tapi Anne sebaiknya, apa tidak kau cari tahu saja kebenarannya?"
"Kebenaran apa?"
"Kebenaran tentang Reinkarnasimu, Anne. Kau jangan menjadi orang yang menutup mata. Jika pun demikian, kamu tidak kasihan dengan reinkarnasi kekasihmu dulu, dia pasti sedang mencarimu, bukan?" Felix berdiri di depannya dan berkacak pinggang.
Rheana mendengus. Ada benarnya juga ucapan Felix. Tapi sungguh tak ingat apa-apa tentang masa lalu itu, dia hanya bermimpi hal anehnya setiap malam, dan berulang-ulang. Dia juga merasa familier dengan kota terbengkalai Dharmasatya itu. Entahlah Rheana merasa abu-abu dengan semuanya.
"Aku tidak ingin menikah dan berkomitmen." ucap Rheana dengan datar, Felix terbelalak.
"Ya ampun. Apa kau ingin menjadi gadis perawan sampai tua?"
"Mungkin aku belum menemukan seseorang yang tepat, Felix, lagi pula aku belum jatuh cinta sebelumnya." ucapan Rheana membuat Felix mengangguk setuju. Lagi pula Rheana harus mendapatkan seseorang yang baik yang mau menerima kekurangannya bukan memeloroti kekayaan Rheana saja.
"Aku setuju pendapatmu, Anne." Mereka pun kembali terdiam sembari menikmati sunset di sore terakhir mereka di Jakarta.
***
Mereka kembali ke hotel pukul 7 malam sebelum akhirnya mencari makanan dan mencari cemilan, padahal rute Jakarta-Bali tidak memakan waktu selama Amsterdam-Jakarta. Tapi, Felix keukeh ingin memakan sesuatu di pesawat.
"Yey, kita ke Bali." sorak Felix dengan senang di kursi tunggu. Pesawat mereka akan take off beberapa menit lagi. Setelah memasuki lorong pemeriksaan dan juga penglihatan tiket.
"Berisik." ketus Rheana yang sengaja di buatnya. Felix memanyunkan bibir.
Entahlah mood Rheana beberapa jam lalu begitu buruk. Mungkin karena perkataan Felix tentang mencari tahu tentang kebenaran reinkarnasinya.
Rheana begitu tidak suka membahas reinkarnasi. Menurutnya, Reinkarnasi itu kuno dan aneh. Mana mungkin orang berekarnasi karena cinta
"Setelah libur ini, kamu bakal di sibukkan kerja, Anne." Kursi penumpang Felix ada di sebelah kanan Rheana, Rheana hanya menganggukkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Of Reincarnation [COMPLETED]
RomansaRheana Alarice, sungguh tidak mempercayai jika Reinkarnasi itu benar-benar ada hingga ia di hadapkan oleh satu kenyataan bahwa Dia adalah reinkarnasi dari gadis Belanda yang mencintai penduduk pribumi, Satya. Ketika cinta yang tak dapat di satukan d...