Tidak ada yang perlu di takuti.
Kita hanya perlu berdamai dengan masa lalu, bukan menghindarinya.***
Rheana Alarice. Wanita berusia dua puluh empat tahun itu mengeret kopernya keluar dari bandar udara Charles de Gaulle, kota Paris.
Berjalan keluar bandara dan menyetop taksi di sana.Di dalam taksi, Rheana hanya memberi tahukan alamatnya dan tidak mengatakan apa - apa lagi setelah itu. Ia hanya terpaku pada pemandangan kota Paris, begitu banyak menyimpan memori di sana.
"Kak, Ana akhirnya sampai di Paris. Setelah lima tahun terakhir Ana meninggalkan Paris." batin Rheana seolah ia sedang berbicara pada mendiang Kakak laki-lakinya, Aldebaran.
Taksi itu pun berhenti tepat di sebuah Mansion megah, you know kan. Rheana sebenarnya adalah seorang pengusaha Milyaders. Mansion yang berukiran arsitektur bergaya Belanda kuno di cat sedemikian rupa supaya terletak pada sejarahnya. Mungkin lebih mirip seperti benteng. Di dalamnya pun berupa minimalis, dengan dinding kaca tebal.
Ting.. tong!
Rheana memencet bel sembari melihat sekitar. Rumah ini tak pernah berubah. Sama seperti tata an Mamanya. Rheana tersenyum miris. Setelah mamanya meninggal, Rheana memutuskan kuliah di Jerman, dan langsung tinggal di Indonesia, tak pernah sekali pun ia berkunjung kemari, karena sebelum kematian Kakaknya, ia tak pernah di anggap lagi oleh mamanya. Mamanya meninggal tepat pada dua tahun setelah kepergian kakaknya, mamanya menyusul karena penyakit mentalnya yang terganggu.
"Ms. Rheana?" Rheana menoleh, pintu sudah terbuka dan tampaklah seorang yang sudah berusia tua. Rheana kenal wanita itu, ia adalah kepala pelayan di mansionnya yang sudah berkerja bertahun - tahun lamanya.
"Saya ingin bertemu, Tn. Richand." jawab Rheana dingin.
"Tn. Richand sedang berada di luar kota mengurus perusahaannya. Nona bisa masuk dulu," kata Sushanie, nama kepala pelayan tersebut dengan hormat.
Rheana dengan berat hati melangkahkan kaki ke dalam rumah.
"Tolong bawa koper dan tas Mr. Rheana ke kamarnya." perintah Sushanie pada bawahannya.
"Tunggu-- bawa ke kamar Aldebaran saja."
"Kenapa Nona?"
"Apa kamu ingin saya pecat? Lakukan saja." Pelayan itu mengangguk sebelum akhirnya bertatap muka pada Sushanie. Sushanie menyarankan untuk menurutinya saja.
"Nona ingin minum?" Rheana menggeleng.
"Aku ingin ke kamar Kakak." singkatnya.
Rheana menaiki anak tangga yang besar dan berkelok-kelok. Sebenarnya ada Lift untuk cepat sampai atas. Tapi Rheana memilih menaiki tangga saja, karena ia merasakan kehadiran Aldebaran yang bermain dengannya sewaktu kecil.
"Ana! Jangan lari -lari, nanti kamu jatuh."
"Kakak Aldebaran tidak bisa mengejarku. Wleee." Ana kecil berlari menghindari kakaknya, kemudian ia terjatuh dari tangga.
"Ana!!! Itu kan kakak bilang, jangan lari -lari. Mana yang luka sini?"
"Hiks.. hiks.. yang ini kaki Ana susah di gerakin kak. Sakit."
![](https://img.wattpad.com/cover/121387415-288-k301976.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Of Reincarnation [COMPLETED]
RomanceRheana Alarice, sungguh tidak mempercayai jika Reinkarnasi itu benar-benar ada hingga ia di hadapkan oleh satu kenyataan bahwa Dia adalah reinkarnasi dari gadis Belanda yang mencintai penduduk pribumi, Satya. Ketika cinta yang tak dapat di satukan d...