Surat Misterius Untuk Caroline

53 19 1
                                    

Terkadang Aku tidak mengerti dengan permainan takdir kepadaku...
Mengapa harus Aku yang mengalaminya?

***

Pagi ini matahari, tampak malu- malu muncul di permukaan. Aku mengendarai mobil Avanza ku keluar dari perumahan komplek menuju rumah sakit, untuk menjemput Vanessa.

Semalam, tampak seperti Mimpi. Immanuel meninggalkan Aku dan Vanessa, mengapa ia menyembunyikan perjodohan itu sejak lama?.

Tak beberapa lama aku menunggu di depan rumah Sakit, Vanessa datang dan masuk ke dalam mobil ku.

"Kamu yakin mau ikut, aku? Kan kamu masih sakit, Ness!" ucapku mengingatkan tentang kesehatan Vanessa yang belum pulih betul.

"Aku yakin, Ana! Please deh, aku tuh kemarin cuma berpikiran sempit buat bunuh diri. Jadi hari ini aku mau ikut kamu aja, buat nyari tahu tentang misteri kisah itu daripada pikiran aku kosong dan malah berpikiran buat bunuh diri lagi, gimana?" jawab Vanessa meyakinkanku, aku menyetujuinya dan Akhirnya Kami pun menuju ke Dharmasatya.

Kami pun tiba di depan Rumah kakek Zul, Rumah itu tampak sepi sekali, emang biasanya sepi, kan? Tidak. Seperti telah terjadi sesuatu kemarin.

"Kakek Zul!?!?" panggilku, namun tidak ada yang menyahut sedikit pun. Aku pun berusaha untuk menghubungi nomor telpon Beliau, namun tak ada jawaban sedikit pun.

"Kayaknya gak ada orang deh, Ana!" sahut Vanessa menyadarkanku. "Mungkin aja kakek, lagi jalan-jalan disekitar sini?" sambungnya lagi.

"Ness, kok gue rasa ada firasat buruk ya? Apa kita masuk aja kali ya?" tanyaku, karena perasaanku sedari tadi merinding dan tidak enak.

"Ana! Bukannya kita gak sopan ya masuk rumah orang sembarangan."

"Tapi kan kakek Zul sendiri yang bilang, 'anggap ini rumah kalian sendiri!" Jawabku tak mau kalah. Akhirnya terjadi beberapa perdebatan yang mengakhiri bahwa kami sepakat buat mencari tahu sendiri.

Kami pun berjalan berhati-hati memasuki kediaman kakek Zul, sebelum akhirnya suara berat pria menghentikan langkah kami.

"Mau ngapain kalian? Mau maling ya? Jalan ngendap-endap gitu?" kata pria bertubuh jangkung itu. Debaran di dada ku seakan terasa mencekam. Bukan debaran jatuh cinta, melainkan kaget atau seperti kepergok sesuatu.

"Rave? Kamu lagi? Ngapain sih kamu ada disini?" tanyaku kaget, rupanya dialah orang menegurku barusan.

"Seharusnya aku yang tanya ke kamu? Mau maling ya?"

"Jaga ya ucapanmu ya, siapa juga yang mau maling! Aku kesini mau nyari kakek Zul! Ho ho atau sebenarnya kamu yang mau maling tapi keduluan kita yang datang, kan?"

"Keduluan? Jadi kamu ngaku kalau kamu mau maling?" cibir Rave tak mau kalah.

"Stooooooppppp! Kalian berdua berisik ya. Rave? Jadi namamu Rave? Aku ucapkan makasih ya sudah menolongku kemarin. Dan Rave, kita kesini buat nyari Kakek Zul. Kamu habis ketemu beliau mungkin?" Kata Vanessa menengahi.

"Enggak..."

"Tuh kan Ness, Kamu ngapain sih cape-cape ngomong sama dia, di jawabnya juga singkat gitu. Dan kamu ngapain kamu juga kesini?"

The Truth Of Reincarnation [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang