(2) Awal Yang Manis

603 48 5
                                    

(Revisi)

Terlambat
By Novita Damayanthi

Hari ini koridor sekolah sedang lenggang, mungkin ini dikarenakan beberapa anak-anak kelas lainnya sedang berburu makanan di kantin. Tak terkecuali dengan Emma dan Lifya. Namun bedanya kedua orang itu sudah kembali dari kantin dan sedang berjalan menuju kelas, dengan tangan yang masing-masing sudah membawa makan.

"Enak ya makanannya, kamu mesti cobain nih. Ini baru namanya Batagor. Sumpah enak banget!"

"Makan ae, liat tuh bumbunya kemana-mana." Lifya yang melihat Emma makan dengan ceremotan pun malah tertawa.

Emma yang menyadari kecerobohannya itu, Cepat-cepat ia mengambil cermin lipat dan tisu di sakunya, lalu segera membersihkannya.

"Tadi yang pake kacamata tuh siapa, Ma?" tanya Lifya sambil sesekali mengunyah batagor yang ia bawa.

"Ah siapa? Maksud kamu Bian?" Emma balik bertanya seraya menyimpan kembali cermin ke sakunya.

Sebelum menjawab, Lifya menelan dulu batagor yang sudah lumat di mulutnya. "Iya, oh namanya Bian? Hahahaha," Lifya tertawa kecil di samping Emma.

"Kenapa, kok ketawa Lif? Oh aku tau, pasti gara-gara kejadian tadi ya?"

"Iya bener banget tuh! Kamu sih, natapnya gitu banget." Tak bisa dipungkiri lagi, tawa Lifya pecah saat itu juga, "oya, dia emang pake kacamata?"

Kali ini Emma masih mengunyah makanannya, jadi ia hanya menggeleng tanpa berbicara. Yang tentu saja artinya tidak. Sementara itu, Lifya hanya mengangguk paham dan mengerti maksud Emma.

"Omong-omong, Via sekelas sama kita ya?" tanya Lifya kemudian, saat ia ingat kalau di kelas tadi sempat melirik sekilas ke arahnya.

"Iyap."

"Tadi novelnya sempat aku injak. Terus sampulnya sampai kelipat," jelas Lifya yang kalem.

Berbeda dengan Lifya yang kalem saat menjelaskannya, Emma malah melongo dan memasang ekspresi heran. "Kamu tadi ngapain? Injak novelnya dia? Gila! Itu sih benda kramatnya Via, kok kamu berani sih?"

Kali ini Lifya terdiam sebentar dan balik melongo tentang perkataan Emma yang menyangkut kata 'keramat'. "Keramat? Novel doang, keramat? Apanya yang keramat?" tanya Lifya berturut-turut.

"Ya iyalah keramat! Karena siapapun yang mau pinjem novelnya dia, gak bakal dikasi! Kabarnya dulu dia sempat minjemin orang lain, terus novelnya malah dihilangin. Eh orang itu malah dimusuhin sama Si Via."

Lifya mendengus dan kembali melanjutkan langkahnya. "Kalau gitu sih, aku juga bakal ngelakuin hal yang sama, Ma. Harga novel itu mahal, jadi wajar aja kalau Via sayang sama bendanya itu!" sahut Lifya dengan menyerukan argumen kebenaran dari mulutnya.

"Nah, terus kalau kayak gitu, kenapa kamu  injak novelnya Via? Ih dosa tahu kalau injak buku." ceramah Emma sekilas yang juga menakut-nakuti Lifya.

Lifya merenggut. "Namanya juga gak sengaja. Orang tadi dianya yang nabrak aku di koridor sekolah."

Emma yang paham kalau Lifya tidak sengaja menginjak novel milik Via hanya bisa merespon dengan anggukan kecil di setiap kalimat yang terlontar dari mulut Lifya.

Ketika keduanya telah berada di ambang pintu kelas, Lifya dan Emma melihat beberapa kakak kelas sedang duduk manis di atas bangku dan meja mereka. Ketiganya terlihat sedang kipas-kipas dan memakan cemilan sambil berlagak sok. Terlihat juga kalau salah satu di antara mereka seperti memberi tahu aturan tertentu pada adik kelas yang mereka anggap sebagai junior. Siapa mereka?

TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang