"Hati-hati, Ka. Santai aja, aku lagi gak buru-buru kok."
"Kata siapa aku gak nyantai, Lif?" kilah Raka saat lampu lalu lintas menyalakan warna merah.
"Aku pasti hati-hati ngendarainnya. Apalagi sama kamu, tanpa diingetin pun itu udah menjadi keharusan aku buat jagain kamu.""Hahaha, iya deh iya percaya."
"Iya."
"Bentar-bentar, bunda nelpon aku, Ka."
Lifya menjawab dering ponselnya yang menyala di atas dashboard mobil Raka."Halo, iya bun?"
[...]
"Iya bun. Lifya udah pulang sepuluh menit lalu. Ini Lifya lagi sama Raka."
[...]
"Heeee iya bun. Iya siap. Nanti deh ya."
[...]
"Iya bunda."
"Bunda bilang apa Lif? Kamu gak dibolehin keluar sama aku?" tanya Raka dan melanjutkan kemudinya yang sempat terhenti.
"Hah? Oh Itu. Nggak, tadi bunda cuma agak khawatir kenapa aku belum sampe rumah. Ya aku jelasin dikit kalo aku lagi diluar sama kamu."
"Sama aku?"
"Iya."
"Memang bunda kamu tahu banyak tentang aku?"
"Tahulah. Kan Lifya pernah cerita tentang Raka ke bunda."
Raka tertarik. "Oh iya?"
"He.eh"
"Oh iya, aku baru inget kalau tadi padahal aku udah nelpon bunda kamu loh buat minta ijin. Tapi kok bunda kamu nelpon lagi ya?" tanya Raka bingung.
"Eh iya... apa jangan-jangan bunda lagi iseng ya?"
"Lah kok bisa sih?"
"Aku gak tahu," ucap Lifya sambil tertawa gemas.
"Hahaha, bunda kamu lucu deh. Sama kayak anaknya." gombal Raka yang sukses membuat Lifya ketar-ketir gak karuan. "Aku mau tahu dong, kamu ceritain akunya ke bunda itu kayak gimana?"
"Rahasiaaaaa"
"Ah gak asik."
"Ya diasikin lah."
"Gelap."
"Terang."
"Mana terang? Matahari aja gak ada, di.luar kan mendung."
"Ini lho Raka." Lifya mengklik tombol lampu yang ada di atas atap mobil Raka. "Terangkan?"
"Kamu receh."
"Biarin," sahut Lifya sambil menimpali dengan juluran lidah.
"Idih ngapain melet-melet gitu?"
"Emangnya aku dukun, apa?! Siapa yang melet?"
"Iya kamu dukun!"
"Eh enak aja!" Lifya menoel lengan kiri Raka dengan gemas tapi pelan, karena ia sadar Raka sedang menyetir.
"Iya kamu dukun cinta!"
"Cie ngegomballllllllll.. ternyata kamu bisa ya ngegombal."
"Siapa yang ngegombal? Aku aja belom selesai ngomong."
"Ya udah, ayo dilanjutin kalimatnya."
"Kamu dukun cinta monyet!"
"Raka rese, deh."
"Lifya duluan."
"Hahaha," keduanya tertawa.
(**)
Raka dan Lifya masih berjalan beriringan untuk menuju toko buku yang ada di dalam mall tersebut. Jari kelingking mereka bertautan satu sama lainnya, sehingga sekilas nampak seperti tidak berpegangan sama sekali.
"Tumben ya tokonya rame," ucap Lifya dari samping kiri Raka.
"Iya. Pada rajin semua ya ternyata hari ini," timpal Raka.
"Bener. Kayaknya mereka mau ngabisin THR deh, makanya kesini."
Raka menoyor kepala Lifya dengan ibu jari tangan kanannya. "Huuu sotoy kamu."
"Lah, who knows?"
"Yang Kuasa."
"Setuju.. aku setuju."
Diantara banyaknya orang-orang yang berlalu lalang dan memilih buku-buku. Nampak salah seorang gadis yang masih menggunakan rok abu-abu dengan atasan sweater putih tengah membaca satu per satu judul novel yang terpajang di atas rak.
Gadis itu sedang memilih judu buku-buku novel yang telah ia tulis di dalam list notes ponselnya. Dari enam judul yang ia tulis, ternyata baru empat judul yang ia temui. Maka dua diantaranya masih masuk ke dalam tahap pencariannya. Diam-diam gadis itu tersenyum menatap salah satu deskripsi novel itu dan menaruhnya di keranjang belanja yang padahal tidak ia tulis di dalam list.Saat Lifya dan Raka sudah berada di dalam area toko buku, wajah Lifya amat senang melihat tumpukan buku-buku yang berjajar di sekitar mereka. Sampai-sampai Lifya berjalan lebih dulu ke depan Raka dan tanpa melepaskan kaitan kelingking mereka sama sekali! Lalu cowok itu juga mengikuti pacarnya dari belakang.
Tidak cuma Lifya saja, Raka juga senang dengan wangi buku yang khas meski tidak terlalu mengekspresikan kesenangannya itu seperti Lifya. Selain mata Lifya yang jelalatan melihat ke arah sisi kanan tumpukan buku novel terjemahan sambil terus menggumamkan kata 'wow. Ada sebersit rasa iseng Raka untuk ia menoleh ke arah kiri guna melihat buku-buku novel remaja Indonesia yang disusun apik di sana.Dan zingggg!
Raka menangkap sosok itu.
Alangkah terkejutnya Raka melihat kakak kelasnya berada di sana tak jauh dari tempat mereka berdiri. Tidak, Raka tidak mau Lifya salah paham lagi tentang apa yang terjadi dengan ia dan Sicha. Bukan berarti ia mengatakan kalau Sicha jahat dan tega membuat segalanya jadi rumit. Tetapi untuk saat ini, ada baiknya hari ini tidak usah sampai ada penghancur suasana dulu. Jangan. Semoga tidak.Raka tidak mau bila mood Lifya rusak perihal pertemuan yang tidak direncanakan sama sekali ini. Bukannya ingin mengatakan bila Lifya terlalu overprotektif atau posesif kepadanya. Bukan. Bukan sama sekali. Hanya saja Sicha itu suka blak-blakan karena mengganggap dirinya sebagai kakak kelas, itu artinya punya kemampuan lebih untuk memproklamirkan dirinya hebat dari junior Velasda. Kan semua kakak kelas begitu, iya kan?
Sebelum Sicha menangkap dia dan Lifya. Raka membuang muka dengan cepat ke kanan dan menghadap sepenuhnya ke arah punggung Lifya. Ia menutup jarak pandang keberadaan Sicha agar bisa menghalaunya dari Lifya. Dimana ia membelakangi gadis itu agar Lifya tidak melihat kesana dan fokusnya bisa mengarah menjadi kepada wajahnya saja.
Huft, untung badan Raka lebih tinggi 15 cm dari Lifya."Lif, aku tiba-tiba haus sama laper. Ayo temenin aku beli makan," ajak Raka yang tidak sepenuhnya berisi kebohongan dan sisanya adalah fakta. Serius.
Wajah Lifya yang awalnya sumringah berubah menjadi bingung. Matanya beberapa kali mengerjap heran. "Lho kok mendadak gini?"
"Iya. Iya kan aku laper. Ayo Lif, sebentarrrrrr aja."
"Iya." Lifya tersenyum. "Ya udah, ayo kita makan. Mau makan dimana?"
Thanks God for saving us today-Raka mengungkap syukur ke dalam hatinya.
(**)
Bersambung....
*vommentnya ges.. makasih😘😗
2019
Bali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Terlambat
Ficção Adolescente✔#TeenFiction ✔#Love [End] Namanya Lifya, murid pindahan yang akhirnya bertemu dengan Raka. Banyak yang menyayangkan akan bagaimana cerita mereka akan berlanjut. Pantaskah mereka bersama? Apakah Lifya yang lebih baik bersama orang lain...