(20) I UNDERSTAND.

211 15 6
                                        

Akhirnya aku tahu apa maksud kamu. Meski kata-kata itu gak bakal terucap sempurna diantara kita. Aku mengerti dan sangat mengerti.
(Terlambat ; Raka)
------------------------------------------------

Part by Novita Damayanthi

.....Happy Reading.....

Kabar menghilangnya Raka di Velasda sudah menjamur dari satu kelas ke kelas lainnya. Begitu juga ruang guru, keberadaan Raka masih dianggap misteri oleh semua orang. Tetapi, hanya ada segelintir orang yang tahu kalau Raka menghilang bersama seorang gadis yang juga bersekolah di Velasda. Siapa lagi yang tahu kalau bukan anak-anak 11 IPA 2 dan guru pengajar dikelas mereka?

Tak tanggung-tanggung. Semua siswi di Velasda yang mengelu-elukan Raka membuat sesuatu sayembara. Sayembara-nya ditulis diseluruh pelosok mading yang ada di area Velasda. Selain sayembara, ada pula yang rela menyumbang uang untuk membuat poster Raka. Di poster itu tertera foto Raka dan tulisan, "Missing Boy. Raka. One and Only the most Boy in Velasda after Rio." Semua yang mereka lakukan itu murni dari hati nurani mereka masing-masing.

Tetapi, lain mereka, lain lagi oleh si Ira. Ia tidak terima kalau lelaki ini disebut-sebut bisa menyaingi kekasihnya. Ralat, mantan kekasihnya. Rio Dirgantara. Sampai-sampai, ia geram sendiri dan nekat mencabut semua poster itu bersama gengnya.

"Dasar cewek-cewek udik. Yang begini dibilang ganteng? Selera ikan teri semua nih orang. Pokoknya semua ini mesti dicabut. Gue gak mau tau!" Ujar Ira yang gemas karena poster itu masih menempel dengan kuat.

"Ra, lu yakin mau cabutin nih semua? Gilak! Ini tuh kebangetan tau. Emang dengan cara lu nyabutin nih semua, Rio tau?" Tanya Imel yang sudah geram dengan hal ini.

"SHUT UP! Kalau pun Rio gak tau, ya bantu gue donk biar dia tau! Buat dia, biar dia iba akan usaha gue ini.." Jelas Ira untuk Imel.

"Lu nyadar gak sih kalau si Raka ini cakep juga dih.." Kata Sicha yang mulai senyum-senyum memandangi poster yang telah ia cabut dari tembok.

"Siniin..." Dengan cepat Ira mengambil poster ditangan Sicha dan membejeknya. "Denger ya, ini anak ingusan masih kelas 11. Jadi tolong, jadilah kakak kelas yang berkelas ya SICHA!!"

"Caranya?" Tanya Sicha yang belum paham.

"Bego amat lu!" Ujar Imel sewot yang masih mencabut poster dihadapan-nya.

"Gini ya, mumpung gue baik sama lu. Jadi jangan sampe elu suka sama nih orang. Oke?" Gertak Ira untuk Sicha, dan ia juga berharap kalau Imel tidak begitu.
Sicha yang mendengar pun hanya bisa menunduk dan mengangguk pasrah.

"Lanjutin lagi girls...." Ucap Ira dan dirinya pun ikut mengoyak poster tersebut.

Saat mereka selesai mencabut semua poster itu sampai bersih. Akhirnya geng tersebut lelah dan ingin pergi menuju kantin. Tetapi, Sicha sengaja ingin membuang kertas-kertas itu dengan alasan kasihan terhadap Ira dan Imel. Maka, dengan alasan logis itu ia bisa memilih poster yang sempat ia cabut dengan rapi dan menyimpannya untuk dirinya sendiri. Setelah itu, agar tidak mengundang curiga kedua sohibnya. Tak lupa ia harus membuang sisanya dengan gerak cepat.

♤♤♤♤♤

by. Novita Damayanthi

Matahari sekarang sudah sedikit meninggi. Kini Raka dan Lifya sudah meninggalkan taman tadi dan berjalan kembali diatas trotoar.

"Kita mau kemana nih Lif?"

"Aku gak tau deh Ka." Jawab Lifya sambil mengidikan bahunya.

TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang