(38) Berakhir (real the end) ❤

78 4 0
                                    

Akhirnya ini endingnya guys, sori kalo banyak kalimat atau kejadian absurd
Karena ini adalah cerita pertama yang saya buat. Sekaligus saya minta maaf kalau ada yang kurang nyaman sama cerita ini :)

Once again, thank you buat yang udah baca💛

¡▪°♡Written by ND♡°▪•¡《

-happy reading-

Sore ini Lifya dibangunkan oleh kakak iparnya yang sedang bertamu dari dua hari lalu ---Kak Febrian telah menikah satu tahun lalu dengan Velin adik kelasnya semasa SMA dulu dan telah dikaruniai seorang bayi laki-laki yang sering dipanggil Jio-- setelah diijinkan masuk ke dalam kamar Lifya, Velin menyodorkan undangan merah muda pada Lifya yang masih terduduk di kasur.

Dahi Lifya mengrenyit dan berusaha mencerna benda apa itu.

Velin meletakannya di atas paha Lifya yang tertutup selimut. "Dari teman kamu, katanya buat minggu depan."

Lifya bergidik dan mengusap wajahnya. "Dari?"

Wanita berambut pendek di depan Lifya memiringkan kepala berusaha mengingat salah satu nama pasangan tadi yang datang membawa undangan.
"Bian? Kayaknya Bian."

Setelah Lifya mendengar nama yang disebutkan oleh Kak Velin, gadis itu berubah semangat untuk buru-buru membuka undangan itu.

Benar saja, setelah membaca undangan tiu dengan cepat. Ternyata kedua temannya akan menikah minggu depan di hari Rabu. Lifya senang bukan main sambil tertawa dan memeluk kakak iparnya yang kebingungan mengapa tiba-tiba Lifya memeluknya.

"Kak Velin, temen aku mau nikah!"

Velin tersenyum dan balas memeluk Lifya dengan erat.

"Nanti Kak Velin sama Kak Febrian ikut dateng juga yah?" tawar Lifya yang telah mendongakan kepalanya untuk melihat wajah Velin.

"Memang temen kamu kenal sama kakak?"

Lifya mengangguk dan mengatakan bahwa di dalam undangan tadi ada catatan khusus yang menyuratkan agar Lifya juga mengajak keluarganya, termasuk Jio dan Kakak iparnya itu.

"Jio boleh ikut? Beneran?"

Lifya mengangguk. "Mereka tahu Jio dan mau liat langsung, soalnya kalau liat di medsos kurang puas."

Velin tertawa sebentar dan mengusap pundak kiri Lifya, "sana kamu mandi dulu. Raka mau kesini 30 menit lagi," jelas Velin saat Lifya telah melonggarkan pelukannya.

"Ya ampun!" Lifya menepuk jidat. "Oke oke, aku bakal mandi setelah aku bersihin tempat tidurku."

••••••

Lifya diantar ke rumah Raka. Gadis itu duduk manis di bangku taman belakang. Ia berada di sana semenjak Raka mengatakan untuk menunggu dulu sebentar karena ada sesuatu hal yang ingin ditunjukkan padanya.
Semula Lifya pikir ia akan pergi ke suatu tempat, tapi ternyata dugaannya sedikit melesat untuk kali ini.

Lifya terkesiap saat seorang asisten pria di rumah Raka datang seraya berucap permisi untuk meletakan sebuah meja dan lengkap dengan sebuah laptop di hadapannya. Setelah itu pria tadi akhirnya pamit dan Raka datang dari belakang punggungnya sambil membawa satu buket mawar merah dengan satu mawar putih di tengahnya.

"Bunga?" tanya Lifya penasaran.
"For what?"

Raka tersenyum dan mengusap pelan rambut hitam kekasihnya. "Tunggu sebentar."

Bunga ini lebih istimewa dari yang biasa Raka kirim lewat kurir. Hatinya menghangat saat menerima bunga-bunga yang langsung Raka berikan padanya, tetapi bukan maksud ia tak suka bunga yang dikirim lewat kurir, hanya saja ia lebih menyukai bila Raka yang memberikannya. Sebab Lifya bisa menatap mata Raka dan merasakan debaran hatinya yang cepat seperti masa sekolah dulu.

TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang