(7) Ever Know

251 21 1
                                    

(Revisi)

"Yarrel! Rel! Hey!" panggil Lifya saat sedang berjalan di koridor sekolah.

Terlihat ia sedang melambaikan tangannya pada seseorang. Namun, sosok yang dipanggil tidak menoleh. Terpaksa Lifya langsung berlalu masuk ke dalaam kelasnya. Padahal dia hanya ingin memanggil Yarrel untuk menanyakan tugas lain.

Greeettt....
Terdengar suara deritan sebuah bangku di barisan kedua. Itu adalah bangku Lifya.

"Ma, tadi aku panggil Yarrel. Kok dia gak nyahut ya?" Tanya Lifya sambil duduk diatas kursinya.

Emma langsung mengarahkan pandangannya ke Lifya. "Hah? Yarrel? Atau Farrel gak yang kamu liat barusan?" Emma balik bertanya.

"Wait.. Farrel? Yarrel? Mereka itu kem-"

"Iya mereka kembar." potong Emma dengan cepat.

"Kembar? Ya ampun aku pikir dia itu cuma mirip yang kebetulan! Ya kayak deja vu gitu."

"Mereka kembar. Selisih umur mereka cuma lima belas menit. Terus mereka lahir tanggal 31 Oktober, aku lupa tahunnya." jawab Emma pada sahabatnya, sambil sesekali menatap layar ponselnya.

"Terus yang lebih besar yang mana?" tanya Lifya lagi.

"Kalo secara badan sih Farrel. Tapi kalo siapa yang lebih tua ya Farrel juga sih. Hehehe.."

"Yee..."  Lifya menoyor lengan Emma, "tau gitu bilang aja sekalian! Boros banget sih sama kata-kata."

"Iya maaf ya Miss Melody..." Emma langsung mendekatkan wajahnya pada bahu Lifya.

Farrel dan Yarrel.
Kedua orang itu adalah kakak beradik yang terpaut jarak hanya lima belas menit saat dilahirkan. Namun, secara fisik mereka tidak ada yang berbeda sama sekali. Bahkan sama sekali tidak dapat dibedakan, hanya saja tataan rambut mereka yang berbeda. Serta ada salah satu sifat dominan yang paling terlihat di antara mereka.

Yarrel adalah seorang laki-laki yang humoris dan dengan mudahnya ia berbaur terhadap keadaan. Berbeda dengan Farrel.
Farrel mempunyai sikap yang lebih dingin di banding adiknya, Yarrel. Farrel pun terbiasa diam dan tak banyak basa-basi.

"Guys ada berita, tadi di parkiran ada yang hampir berantem tau!" ujar Via dari luar dengan ekspresi gawatnya.

"Hah siapa? Kok bisa?" tanya Emma mendahului Lifya yang ingin bertanya.

"Farrel sama Denio!" jawab Via dengan tingkah yang tidak sabaran.

"Denio? Kakak kelas 11 IPS 3?" Tanya Lifya meyakinkan.

"Iya...." Jawab Via.

"Salah satu ada yang luka gak?" Kali ini Emma yang panik, gimana gak panik? Saat ini pulpen kesayangannya dibawa oleh Farrel. Yang Ia takutkan bila pulpennya digunakan sebagai senjata saat mereka berkelahi. Maklum ujung pulpen Emma lancip, besar kemungkinan begitu tebakannya tentang Farrel.

"Eng... Enggak kayaknya. Eh tapi, gak tau juga deh." Via tidak berani memastikan apakah ada yang terluka atau tidak. Karena ia hanya melihat sekilas.

Lalu seorang anak laki-laki berkacamata datang sambil menggendong tas ransel hitamnya.  "Pada ngomongin apa sih?" Tanya Bian yang baru sampai dan langsung ikut berdiri di samping Via.

"Heh Bi! Ini katanya Via, Denio sama Farrel lagi berantem." ucap Lifya cepat.

"Salah. Mungkin maksud kamu itu, Si Farrel sama Denio ya Lif?" Bian membenarkan maksud Lifya.

"Iya sama aja kali!" Kali ini Emma yang sewot.

"Kan bener! Tadi tuh mereka sebenernya akting. Kalian tau kan? Pas bulan bahasa bakalan ada pentas drama musikal. Nah di drama itu bakalan ada adegan berantem yang diperagain sama mereka." Jelas Bian yang membuat ketiganya menjadi melongo sendiri.

TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang