(6) Kawan

291 26 20
                                    

(Revisi)

Sayang...
opo koe krungu jerite atiku....
Mengharap engkau kembali...
Sayang...

Benda pipih yang terletak di atas meja tiba-tiba berdering, saat mereka ber-enam duduk melingkar di dekat sofa yang berada tak jauh dari keberadaan ponsel itu berada.

Kebetulan mereka sedang kerja kelompok di rumah Emma. Dan seorang perempuan berambut panjang yang di cepol asal-asal an pun langsung menyambar ponsel miliknya. Dia adalah Emma.

["Kamu dimana Em?"] tanya Via di seberang sana.

"Risih gua dipanggil Em sama lu. Panggil Ma aja!" tegas Emma.

["Oke-oke..  Eh tong! Ngapain kita bahas nama sih?"]

"Kan kamu yang bahas duluan. Kamu dimana? Yang lain dah sampe nih."  balas Emma dengan nada yang tidak sabaran.

["Gerbang rumah lo warna apa? cokelat apa hitam? Cepetan! Rumah yang punya anjing di belakangku gong-gong terus!"] jawab Via yang sedikit berteriak agar didengar oleh Emma. Bahkan sempat ia dengar kalau Via berkata 'diem lo anjing! Gue lagi teleponan nih!'

"Yang cokelat. Yee lu yang Cepetan!"

Sambungan telepon pun terputus. Saat Emma membalikan badan, wajah teman-temannya seketika berubah.

"Kalian kenapa? Kok ngeliatin aku kayak gitu banget?"

"Ma, semenjak kapan kamu suka dangdut?" tnya Bian tak percaya.

"Terus kenapa kamu sensi banget kalo dipanggil Em?" tanya Yarrel yang juga ikut terheran-heran.

"Ma, logat mu bisa berubah-ubah ya? Keren, baru kali ini aku denger kamu ngomong lu-gue gitu." Pekik Lifya.

"Ya elah. Pertanyaan kalian banyak banget. Aku emang biasa pake lo-gue, Lif."jawab Emma untuk pertanyaan Lifya.

"Kalian, Bian-Yarrel kenapa bingung juga? Aturan cuma Lifya yang harusnya bingung." sungut Emma dengan malas.

"Selain Lifya, kita bertemen sekelas udah satu tahun lebih satu bulan. Dan kalian masih gak hafal aku?" tanya Emma tak percaya dan memulai akting menangisnya, yang tentu saja hanya bercanda.

"Drama queen again, sob." kata Yarrel sambil memutar kedua bola matanya. "Eh kamu belum jawab pertanyaanku. Kenapa gak suka dipanggil Em?"

"Em? Kenapa? Karena aku ngerasa kalo dipanggil Em tuh kayak punya persamaan sama singkatan dari kata menstruasi, yaitu M. Paham?" terang Emma yang tambah jengkel.

"Hush gak boleh gitu! Nama itu karunia tau!" ceramah dengan Yarrel singkat.

"Tapi aku gak suka Rel! Udah deh, kemauan orang beda-beda." Seketika bibir Emma menjadi manyun.

"Kamu kalo ngambek cantik deh." sela Bian untuk Emma.

"Ciee....." sorak Lifya dan Yarrel berbarengan.

"Cieee ada yang CLBK, nih.." usil Lifya pada keduanya.

"Apaan sih, Lif? Udah ah jangan gangguin aku." pinta Emma dengan memelas. "Lu juga! Jangan ngegombal, please! Udah tahu mereka baper-an aama drama gratisan." ucap Emma untuk Bian dengan galak.

TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang