(28) Kembali lagi ya?

119 9 19
                                        

*jangan lupa play musiknya sampai abis ada di bagian paling bawah*







You never leave me? Alright?
-Raka-

______________________

Sicha tersipu dan wajahnya bersemu menjadi merah. "Lo duluan deh, Ka."

"Gak, lo aja."

"Lo aja."

"Lo. Karena lo cewek." kilah Raka yang ingin Sicha lebih dulu mengutarakannya. Karena ia tahu, perempuan bisa geregetan kalau diabaikan kesempatannya.

"Jadi gimana sama permintaan gue yang kemarin, Ka?" tanya Sicha dengan sungguh-sungguh. Dan berharap semoga saja Raka ingat dengan yang ia maksudkan.

"Yang kemarin?" ulang Raka yang merasa kurang jelas dengan maksud Sicha. Kemudian perempuan di sebelahnya mengangguk dengan cepat.

Sejenak Raka terdiam. Dari jauh di dalam hati serta pikirannya tahu, bahwa yang gadis itu maksud adalah tentang pernyataan cinta yang pernah Sicha sampaikan padanya.

Raka menunduk, ia bingung ingin mengatakannya dari mana. Karena jujur saja, ia belum bisa mengatakannya terang-terangan.

"Lo kenapa, Ka? Kok diem? Lo sakit?" Punggung tangan Sicha terulur dan menyentuh kening Raka.

Raka tersenyum tipis dan menjauhkan punggung tangan Sicha dari keningnya dengan pelan. "Gue minta maaf, Cha-"

"Gue minta maaf. Karena gue, belum bisa bales perasaan yang elo kasih. Tapi gue janji kok," Raka menggenggam tangan Sicha sebagai tanda kalau ucapannya serius dan tidak main-main. "Gue janji, kalau gue gak akan jauhin elo."

Satu bulir air mata melolos dari pelupuk mata Sicha. Dia sendiri pun kaget dengan apa yang harus dirinya terima. Jadi, apakah ini artinya ia telah gagal untuk mendapatkan cinta? Tapi kenapa? Sungguh ini semua tidaklah adil baginya.

Sementara itu, di lain sisi mereka tidak mengetahui kalau ada sosok gadis lainnya yang menatap serta memperhatikan mereka dengan dekat.

Gleeetakkk....
Tanpa sadar minuman yang di bawa oleh Lifya terjatuh, bersamaan dengan nampan hitam yang ikut pecah di waktu itu.

Buru-buru gadis itu berjongkok malu dan menahan kagetnya, seraya mengambil gelas dan atribut lainnya yang ikut tercecer.

"Lifya?" desis Kennan yang meninggalkan Anara yang sedang membalik kentang goreng di penggorengan. Dengan isyarat mata dan sebuah tepukan di bahu Anara, gadis itu mengerti kalau Kennan ingin membantu Lifya.

Bukan karena ia ingin menjadi pahlawan kesiangan untuk Lifya, namun ia tahu bahwa gadis itu sempat membantu Raka,  kala sahabatnya itu diculik. Jadi, sikap ini hanyalah sebatas balasan pertolongan dari seorang teman untuk teman lainnya.

Baru saja Kennan ingin membantu serta  Raka yang langsung ikut bangkit dari duduknya. Tiba-tiba datanglah Farrel yang langsung memeluk Lifya dan tak menghiraukan pecahan nampan serta gelas minuman yang berserakan di tanah. Ia berusaha mengajak tubuh Lifya untuk berdiri dan tak usah memperdulikan hal itu.

"Rel, gue minta maaf soal minumannya yang tumpah." mohon Lifya dengan bisikan kecil dari dalam pelukan Farrel.

"Iya, itu bukan masalah. Biar anak-anak stan lain yang buatin itu. Cuma, sekarang kita harus pergi, Lif." Farrel melirik sekitar dan pandangannya tertumbuk pada sosok Raka.

TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang