(29) Cinta?

116 5 2
                                    

•••~~~~Happy Reading~~~~•••

☆☆☆☆☆

Sesampainya Lifya di rumah, ia buru-buru membersihkan badannya dan langsung bergumul di atas kasur sambil menyelimuti dirinya dengan selimut tebal bermotif bunga-bunga ke seluruh tubuhnya.

Ia masih tak habis pikir, kalau kejadian hari ini akan membawa pengaruh besar terhadap dirinya. Bayangkan saja! Sepanjang perjalanan pulang tadi, Lifya senyam-senyum sendiri mengingat Raka yang telah kembali ke hidupnya. Bahkan, hampir seluruh orang yang ia temui di jalan, ia berikan senyum dan sapaan.

Mulai dari tukang siomay depan sekolah yang ia berikan semangat berjualan, lalu mas-mas tukang sapu jalanan yang ia berikan senyuman, dan sampai-sampai anjing galak yang suka ngintip-ngintip serta mengong-gong padanya ketika melewati rumah itu, juga kecipratan senyum dan sapaan gila dari Lifya "ih, kamu lutcuu banget sihhhhh... emesh deh." Begitu ungkapan gilanya terhadap anjing header tersebut.
Omong-omong, sehatkah Lifya hari ini?

Nampaknya Lifya tidak tahu kalau Kak Febrian mengetahui gelagatnya yang sedang tersanjung-senang hari ini. Itu sangat mudah diketahui oleh Febrian, karena adiknya itu belum makan siang dan malah menolaknya dengan halus sambil tersenyum manis pada bunda dan dirinya. Mengingat kalau bunda yang hari ini masak perkedel kentang goreng dan sop ayam kesukaan Lifya. Dan gadis itu menolaknya, inilah yang menjadikan patokan kalau adiknya pasti ada apa-apanya, nih!

Dengan langkah diam-diam seribu kejadian, Febrian membuka kenop pintu kamar Lifya dengan perlahan. Ia mencoba mengamati adiknya lewat pergerakan tingkah laku Lifya. Bahkan Febrian sudah membawa sebuah papan tes dengan satu kertas hvs kosong lengkap beserta sebuah pulpen tinta merah yang siap menulis hasil pengamatannya.

Tertanda : Febrian Avito
Laporan :
__________

1. Lifya terlihat berguling-guling lebih dari 3x dalam kurun waktu kurang dari lima belas detik.

2. Lifya yang tiba-tiba geregetan sendiri sambil senyam-senyum sok cantik di bawah bantal.

3. Belum makan tapi bisa nahan laper setelah pulsek *tumben gini*

4. Udah mandi dan harum banget sampe kecium keluar kamar *tumben juga, biasanya males mandi*

5. ********(Febrian diam dulu dan tidak menulis lagi karena sedang berpikir dan terus mengamati adiknya yang masih guling-guling tak jelas)

Hingga barulah Lifya tiba-tiba berguman sendiri, maka dengan cekatan Febrian langsung menulis dengan cepat.

5. Dalam sekali kedipan mata, Lifya ngomong-ngomong sendiri kayak orang gila! Wew...

Tetapi, kehadiran bunda yang datang tiba-tiba dan berdiri di sampingnya membuat Febrian langsung terperanjat. Sebisa mungkin lelaki itu menahan diri agar tidak memancing keributan.

Dengan sorot mata bunda yang mengarah ke papan tes miliknya. Febrian mengerti kalau bunda sedang bertanya tentang apa yang ia kerjakan di depan kamar Lifya.

"Ini bun, lagi nulis tentang tingkah Lifya." ucap Febrian dengan sangat pelan.

Bunda mengangguk dan ber-oh panjang. "Coba bunda mau liat," pinta bunda yang langsung diberikan oleh Febrian.

Dari awal membaca bunda mengulum senyum dan hampir tertawa terbahak-bahak tatkala membaca bagian nomor-nomor tersebut.

"Udah yuk, biarin aja." Bunda menutup pintu kamar Lifya dengan pelan seraya menarik Febrian agar tidak menganggu anak bungsunya yang sedang kasmaran. "Mending sekarang kamu istirahat, Feb."

TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang